Leeteuk hanya bermaksud mengisi perutnya setelah membersihkan diri di kamar mandi umum terdekat. Dia masuk di sebuah kedai yang masih nampak sepi, ada satu dua tempat yang sudah ditempati memang. Dia disambut seorang pegawai wanita yang sudah baya, dipersilahkan duduk. Tapi fokus Leeteuk justru tertuju pada salah satu meja yang dihuni tiga orang yang tidak sengaja tertangkap matanya. Satu perempuan dan dua lelaki muda.
Mengabaikan si Leeteuk melangkah mendekati meja tersebut dengan syok. Ada semacam kemarahan yang tiba-tiba muncul melihat satu sosok yang dicari-cari selama ini. Belum lagi dua orang lain yang dia kenal bersamanya. Apalagi yang bisa dia pikirkan kecuali satu. Dan pikiran itu terucap begitu saja.
"Kalian yang menyembunyikan Kyuhyun?!" Leeteuk tidak ingin menahan rasa geram yang menguar.
Dia melihat mereka terkejut kecuali satu yang menatap bingung nan polos. Leeteuk sedikit heran, dan kembali fokus saat pemuda satunya bangkit.
"Leeteuk saem."
Leeteuk meraih kerah Zou Mi, mencengkramnya begitu kuat hingga pemuda itu merasa tercekik. "Sejak awal kau bersamanya?!"
Jaerim berdiri menghampiri dengan cemas. "Jung Soo oppa, jangan sakiti Zou Mi."
Leeteuk menatap Jaerim juga dengan tajam. "Kau juga terlibat Jaerim-ah. Jangan membela diri setelah menyusahkan kami seperti ini!"
"Appa!"
Leeteuk terdorong mundur dan cengkeramannya di kerah Zou Mi lepas begitu saja. Sejenak ketiga orang itu bengong melihat Kyuhyun mengusukkan kepalanya di dada Leeteuk, tersenyum senang seolah menemukan sesuatu yang berharga.
"Appaaa." kata Kyuhyun lagi mendongak menatap Leeteuk dengan mata berbinar.
"APA?!"
0o0o0o0o0o0
"Kau seharusnya lebih lama lagi disini, sayang." nyonya Shim merangkul putranya seakan tidak rela. Shim Changmin menghabiskan waktu liburannya dan masih bertahan meski sekolah sudah dimulai, ibunya masih belum puas.
Changmin terkekeh. "Seharusnya eomma yang sering pulang. Bukan mengirimiku tiket." hanya sindiran.
Ibunya tersenyum malu. Wanita itu cukup tahu kekesalan Changmin karena orang tuanya jarang pulang tapi Changmin sendiri yang menolak untuk pindah. Meski begitu dia sebagai orang tua merasa bersalah juga.
"Kami akan usahakan, jadi jangan salahkan eommamu." kata sang ayah, bukan memarahi hanya mencoba memberi mereka pengertian.
Changmin mengangguk. "Aku mengerti."
Tuan Shim menepuk bahu Changmin. "Jangan khawatir, temanmu pasti baik-baik saja. Kau bilang dia sangat kuat, kan. Jangan terlalu mencemaskannya."
Changmin sudah menceritakan apa yang terjadi pada Kyuhyun. Karena alasan itu juga ibunya sampai mengiriminya tiket, merasa khawatir Changmin akan terlena dalam kesedihannya. Dalam beberapa minggu liburan Changmin merasa terhibur dan terpuaskan. Dia tahu dan yakin bahwa orang tuanya, sesibuk apapun mereka, tetap ada waktu untuk memikirkan dirinya. Dia ingin lebih lama, tapi sekolah masih menjadi tanggung jawabnya juga.
Pengumuman keberangkatan pesawat menuju Korea terdengar. Changmin menerima ranselnya yang dibawakan sang ibu. Mereka berpelukan lagi. Nyonya Shim nampak masih berat namun tetap melepas Changmin dengan senyum.
Changmin melambaikan tangan untuk terakhir kali, menggeret koper yang berisi oleh-oleh dan beberapa bajunya. Dia tidak membawa banyak baju, karena nyonya Shim sudah menyiapkan baju sejak awal dia merencanakan liburan sang putra.
Kembali ke Korea, hanya satu yang diharapkan Changmin. Kyuhyun. Dia merindukan sahabatnya. Ingin sekali melihatnya, dalam keadaan apapun asalkan dia mengetahui dengan pasti sosok sang sahabat, semua hal tidak akan jadi soal lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Live
FanfictionKyuhyun pernah bahagia. Meski itu hanya sesaat. Tanpa tahu kenapa semua berubah seperti di neraka. Dia percaya untuk bersabar, sekalipun dirinya hancur perlahan dari dalam.