00000000000000000000O0O0OOOOO
Kim Young Woon menimang dengan bangga putranya yang baru lahir seminggu lalu. Putra lelaki yang ditunggunya. Buah cinta pernikahan yang sudah lama didambakannya. Dia memandang takjub pada makhluk kecil tanpa dosa di dalam lengannya. Perasaan hangat serta sorot bangga menguar dalam dirinya.
"Lihatlah, sayang. Dia sangat tampan. Wajahnya mirip denganmu. Aigo sangat manis." Young Woon menggesekkan hidungnya dengan lembut pada hidung sang anak. Bayinya menggeliat dan dia terkekeh bahagia. Sungguh ini adalah momen luar biasa dalam hidup seorang Young Woon.
Tapi si istri hanya diam memandang jendela. Tak sedetikpun dia menoleh pada suami dan putranya. Kangin sedih sekaligus heran. Youjin seolah tidak menginginkan kelahiran putra mereka. Padahal memiliki anak adalah impian mereka sejak awal menikah. Harus menunggu selama enam tahun Youjin baru bisa mengandung. Begitu anak mereka lahir Youjin menjadi aneh. Sebenarnya kalau Young Woon perhatikan sejak mengetahui hamil Youjin tidak begitu antusias seperti dirinya. Dia banyak melamun dan tidak begitu peduli.
Young Woon meletakkan bayinya dalam box. "Youjin-ah." panggilnya mendekati sang istri. Dia duduk perlahan di tepi tempat tidur. "Youjin-ah, waeyo? Kau tidak senang dengan kekahiran anak kita? Cobalah kau gendong, kau pasti merasakan apa yang kurasakan. Suka cita. Aku sangat bahagia, Youjin-ah." Young Woon berkata dengan lembut. Sarat akan cinta dan kasih sayang.
Kangin meraih tangan Youjin, istri yang sangat dia cintai. "Gomawo. Kita akan menyayangi dan merawat Kyuhyun seperti yang kita impi-impikan dahulu. Ini mimpi kita. Setelah menunggu bertahun-tahun akhirnya kita bisa memiliki Kyuhyun. Gomawo Youjin-ah. Aku mencintaimu." dia menarik Youjin ke dalam pelukannya.
Youjin yang awalnya diam dan dingin mendapatkan pelukan penuh cinta dari suaminya merasakan gejolak yang besar. Dia mengepalkan tangannya erat-erat. Namun akhirnya hanya tangis yang bisa dia lakukan. Balas memeluk suaminya lebih erat. Sangat erat seolah tidak ingin kehilangannya.
Young Woon mengusap punggung Youjin. Tangis Youjin diartikan lain olehnya. Tangis haru. Dirinya tersenyum saat Youjin mengeratkan pelukannya.
0o0o0o0
Youjin memperhatikan suaminya yang sudah bersiap dengan pakaian kerjanya. Dua minggu sudah Young Woon mengambil cuti untuk menemaninya. Sekarang sudah waktunya dia kembali bekerja. Pergi pagi pulang sore atau sampai malam kalau banyak pekerjaan. Seperti yang sebelum-sebelumnya. Dia akan sendirian. Ah tidak sekarang ada bayi itu.
Youjin memeluk tubuhnya sendiri mengingat anak yang dia lahirkan. Tanpa tahu Young Woon sudah berbalik menghadapnya. "Waeyo?"
Youjin menggeleng kecil. "Kau akan segera pulang?"
"Akan kuusahakan pulang cepat. Kau takut sendirian?"
Youjin mengangguk ragu masih dengan menunduk. Young Woon mengusap kepalanya dengan lembut lalu menarik dagunya agar dia bisa melihat wajah istrinya dengan jelas. Young Woon tersenyum menenangkannya. "Ada Kyuhyunie yang akan menemanimu. Kau akan merasa canggung nanti, itu wajar karena ini pertama kalinya kau punya anak. Tapi yakinlah tidak akan seburuk itu. Nanti kau akan terbiasa kemudian malah akan menikmati kebersamaanmu dengan Kyuhyun. Kelak kau tidak akan lepas darinya. Kau pasti akan merasa menjadi ibu paling beruntung. Santai saja, insting seorang ibu akan menuntunmu. Iya, sayang?"
Youjin membuang wajahnya ke samping. Menggigit bibir dalamnya.
"Sayang," panggil Young Woon khawatir.
Youjin menggeleng. "Aku akan berusaha. Iya." mengatakannya lebih untuk dirinya sendiri.
Young Woon tersenyum lega mendengarnya. Sebagai salam perpisahan dia mengecup singkat kening dan pipi istrinya. Kemudian beralih pada bayi mungil di dalam box bayi. Menggendongnya sebentar dan mengecup pipinya berulang kali. Youjin melihatnya dengan perasaan miris. Tanpa sadar kembali memeluk diri sendiri. Namun dia menarik senyum kecil saat Young Woon menoleh untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkannya sendirian dengan bayi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Live
FanfictionKyuhyun pernah bahagia. Meski itu hanya sesaat. Tanpa tahu kenapa semua berubah seperti di neraka. Dia percaya untuk bersabar, sekalipun dirinya hancur perlahan dari dalam.