i

141 27 8
                                    

Sore itu...

Seorang remaja berjalan gontai sambil membawa tasnya menuju ke rumahnya.

Dapat ia lihat kendaraan berlalu lalang melewatinya.

Dapat ia dengar bunyi klakson yang memekakan telinganya.

Dan dapat ia hirup berbagai asap kendaraan beserta asap rokok dari setiap pengendara masuk ke pernafasannya.

Semua itu terjadi hampir setiap hari sejak ia mulai masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi yaitu SMA.

Merasa terganggu? Tentu.

Tapi dia bisa apa? Orang kecil sepertinya tidak memiliki kuasa apapun atas apa yang terjadi pada dirinya.

Terkadang ingin rasanya menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi di kehidupannya.

Tapi kembali lagi ke diri nya sendiri, dia punya kuasa apa?

Tidak ada. Sama sekali tidak ada.

Terlalu lama berkutat dengan pemikirannya sendiri hingga akhirnya dia tidak sadar bahwa ia sudah sampai di persimpangan gang dekat rumahnya.

Menyadari tatapan mengintimidasi dari para tetangganya membuat ia mempercepat langkahnya dan berpura pura untuk tidak peduli.

Meskipun hampir setiap hari ia mendapatkan tatapan itu, dirinya masih merasa belum berani untuk 'membalas' tatapan mereka.

Karena merasa tatapan mereka yang semakin tajam akhirnya ia memutuskan untuk berjalan lebih cepat lagi.

Melihat rumahnya sudah dekat membuatnya hampir lega jika saja dia tidak teringat dengan kehadiran kakaknya didalam sana.

Baru saja melangkahkan kakinya masuk, dia sudah dapat mendengar suara hentakkan kaki dari atas yang dia yakini adalah dari kakaknya.

Ia menghiraukan suara itu lalu meletakkan tasnya di sebuah meja.

Ia berjalan menuju kulkas sambil mencari air putih yang dapat dia minum.

Nihil.

Tidak ada satupun air mineral disana. Bahkan air matang pun tidak ada. Kulkas itu hanya berisi beberapa bahan makanan dan botol bir yang menurutnya sangatlah banyak.

Karena merasa sangat haus terpaksa ia harus membeli air di warung seberang.

Ia mengganti sepatunya dengan sendal jepit lalu berjalan keluar.

Sesampainya di warung ia langsung mengambil air mineral lalu membayar dengan uang pas.

Tanpa banyak berbicara ia berjalan kembali kerumahnya yang memang dapat ditempuh dengan beberapa langkah saja.

Baru saja meminum tegukkan pertama dan ia harus menghadapi kakaknya itu.

"Heh Yohan! Sini lo!"

Mendengar perintah dari kakaknya, mau tak mau orang yang bernama Yohan itu langsung menghampiri kakaknya.

"Kenapa?" Tanya Yohan datar.

"Nih ambil duit di ATM buruan! Kalo 10 menit tuh uang belom ada, jangan harap lo bisa makan!" Perintahnya sambil memberikan kartu ATM milik orang tua mereka.

Yohan dengan berat hati menerima kartu ATM itu. Sedangkan sang kakak kembali lagi kekamarnya.

Melihat kakaknya sudah pergi, Yohan mengacak rambutnya kasar. Air mata mulai menetes dari matanya.

Dia sangat lelah. Sungguh.
Lelah dengan semua kejadian yang menimpa hidupnya setiap hari.

Ingin rasanya mati dan meninggalkan semua beban ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complicated [ VinHan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang