Kyuhyun merenggut lengan atasnya. Mencengkeramnya cukup kuat. Dia berdiri di depan jendela kamar Changmin, kacanya berembun tebal. Iris matanya menatap sayu pada keadaan di luar. Sedang telinganya menangkap suara alam itu.
"Kyu, aku sudah selesai. Ayo berangkat." seru Changmin menginteruksi.
Tidak ada pergerakan dari Kyuhyun.
Changmin mendekat, menepuk pelan bahu Kyuhyun. Kyuhyun menoleh dengan wajah yang membuat hati Changmin mencelos. "Kau butuh earphone?"
Kyuhyun menunduk menggeleng. "Aku tidak ingin keluar. Tapi harus." lirihnya.
"Tidak apa." Changmin berjalan ke meja belajarnya. Mengambil sesuatu di laci meja. Kembali pada Kyuhyun, dia memasangkan sesuatu di telinga Kyuhyun. "Putar saja musiknya. Begitu sampai di sekolah, hujan tidak akan mempengaruhimu. Kau berada di gedung dalam. Kau sudah biasa melakukan ini, bukan?"
Kyuhyun mengangguk. Menghela nafas dalam-dalam.
Changmin menatap Kyuhyun yang mengenakan jas hujan miliknya, sedangkan dia sendiri mengenakan jas hujan milik sang ayah. Dahinya sedikit berkernyit. 'Kenapa ketakutannya semakin parah?' disisi lain dia merutuki musim ini. Kenapa rasanya musim hujan yang hanya berselang beberapa minggu ini terasa sangat lama?
'Semoga tidak ada badai.' do'a Changmin dalam hati.
Keduanya berjalan memasuki garasi. Tidak berapa lama motor Changmin keluar membelah hujan. Kyuhyun memeluk pinggang Changmin, memejamkan mata berkonsentrasi pada lagu yang sedang memutar dari MD.
0
Kyuhyun sampai dengan selamat. Namun Changmin merasa khawatir dengan rona pucatnya sehingga menyarankan agar Kyuhyun menyamankan diri sebentar di ruang UKS. Kyuhyun menolak dengan tegas, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia masih bisa mengatasi keadaan itu. Changmin akhirnya melepasnya dengan sedikit tidak rela.
Baru saja satu langkah memasuki kelas, si ketua kelas, memberitahunya bahwa wali kelas mereka memanggilnya ke ruangannya. Kyuhyun mendesah halus. Melangkah ke kursinya untuk meletakkan tas.
"Jadi dia sudah kembali." gumam Kyuhyun lirih.
Kyuhyun pikir sms semalam dikirim orang itu dari seberang kota sana. Rupanya wali kelasnya sudah kembali. Alarm bersiap untuknya. Siap diomeli. Siap diceramahi. Siap untuk recokan sang guru yang kadang membuatnya merasa memiliki orang tua. Membuatnya tanpa sadar tersenyum kecil.
Sampai di depan ruangan, Kyuhyun mengetuk pintunya. Masuk setelah mendapat perintah dari dalam.
Leeteuk memangku kedua tangan di atas meja kerja. Menyambut Kyuhyun dengan seulas senyum yang selalu dikagumi para murid perempuan. Yang membuat Kyuhyun justru aneh dengn sikap tenangnya.
"Duduklah, Kyuhyun."
Tanpa banyak cakap Kyuhyun menurut untuk menempati kursi di depan meja Leeteuk. Saat dirinya menyamankan diri di kursi kayu tersebut, Leeteuk justru beranjak dari kursinya. Memutari meja sebelah kiri dan berhenti di sebelah Kyuhyun, yang untuk sejenak tidak menyangka pergerakan sang guru.
Leeteuk menangkap tangan kiri muridnya, melepas blazer hitam tersebut dengan satu gerakan. "Apa yang anda lakukan?" tanya Kyuhyun terkejut, mencoba menarik tangannya saat Leeteuk berusaha membuka kancing lengannya. Leeteuk menahannya dengan cukup kuat.
Kyuhyun memalingkan wajah, memilih menatap tembok putih ruangan, daripada melihat tingkah absurd sang guru yang sedang meneliti permukaan kulitnya, setelah berhasil menyingsing kain lengannya tinggi-tinggi.
"Syukurlah." Leeteuk tersenyum kecil. Merapikan kembali lengan kemeja Kyuhyun kanan dan kiri, tidak lupa memakaiankan kembali blazernya. Namun baru saja Leeteuk mengangkat blazernya, dengan sedikit kasar Kyuhyun merampas blazer tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Live
FanfictionKyuhyun pernah bahagia. Meski itu hanya sesaat. Tanpa tahu kenapa semua berubah seperti di neraka. Dia percaya untuk bersabar, sekalipun dirinya hancur perlahan dari dalam.