Lapangan sma mentari sesak Oleh siswa-siswanya. Bukan karena upacara setiap hari senin ataupun akan melakukan aksi demo. Bukan karena itu.
Tapi, karena mereka akan menyambut kedatangan sang idola sma mentari.
Riuh suara teriakan dan tepukan saat arasya dan arisya memasuki kawasan sma mentari. Mereka saling berdesak desak untuk bisa memberikan ucapan pada sang idola.
" selamat ya arisya"
"Selamat ya arasya"
"Kalian hebat! "
"Selamat "
"Selamat ya buat kalian berdua"
Arasya dan arisya hanya mampu menunjukkan senyum mereka. Membalas ucapan selamat yg diberikan sma mentari untuknya. Arisya menatap arasya. Merasa dirinya ditatap, arasya mendekatkan telinganya pada arisya. Mengingat lapangan kala itu riuh oleh suara murid sma mentari.
"Risya berasa jadi artis sekarang" ucap arisya dengan mendekatkan mulutnya pada telinga arasya. Gadis berambut sebahu itu tersenyum sangat lebar hingga membuat matanya Menyipit. Menyisakan sebuah garis horizontal.
Belum sempat arasya menjawab ungkapan arisya. Telinga cowok jangkung itu mendengar suara familiar di telinganya. Ia mengedarkan matanya, mengabsen setiap wajah siswa yg berada ditempat lokasi. Hingga pupil matanya membesar ketika mendapati vian-sahabatnya sedang berlali menerobos kerumunan manusia itu dg membawa buket bunga besar.
"Minggir! Minggir! " teriak vian tanpa menghilangkan lengkung manis di mulutnya. Ia mencoba melindungi buket itu dari desakan para siswa yang tidak mau mengalah untuk memberikan jalan.
"Arasya! Arisya! " teriak vian kembali untuk merebut perhatian sang idola padanya. Ia semakin mengeraskan suaranya untuk memanggil mereka. Semua orang menatap tidak suka pada vian. Vian tidak perduli, dirinya terus menerus melakukan aksinya.dan mungkin sepertinya dia juga melupakan predikat orang terdekat sang idola yang telah menyemat dengan rapi pada pria itu. Sehingga dia tidak perlu melakukan hal seperti itu lagi.
"Rasya selamat ya, wah gue mimpi apa bisa punya temen sejenius lo" Ungkap vian bahagia. Rasya terkekeh, mereka lalu melakukan tos ala mereka sendiri.
"Gue tau kalo lo Bahagia bisa punya temen kaya gue. Tapi yan, lo nggak usah repot-repot buat ngasih gue buket segala" balas arasya. Vian menatap buket yang ia bawa. kemudian menunjuknya menggunakan jari telunjuk Dan mengarahkan pada wajah arasya.
"Siapa juga yang mau ngasih lo nyet" sinis vian
"Ini buat arisya" lanjutnya. Arasya cengo. Dia nenggaruk kepalanya yang tidak gatal. Vian mengarahkan matanya dan mencondongkan sedikit tubuhnya untuk bisa melihat arisya. Lengkung dibibirnya semakin melebar saat menyerahkan buket itu pada arisya.
"Selamat ya arisya, lo hebat banget" ungkap vian. Arisya tersenyum kemudian mengulurkan tanganya untuk mengambil buket yang di berikan vian.
"Makasih ya vian" balas arisya. Vian mengangguk, kemudian menggeret arasya dan arisya untuk meninggalkan lapangan sma mentari. Membawanya memasuki kelas mereka.
***
Arasya menunggu arisya menyelesaikan pekerjaan nya untuk membereskan peralatan belajar mereka.pria itu bersedekap pada meja guru. Tangannya sibuk mengotak ngatik ponsel di tangannya.
"Arisya udah selesai, ayo rasya " panggil arisya. Arasya mengangguk. Mereka berjalan bersisian menuju lapangan parkir sma mentari. Kemudian arasya melajukan motor nya meninggalkan area itu.
Arisya turun dari motor arasya. Mengucapkan terimah kasih sebelum meninggalkan arasya sendirian pada batas antara rumahnya dan rumah arasya.
Arisya memasuki rumahnya dengan langkah bahagia. Gadis berambut sebahu itu akan memberikan kabar bahagia ini pada orang tuanya. Arisya bergegas menuju kamar Mereka. Ia mengayunkan tangannya bersiap untuk mengetuk pintu coklat itu sebelum liang pendengarannya mendengar suara barang berjatuhan dari dalam sana.
"Aku udah capek dengan kelakuan kamu mas" sesal suara serak perempuan dari dalam sana yang arisya yakini adalah suara ibunya.
"Sesil.. Aku bisa jelasin. Ini bukan seperti apa yang kamu lihat"
"Jelasin apa lagi mas. Selama ini aku udah muak dengan semua tingkahmu"
"Aku bakal urus surat cerai kita secepatnya" tambah sesil.terjadi keheningan beberapa saat didalam sana. Hingga suara gibran memecahkan keheningan yg terjadi dg 1 tarikan nafas.
"Oke, kalo itu yang kamu mau" balas gibran.
Arisya membekap mulutnya. Ia berlari menuju kamarnya sebelum dirinya terpergok oleh sesil dan juga gibran.
Arisya mengunci kamarnya. Dia mebuang tas nya asal. Menjatuhkan dirinya pada ranjang single bad nya. Dia terisak. Satu persatu air mata luruh membasahi pipi chubby nya. Arisya mencoba menahan isakkannya. Namun dirinya tak bisa. Arisya terisak. Ia tidak ingin apa yang sesil dan gibran ucapkan menjadi kenyataan. Gadis itu menepuk nepuk dadanya. Mencoba mengurangi rasa sesak yang menghimpit paru parunya. Hari ini arisya akan memberitahukan kemenangannya pada sesil dan juga gibran. Namun siapa sangka, bahwa dirinya yang di berikan kejutan yang mampu merubuhkan dunianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
arasya dan arisya
Teen Fictionarisya menyukai arasya. arisya mengagumi arasya. arisya menyukai apapun tentang arasya. Ini kisah tentang Arasya stefhano maurer Dengan Arisya shakira trombunais Mempunyai nama yang sama, tinggal di komplek yang sama, masuk kedalam kelas yang sa...