ADA#7

5 0 0
                                    

Sejak 5 menit yang lalu, gadis dengan rambut sebahu itu tetap pada prinsipnya, mengerucutkan bibir. Arasya menghela napas lelah.

"Hei ini bukan salah rasya" bantah arasya. Arisya tetap mengerucutkan bibirnya. Ia menghentak hentakkan kaki kesal. Sebenarnya apa yang dikatakan arasya memang benar, ini bukan salahnya. Tapi, arisya terlalu takut untuk mengungkap kesalahannya. Karena, ia tidak mau, menjadi bahan olok-olok arasya.

"Rasya, risya kalian di panggil sama pak syarif " seorang pria berkaca mata menghampiri meja arasya. Arasya mendongak, kemudian mengangguk menyetujui perkataan pria berkacamata itu.

"Ayo" ajak arasya. Arisya mengangguk, ia sudah melupakan kejadian tadi. Mengikuti arasya berjalan menuju ruang kepala sekolah.

"Permisi pak " arasya mengetuk pintu 3 kali, hingga terdengar bunyi menyuruh mereka masuk. Pak syarif menatap ke arah 2 siswa berprestasi di depannya.

"Ehm rasya, risya, bapak mau ngomong sama kalian, silahkan duduk " pak syarif menyilahkan mereka untuk duduk di 2 kursi yang berada di depan beliau.arisya dan arasya segera menempati kursi kosong itu.

"Mau ngomong apa pak,ngomong aja,nggak usah sungkan,kaya siapa aja" arasya menyahut suara pak syarif hingga menyebabkan arisya memukulkan tangannya pada paha arasya.

"Saya emng nggak sungkan sama kamu" balas pak syarif,arasya tersenyum kemudian mengangguk.

"Begini, jadi, 3 hari lagi akan ada olimpiade sains di lombok, dan kalian yang akan mewakili sekolah dalam perlombaan ini" ucap pak syarif. Sudah arasya duga, pasti jika mereka berdua dipanggil ke ruang kepala sekolah, maka tidak akan jauh jauh dengan olimpiade.

"Lha kan emng biasanya kita yang jadi perwakilan pak" sahut arasya. Pak syarif tersenyum.

"Jangan sombong kamu rasya, siapkan diri kalian, besok kalian akan berangkat"

"Bukan sombong pak, tapi kenyataan, tolong bedakan realita sama khayalan" bantah arasya. Arisya menepuk jidatnya pelan. Bisakah pria itu sopan sedikit pada yang lebih tua darinya?.

"Ras" bisik arisya pelan. Mengingatkan, entah dia sadar atau tidak.

"Eh tapi pak, kan kata bapak masih 3 hari lagi, trus kenapa kita suruh siap siap" tanya arasya.

"Wahhh.... Kita liburan pak, duhh makasih pak, nggak usah repot repot ngasih kita liburan, kita ikhlas kok pak" arasya melanjutkan ucapannya saat dirasa tidak ada jawaban dari pak syarif. Pak syarif menghembuskan nafas perlahan, ia harus sabar menghadapi arasya, jika tidak mau prestasi mentari menjadi taruhannya.

"Enak aja kamu, belajar, bukan liburan, disana nanti kamu harus registrasi dulu" jawab pak syarif. Muka arasya berubah menjadi murung.

"Yaaa... Pak, masa kita disuruh belajar terus, kapan liburannya pak? " bantah arasya, ia masih ngotot membicarakan tentang kebebasan pria itu.

" kata kamu, nggak usah repot repot ngasih liburan, ya udah, bapak emng nggak repot".

"Itu kan cuman basa basi pak, masa nggak peka sama kode anak muda".

Arisya semakin geram, ia kemudian menggeret tangan arasya keluar, sebelum pria itu bertingkah lebih aneh dari ini.

"Maaf pak, kita keluar dulu,  permisi" pamit arisya sopan. Pak syarif mengangguk, membiarkan ke dua murid emasnya itu keluar dari ruangannya.

                               ***

Arisya memasuki rumahnya, sepi. Itulah yang ia rasakan. Arisya mengesampingkan hal tersebut. Ia berjalan ke arah meja makan, melihat apakah ada makanan untuk dia makan atau tidak. Arisya menemukan sebuah note disana. Buru-buru gadis itu mengambilnnya

Mama nggak bisa pulang hari ini sampai 3 hari kedepan sayang. Ada klien yang harus mama temani. Jaga diri kamu baik-baik.

Love

Mamq

Arasya menghela napas lelah, selalu seperti ini. Pekerjaan mamanya yang menjadi pengacara membuat wanita paruh baya itu lebih banyak menghabiskan waktunya bersama para klien. Sedangkan dia, entahlah.

Arisya menggenggam kertas kecil itu, meremasnya hingga tak berbentuk lagi. Ia berjalan menaiki tangga, membuka kamarnya dan segera berberes untuk keberangkatannya ke lombok besok. Semoga saja, dengan pergi ke lombok, masalah gadis itu akan sedikit berkurang.

Dering ponsel arisya mengalihkan tatapan gadis itu dari beberapa helai pakaian yang akan ia bawa ke lombok. Arisya bangkit dari duduknya, mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

Arasyamaurer_

Sya

                                        Arisya_shakira

                                       Hemm

Ada apa dengan arasya? Kenapa dia meng-line dirinya? Tidak biasanya. Arisya kembali meletakkan ponselnya, namun urung saat bunyi kedua muncul.

Arasyamaurer_

Enggk jadi

                                       Arisya_shakira

                                    Aneh.

Arisya kembali meletakkan kembali ponselnya, dan lagi lagi urung saat ia mendengar dering telepon yang berasal dari benda pintarnya.

"Arasya" gumam arisya, ia menekan tombol hijau itu dan menempelkan di telinga sebelah kananya.

"Halo" sapa suara dis seberang sana, lebih tepatnya arasya.

"Halo, ada apa ras" tanya arisya to the point.

"Cuma pengen ngomong aja"

"Tumben " cibirnya.

"Ohh ....arisya nggak suka ditelpon rasya"

"Jujur apa nggak"

"Emm jujur deh, dimana mana itu nggak ada orang yang mau dibohongi, sakit sya"

"Ck,ngomong terus dari tadi, risya kapan ngomongnya "

"Hehehe, sorry"

Malam itu mereka habiskan untuk saling mengobrol, bertukar pikiran. karena nyatannya dia tidak pernah menghubungi arisya sekalipun. Namun kali ini pria itu tahu, gadis yang rumahnya berada tepat di samping rumahnya sedang merasa sepi, sendiri. Dan dia hanya ingin, untuk membuat arisya tidak merasa sendiri di dunia yang kejam ini. Ya hanya itu.

arasya dan arisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang