MASALAH

533 30 8
                                    

"Bukan tuhan yang tak adil, tapi jiwa kita yang masih terlalu kerdil. Bukan tuhan yang tak maha kasih, justru jiwa kita yang tak tau terima kasih. Bukan tuhan yang pelit, tapi nurani kita kita yang mungki berpenyakit. Sehingga berjuta-juta karunia seolah tiada. Bermiliar anugerah jadi tak terasa".

~Hadapin bukan di keluhin~
-Ahmad rifa'i Rif'an

Di rumah edi🏠

"Bego bego bego, kok gue gugup gitu sih di depan Alila tadi, apa puber gue terlalu berlebihan? Aghh!" Ucap Edi frustasi sambil melihat ke luar jendela.

Edi tidak pernah seperti ini sebelumnya, dia terus memikirkan gadis lugu itu. Padahal dia baru saja melihat Alila pertama kali dan belum tahu Alila itu seperti apa. Tapi hatinya terus berdetak tak karuan saat melihat gadis lugu itu. Pasalnya baru kali ini Edi merasakan yang namanya jatuh CINTA. Miris sekali perkembangan Edi yah😅. Zaman sekarang anak SD saja sudah tau yang namanya cinta-cintaan. Tapi Edi baru menemukannya saat SMA hingga kelakuannya berlebihan seperti itu.

Edi terus memikirkan Alila, tatapanya kosong melihat ke arah langit yang bertaburan bintang. Tanpa ia sadari, ia telah memikirkan seorang perempuan secara berlebihan yang akan membuat setan dengan mudah menghasut pikiran manusia.

Seharusnya kita tidak boleh terus memikirkan lawan jenis kita, tapi yang harus kita ingat ialah Allah swt sang pemilik hati.

Suara pintu kamar Edi terbuka tanpa ia sadari karna terus melamun.

Ceklek

Bu Dewi- Ibunya Edi itu membuka pintu, mendapati anaknya sedang melamun, menatap kosong ke arah luar jendela kamarnya.

"Kamu kenapa sayang? Mikirin cewek?" Ucap bu Dewi tiba-tiba membuat Edi terkejut.

"E..e.. Enggak mah, mama apaan sih." Jawab Edi gugup

"Jadi apa donk? Kok melamun? tidak biasanya anak mama melamun kayak gini." Tanya bu Dewi memastikan

"Nggak kok mah, hanya ada sedikit masalah dengan teman Edi." Jawab Edi berbohong.

Untuk sekarang ini ia tidak ingin mamanya tahu kalau dia sedang jatuh cinta. Dia belum siap menceritakannya, ada saatnya ia akan bercerita.

"Ooh ya udah, kamu mending siap-siap untuk shalat isya, udah mau waktunya loh sayang. Serahkan semuanya kepada Allah, berdoa kepada Allah, memohon kepada Allah agar masalah kamu segera teratasi. Curhat yang paling baik itu ke Allah, baik kita senang maupun sedih, baik punya masalah maupun tidak punya masalah, semuanya curhatin ke Allah. Allah tidak pernah ingkar janji sayang, ingat itu." Jelas bu Dewi memberi semangat kepada anaknya itu.

"Iya mah, astagfirullah aku terlalu berlebihan mikirin ini semua tanpa aku sadari telah mengabaikan tuhan yang maha tahu, yaitu Allah swt. Makasih mah, mama udah buat aku sadar. Dengan terus melamun seperti ini nggak kelar-kelar nantinya, nggak adem-adem juga nanti hati aku." Edi menatap mamanya penuh arti

"Iya sama-sama. Sana gih siap-siap agar hati kamu adem, setelah itu kamu turun makan yah, kamu belum makan dari tadi nak." Pesan bu Dewi memegang pundak Edi

"Iya mah, nanti Edi turun makan, Edi siap-siap shalat dulu." Jawab Edi mengecup kening mamanya, lalu bergegas ke kamar mandi.

Bu Dewi melihat punggung anaknya dari jauh sambil tersenyum. "Udah besar anak mama." Katanya pelan sehingga Edi tidak bisa mendengarnya. Ia lalu keluar dari kamar Edi.

Setelah selesai shalat isya dan berdoa, Edi tampak segar.

"Alhamdulillah hatiku adem, makasih ya Allah engkau memberikan islam padaku yang begitu adem dan damai." Ucap Edi sambil melihat ke atas. Ia lalu keluar dari kamar menuju dapur untuk makan malam.

PERSAHABATAN TAK TERDUGA | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang