Adalah sebuah tempat yang sangat nyaman. Dibanding tempat rehabilitasi lebih mirip sebuah villa melepas kepenatan. Terletak di dataran tinggi yang dikelilingi pepohonan besar. Rumah yang luas terbuat dari kayu-kayu berkualitas. Halaman penuh bunga dan lapangan kecil. Dibelakang rumah ada sebuah danau buatan yang tidak begitu lebar namun terlihat cantik. Ada ikan dan teratai yang memenuhi sebagian permukaannya. Di dekat danau ada bantulan dari tali tambang dan ban yang diikatkkan di batang pohon, ayunannya bisa sampai ke tengah danau.
Kyuhyun bukan satu-satunya pasien disana. Ada dua orang lain, yang lebih dulu berobat. Satu perempuan tua dan satu lelaki dewasa yang masing-masing didampingi seorang perawat. Tiga orang pelayan, yang memiliki tugasnya sendiri. Dengan begitu banyak orang hanya ada satu spikiater yang ditugaskan. Seorang wanita dewasa yang nampak elegan dan anggun secara bersamaan. Namun dia adalah orang yang ramah dan saat tersenyum matanya akan menyipit.
Satu minggu pertama Kyuhyun sangat sulit ditangani. Dia tidak berhenti histeris bahkan tidak segan menghancurkan barang-barang dan melukai perawatnya. Dimasa seperti itu obat penenang masih terus digunakan.
Kemudian keadaan yang buruk itu berangsur turun di bulan kedua. Dokter Lee selalu bersabar. Datang saat pagi dan petang. Hanya untuk duduk dan bercengkerama dengan Kyuhyun. Atau bisa disebut dia mengoceh banyak hal tapi Kyuhyun mengabaikannya.
Keberadaan dokter Lee direspon Kyuhyun di bulan keempat.
Pagi itu seperti biasa dokter Lee datang berkunjung ke kamar Kyuhyun usai waktu sarapan. Berjalan di beranda panjang menuju kamar Kyuhyun. Dari jauh dia sudah melihat pemuda itu duduk diam di depan jendelanya yang menghadap ke danau. Jendela tersebut masih diteralis untuk menghindari hal-hal buruk yang bisa terjadi.
"Pagi, Kyuhyun-ah!" sapanya seperti biasa juga. Dia berhenti di depan jendela, tersenyum pada pemuda yang bahkan tidak bergerak dari duduknya, atau sedikit meliriknya.
Dokter berusia 32 tahun itu menyandarkan diri di dekat jendela, separuh badannya masih terlihat dari balik jendela. Menghirup udara dalam-dalam, dia menikmatinya. "Hari ini cerah. Benar, kan?"
Masih tidak ada sahutan. Dokter itu masih tetap tersenyum, menatap jauh melewati danau. "Kau ingin keluar? Berjalan diatas rerumputan pasti sangat menyenangkan. Kau pernah melakukannya?" dokter itu menoleh ke dalam. Saat itu matanya berpendar terkejut untuk sesaat. Dan untuk sesaat itu juga dia menahan nafas. Kedua matanya lurus menatap mata Kyuhyun yang saat ini sedang menatapnya. Mulutnya terbuka sedikit, hanya sepersekian detik lalu menutup lagi. Dan kembali menerawang jauh ke depan.
Dokter Lee meneguk ludahnya. Baiklah, dia tidak boleh melewatkan kesempatan, begitu pikirnya. Maka dengan merendahkan diri hingga sejajar dengan Kyuhyun, tangannya mengetuk kaca jendela. Dia merasa berhasil saat Kyuhyun kembali menoleh padanya.
"Kau ingin berjalan keluar? Ayo."
Begitulah pagi itu berjalan. Di akhir Juli Kyuhyun menerima ajakan dokter Lee. Mungkin tidak lama, juga hanya berjalan di halaman belakang. Namun setitik hal kecil itu adalah perubahan yang berarti.
Selanjutnya dokter Lee masih harus berusaha keras agar Kyuhyun mau berbicara. Jika Kyuhyun bisa diajak berkomunikasi, maka sesi konseling bisa segera dijalankan.
0o0o0o0o0
Saat keluar dari ruag konseling, Kibum mendapati ayahnya sudah duduk menunggu.
"Kau sudah selesai, Kibum-ah? Aku akan mengantarmu pulang."
Selama perjalanan Kibum tidak mengatakan apapun. Dia hanya duduk diam di sebelah tuan Choi, bersandar sepenuhnya dan melihat keluar. Sudah lama sejak Kyuhyun dikirim untuk melakukan rehabilitasi. Dan dirinya juga melakukan hal sama. Dia butuh konseling. Semua orang menyarankan hal itu, dia pun melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Live
FanfictionKyuhyun pernah bahagia. Meski itu hanya sesaat. Tanpa tahu kenapa semua berubah seperti di neraka. Dia percaya untuk bersabar, sekalipun dirinya hancur perlahan dari dalam.