Dua Puluh Tiga- Manis

4.7K 482 33
                                    

Aku manusia naif, yang mungkin tidak mementingkan diriku sendiri. Aku menyanyangimu,dan karena hal itu aku akan mempersembahkan jiwa ragaku untukmu.  Bukankah cintaku naif?  Kau paham?

****

Slow reading


Taehyung pov

Seminggu sudah berlalu dari kejadian itu, luka ditubuhku masih membekas walau tak sebanding dengan luka mentalku. Aku masih merasa tertekan sesekali,tapi aku mempercayai diri ku sendiri bahwa aku orang yang kuat. Dan aku akan berakhir baik-baik saja.  Selalu.

Kebodohan yang ku lakukan seminggu ini adalah memaksa bekerja dikedai paman Han padahal aku tau jahitan pada perutku belum sembuh total, dan berakhir aku harus diseret paksa kerumah sakit oleh Jungkook dan Bambam karena jahitan ku mengeluarkan darah.  Meminta maaf banyak- banyak pada paman Han karena harus mengambil cuti untuk beberapa saat, padahal aku adalah karyawan baru.  Huft karywan macam  apa aku ini.

Aku menghela nafas, tanggungan ku tidak sedikit.  Lagi-lagi disini, aku hanya memikirkan tentang uang . Tapi bagaimana pun aku harus mendapatkan  uang, aku ingin membelikan Bambam hadiah diulang tahunnya sebentar lagi, dan juga untuk membayar hutangku pada Jungkook yang tidak sedikit.

Terdiam, aku menghela nafas dalam.

Menatap langit-langit kamarku yang entah kenapa terlihat kusam, mengalihkan pandangan melihat bangku yang diatas nya terdapat kartu hitam emas yang menarik pandangan. Aku ulurkan tanganku dan ku ambil kartu itu, menatap kartu itu dalam-dalam.

Kenangan masa lalu datang, membuat kepalaku sakit,dan lukaku terasa lebih berdenyut ngilu saat ku rasakan.

Kartu yang diberikan Bambam padaku tadi pagi ini membuatku merenung, jika memang didalam kartu ini ada uang aku bisa membayar  hutangku pada Jungkook.  Tapi, entah mengapa aku merasa takut. Aku merasa takut dilukai lagi, ternyata tanpa sadar aku masih ingin hidup.

Aku gemetaran, dan secara kebetulan Jungkook membuka pintu rumahku. Kami bertatapan cukup lama, sampai dia memandangiku khawatir dan aku mengalihkan pandanganku. Aku benci membuat orang lain mengkhawatirkanku, siapapun itu.

Dia menghampiriku dan memelukku lembut, dia selalu, akhir-akhir ini bersikap lembut padaku.  Aku penasaran tapi aku tak pernah mempertanyakan kenapa dia memperlakukanku seperti itu.

"Kamu kenapa hmm? "Tanya Jungkook pelan, sambil mengelus punggungku lembut. Dekapannya hangat dan lembut, membuatku merasa aman. Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya, ku balas dengan menyenderkan kepalaku di pundaknya lalu menenangkan fikiranku.

Untung saja dia tak menolak, dan dia juga tak banyak bertanya. Itu membuatku bisa bernafas lega.

Aku melakukan itu untuk beberapa saat, menyenderkan kepala ku di pundak  Jungkook, menghirup lembut aroma tubuhnya yang selalu tercium maskulin, nafasnya yang teratur dan tubuhnya yang terasa hangat. Dia mengeratkan pelukannya  padaku, dan mengecup keningku lembut. Seharusnya  aku marah,tapi dikecup seperti itu membuat hatiku tanpa sadar menghangat. Aku memejamkan mataku,  tanpa sadar ingin berlama-lama.

Kartu yang ku pegang terlepas, dan Jungkook mengambil itu. Dia melonggarkan pelukannya padaku, dan berakhir melepaskanya. Aku bisa melihat raut tak suka dari wajahnya, dia mengrenyit lalu menatap mataku.

I LOVE U BITCH!KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang