5

21 6 3
                                    


Hai hai haiii🔥
Up nihhh😳

Jangan lupaaa!! Kasihani aku yang baru belaajar nulis inii. Kasih aku dukungan buat terus UP cerita ini setiap minggunya.
JANGANN LUPAAA YAKK!!! VOTEE APALAGI KOMEN. BEUH TAMBAH CAKEP KALO DI SHARE! MAKASIH BANGET DAH POKOKNYA.

Jangan lupa sediakan makanan yak buat bacanya. Eh jangan deng,ntar keselek. Kan gawattt😳

Oke skip!
Sudah cukup babacotannyah
I hope you like this chapter😍

Selamat membacaaaaa💜

ENJOYYYYYYYY⭐

***

Ranesha dan Naira sudah ganti baju,karena mereka akan ekskul badminton. Naira dan Ranesha kadang tidak banyak bicara,karena Ranesha yang lumayan pendiam dan Naira yang kaku. Mereka kalau berdua pasti ngomongin hal yang seriuss. Tapi kadang memang ada candaan.

"Iraa,lo ntar balik jam berapa?" Tanya Ranesha
"Elah Shaa,ekskul juga belum udah nanya pulang."
"Eh kan gue cuma tanya."
"Ya ya yaaa,paling jam 5 lah. Eh tapi ga tau,gimana bokap jemput aja kayaknya."
"Okee."

Tiba di lapangan badminton,mereka berdua meletakkan raket dahulu. Dan memakai sepatu,karena mereka ke lapangannya pakai sendal. Setelah itu,mereka menunggu teman temannya yang lain untuk melakukan pemanasan.

Belum lama mereka menunggu,akhirnya ada seruan dari salah satu anggota ekskul untuk melakukan pemanasan.
Setelah melakukan pemanasan,karena ini hari jumat. Mereka langsung bermain saja,karena tidak ada pelatihnya jika hari jumat.

Seperti biasa,Ranesha akan bermain dengan Naira. Ya walaupun Naira tidak semahir Ranesha,tapi lumayan lah menguras tenaga. Mereka kalau main berdua pasti tidak akan ada keseriusan,salah satunya selalu mengundang tawa. Apalagi jika Naira mager,Ranesha dengan senang hati akan memberikan smash yang keras untuk Naira.

"Iraaa,cape gak?" Tanya Ranesha
"Belum."
"Iyalah belum,daritadi lo diam terus." Naira hanya menyengir tidak jelas.
"Raa,udah ah yukk. Kasian orang lain. Lagian sebentar lagi adzan ashar kan."
"Yaudahh kuyy."

Naira dan Ranesha berlari ke pinggir lapangan,mereka istirahat sejenak.
Setelah itu,mereka berganti memakai sendal lagi. Karena agar tidak ribett katanya.

Mereka berdua keluar dari lapangan badminton,dan langsung disuguhkan dengan angin yang bertiup lumayan kencang. Ranesha yang sedang gerah pun terasa beuhhh sejuk. Mereka berdua menikmati angin tersebut.
Mereka melihat siswa yang sedang ekskul Volly.

"Wahh sexy." Celetuk Naira
"Wahhh otaknya udah gak bener nih." Cibir Ranesha
"Elah Sha,fakta tuh."
"Ya."
"Eh tapi gak se sexy pacar gue."
"Halahh halu lo. Paling ngaku ngaku lo."
"Elah Shaa,gitu amat lo." Kata Naira sambil merengek.
"Gue emang gini,kalo gue gitu. Itu bukan gue."
"Etdah,gue punya sahabat kok gini amat. Gak bisa nyenengin sekali aja." Gerutu Naira. Ranesha sebenarnya mendengar gerutuan itu. Tapi dia ingin menjahili Naira.
"Lo bilang apa?" Tanya Ranesha
"Hah? Bilang apa,apa maksud lo?"
"Tadi lo bilang apa?"
"Yang mana?"
"Itu yang barusan."
"Ohh,enggak. Tadi gue cuma kentut."
"Anjir lo ya! Pantesan bau badan lo." Setelah mengucapkan itu,Ranesha langsung lari.
"JUJUR AMAT LO." Kata Naira sambil mengejar Ranesha.

Ranesha tertawa melihat ekspresi kesal dari Naira.
"Cerah banget muka lo kalo liat gue menderita." Kata Naira
"Emang. Kok lo tau?"
"Anjay lo yaaa!!." Geram Naira
Ranesha semakin tertawa terbahak bahak melihat ekspresi datar dari Naira.

***

Satria dan ketiga temannya sedang melakukan pemanasan sebelum melakukan praktik dalam permainan futsal. Sebenarnya,futsal itu gampang. Tapi ya karena ini ekstrakurikuler jadi mereka mengikuti apa yang diperintahkan pelatihnya.

