"Papaaaaa" teriak arisya. Ia tidak sanggup lagi melangkahkan kakinya. Kedua organ tubuh yang selalu membantunya kini seakan berkonspirasi untuk tidak menaati peraturan sang majikan.
Arisya terduduk diaspal. Air matanya luruh begitu saja. Gibran tidak sanggup melakukan apapun sekarang. Hak asuh atas arisya di menangkan oleh mantan istrinya sore tadi. Ia tidak sanggup untuk merengkuh Putri satu satunya itu. Gibran memilih pergi, meninggalkan arisya yang tak berdaya disana.
Angin semilir menerpa kulit arisya, gadis itu tetap memandang kosong kedepan. Tanpa perduli bahwa langit akan mengeluarkan tangisannya.
Arisya bahkan tidak bergeming saat arasya memakaikan jaket pada tubuhnya. Ia bahkan tidak menoleh dan bertanya kenapa arasya bisa berada di sana. Pikiran nya sedang kosong sekarang. Arasya membawa arisya untuk masuk ke dalam. Syukurlah, gadis itu tidak menolak. Arasya mengetuk pintu rumah sesil. Baru ketukan pertama, pintu itu sudah terbuka. Menampilkan sesil dengan keadaan yang sama kacaunya. Ia sudah tau sekarang, masalah yang menimpa gadis itu yang membuat senyum ceria nya hilang beberapa hari ini.
"Rasya bawa kedalam ya ma" izinnya pada Sesil. Sesil mengangguk, memberikan aksen untuk membawa arisya kedalam.
Arasya mendudukkan arisya ke ranjang nya. Ia mengelus pelan pipi arisya, kemudian berniat beranjak pergi saat tangan dingin arisya menahannya. Arasya berhenti. Kembali mendudukkan dirinya di samping arisya.
"Jangan pergi " cegah arisya. Arasya mengangguk. Ia menatap wajah lelah arisya. Tepat pada saat itu suara petir menggelegar pada keheningan malam.
"Aaaaa" arisya memekik ketakutan, tangannya kembali bergetar. Pelipisnya mengeluarkan keringat. Arasya yang tahu keadaan segera merengkuh arisya ke dalam dekapannya. Tubuh arisya bergetar, ia menutup telinganya. Mencoba menghalau suara itu dari riang pendengarannya. Baru saja musibah menghampiri arisya, kenapa ia juga harus dihadapkan pada phobia nya.
Arisya terisak, ia sudah lelah. Kenapa semesta seakan berkonspirasi untuk menjatuhkan nya.
Arasya mengelus pelan rambut arisya, mencoba menenangkan gadis yang sedang terisak di dadanya. Tangan gadis itu mengepal. Arasya menoleh keluar, ia bisa melihat jendela yang basah karena sapuan angin dan air. Jika tangan arisya sampai mengepal, biasanya gadis itu sudah terlampau ketakutan akan phobianya.
Arisya kembali menolehkan kepalanya pada arisya, gadis itu sudah kesusahan mengatur nafasnya sendiri. Dan inilah ketakutan arasya sesungguhnya.
Pria itu melepaskan dekapannya dari arisya, namun arisya menolak. Ia tidak mau melepaskan pelukan itu.
"Sya...lepas ya, rasya mau ngambil obatnya risya dulu" bujuk arasya. Arisya menggeleng, ia mencoba untuk mengatur napasnya kembali. Ia menarik napas panjang.
" ri.. Risya ma.. Mau pa pa.. Sya mo... mohon sama rasya" pinta arisya terbata. Arasya menatap manik mata arisya, mengenggam tangan arisya yang bergetar.
"Rasya mohon sama risya, jangan sakitin diri risya sendiri bisa?, papa baik baik aja sekarang" arisya menggeleng, yang ia mau sekarang adalah gibran. Bukan apapun lagi.
Saat tangan arasya berhasil meraih obat itu, arisya sudah terkualai lemas di dadanya. Pria itu panik, segera dirinya membopong arisya , berjalan cepat menuruni tangga dan menemukan sesil yang berdiri di depan pintu kamar wanita paruh baya itu.
"Risya kenapa ras" tanya nya panik.
"Risya kolaps ma, rasya harus bawa dia kerumah sakit" jelas arasya. Sesil mengangguk, ia mengikuti arasya di belakang. Pria itu meletakkan arisya di belakang bersama sesil. Kepala gadis itu berada di pangkuan sang ibu. Sesil menghapus peluh itu. Ia merasa bersalah, bersalah karena dia tidak bisa menjadi ibu yang baik untk anak semata wayangnya itu.
"Maafin mama sayang" ucapnya tulus, ia mendarat kan kecupannnya pada kening arisya. Membiarkan air matanya juga luruh bersamaan dg pundaknya yang bergetar hebat.
Jangan lupa tinggalkan vote and comment ya
Salam manis
KAMU SEDANG MEMBACA
arasya dan arisya
Ficțiune adolescențiarisya menyukai arasya. arisya mengagumi arasya. arisya menyukai apapun tentang arasya. Ini kisah tentang Arasya stefhano maurer Dengan Arisya shakira trombunais Mempunyai nama yang sama, tinggal di komplek yang sama, masuk kedalam kelas yang sa...