"Oke sekarang kita akan bermain." Kata Coach
"Lawan kakak kelas coach?" Tanya salah satu anggota futsal yang kebetulan masih kelas X.
"Yaa,agar kalian terlatih." Jawab Coach

Mendengar itu,sontak kakak kelas yang diketahui namanya Vino itu menyeringai. Senyumnya menyungging pertanda bahwa untuknya itu hanyalah hal kecil. Satria sedikit tersinggung oleh kakak kelasnya. Jika bukan kakak kelas,maka dia dengan senang hati akan melayani.

Melihat Satria yang tengah meredamkan emosinya. Riko menepuk bahu Satria. Seolah berkata,"Kita akan menang." Satria mengangguk pelan dan dia optimis. Bahwa ia dan grupnya bisa melawan kakak kelasnya itu.

Peluit sudah ditiup. Pertanda bahwa permainan sudah dimulai. Satria dengan cepat mengoper ke arah Riko. Riko mengejar bolanya dan dia mengoper lagi ke Given. Dengan lihai,Given menggocek. Vino yang melihat temannya yang terlohat kesusahan pun berlari ke arah Given. Terlihat oleh sudut matanya Given,langsung ia mengoper ke arah Tino. Tino mengoper ke arah Riko. Posisi Riko sangat tepat di depan gawang lawan. Dengan cepat ia menendangnya ke arah gawang. Dannnnn Goal! Yap Riko mencetak gol pertama.

Vino menggeram,sampai akhirnya dia emosi. Karena tidak menerima,ia kalah dari adik kelasnya. Melihat kondisi yang akan memburuk. Coach segera menghentikan pertandingannya. Karena ia tau pasti setelahnya akan ada perkelahian.

"Sudahh,kita akhiri pertemuan hari ini." Putus Coach
"Kenapa coach? Kita baru aja beberapa menit." Kata Given
"Kalian sudah terlihat capek. Lebih baik kalian bersihkan diri sana,sudah sore juga." Jawab Coach.
Dengan perasaan tidak rela,mereka berganti pakaiannya. Setelah itu,yang satu grup dengan Satria masih belum pulang. Mereka masih asyik menceritakan bagaimana tadi ekspresi Vino.

"Eh kok gue ngerasa tadi coach sadar deh,kalo si Vino itu udah emosi." Kata Aga,kiper dari X-7
"Iya bener,mungkin aja kan karena itu coach nyuruh kita berhenti main." Jawab Given
"Emang itu kali alasannya. Gak usah pura pura bodoh deh." Kata Satria.
Riko mengangguk,dan membusungkan dadanya. Ia memang begitu,sikapnya yang angkuh membuat sebagian orang yang sudah mengenalnya itu merasa jijik terhadap Riko.
"Harusnya tadi lo itu dikeluarin deh Rik." Kata Satria
"Apaan bangsat,gue bagus kok mainnya." Elak Riko
"Alah,orang lo tadi mau jatuh." Balas Satria
"Wajar dong,semuanya juga pasti gitu. Iya kan?" Kata Riko. Dengan polosnya Given menjawab,"Gue enggak tuh. Lo aja kali."
Given dan Satria berhigh five. Sedangkan teman temannya yang lain hanya tertawa geli melihat kelakuan empat serangkai itu.

"Pulang yokk." Ajak Dino.
"Ah elah,lo pulang mulu pikirannya." Jawab Satria
"Wajar,ada bebeb yang nungguin noh." Celetuk Given
Dino menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Melihat itu,Satria mendesis pelan. Bukannya ia melarang atau sirik. Ia kadang tidak suka jika salah satu temannya selalu lebih mendahulukan pacarnya dibanding temannya.
Dino menyadari Satria sudah seperti itupun buru buru pamit. Karena takut Fiona tersinggung oleh perkataannya Satria.

Setelah Dino pergi bersama pacarnya. Satria dan yang lainnya beranjak dan bergegas pulang. Satria sudah tidak mood untuk berkumpul.

"Duluan." Pamit Satria. Semua yang ada disana hanya mengangguk.

***

Hari sudah petang. Naira dan Ranesha masih asyik bermain badminton. Padahal,dari tadi handphone Naira sudah berdering beberapa kali. Tapi Naira tidak mendengar itu. Karena capek,Naira dan Ranesha memutuskan untuk berhenti. Naira mengerinyit banyak panggilan tak terjawab dari kakaknya. Ranesha pun menyadari keanehan Naira.

"Kenapa Ra?" Tanya Ranesha
"Kakak gue udah di depannn Shaa." Jawab Naira
"Yaudah sana pulang Raa."
"Lo gimanaaa?"
"Elah gue juga udah ditungguin sama kakak gue."
"Yaudah ayok bareng keluarnya."
Ranesha mengangguk. Mereka pun keluar dari lapangan badminton sambil sesekali melontarkan sesuatu yang membuat keduanya tertawa.

Fanatik SatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang