Sebelum keberangkatan mereka ke lombok, kedua remaja itu menyempatkan untuk mengunjungi pelita rehabilitasi.
Pelita rehabilitasi adalah tempat rehabilitasi pada pecandu narkoba. Yang mana dahulu tempat ini didirikan oleh sepasang suami istri keturunan tionghoa, harapan mereka adalah supaya para pecandu narkoba bisa meneruskan semangatnya untuk melanjutkan hidup, dan bukan berakhir pada obat obatan yang hanya memberikan kenikmatan sesaat.
Arasya dan arisya mengenal tempat ini tepat 2 tahun lalu, saat mereka menjadi perwakilan sekolah untuk menghadiri konferensi pers yang berada di daerah kemang. Awalnya seka mengajak mereka mengunjungi tempat rehabilitasi itu. Dan karena sifat remaja kebanyakan, penasaran. Akhirnya arasya dan arisya mendatangi tempat itu.
Ketika mereka pertama kali menginjakkan kaki di pelita rehabilitasi. Pemandangan yang bahkan tidak pernah mereka lihat, kini berada di depan mata. Namun, ketakutan itu tidak berlangsung lama karena seka telah menjelaskan dengan detail keadaan di pelita rehabilitasi. Jiwa muda mereka tergugah, tanpa kesepakatan sebelumnya. Akhirnya kedua remaja itu menjadi salah satu konselor yang ditempatkan di bilik stabilisasi.
Dimana tempat ini adalah ruang khusus yang di sediakan untuk para pecandu yang sudah terbebas dari ketergantungan narkoba. Tugas mereka hanya satu, yaitu membangun keyakinan moral para pecandu untuk bisa menjalani kehidupan normal sebelum mereka terjerat dengan obat terlarang itu.
"Ayo turun" arasya membuka suara. Mereka berdua berjalan menuju ke bilik stabilisasi. Setiap penjaga yang mereka lewati, menyapanya ramah.
"Udah malam ras, pasti aren udah tidur" ucap arisya saat keduannya berjalan menuju bangsal Melati. Arasya mengangguk, ia merangkul pundak arisya menuju ke tempat resepsionis. Menghampiri seka yang berjaga sendirian.
"Mbak seka" .seka menoleh, mendapati ke dua remaja yang tak asing di matanya.
"Kalian, sini duduk, tumben malam malam kesini" tanya seka. Mereka berdua duduk menempati kursi panjang yang tersedia disana.
"Iya mbak, besok sampai 3 hari kedepan kita bakal nggak bisa kesini" arasya memulai percakapan. Seka kembali menghentikan pekerjaanya, menatapa ke arah arasya.
"Emng mau kemana, lomba lagi? " tanya seka. Arasya mengangguk.
"Yaudah, semangat ya, mbak doain dari sini ".
"Siyapp mbakk" kedua remaja berbeda gender itu mengangguk bersama. Tersenyum menampilkan deretan giginya ke arah seka.
"Oh iya sya, ada surat buat kamu" seka mengeluarkan sebuah surat dengan amplop berwarna biru itu kearah arisya. Arisya menerimanya. Ia menatap seka, meminta penjelasan.
"Dari aren".arisya hanya ber oh ria. Saat akan membuka pengait amplop itu, suara arasya menghentikan gerakannya."Sya ayo pulang, bunda udah nyariin"
"Yaudah ayo, mbak,kita pulang dulu ya" pamitnya pada seka, seka mengangguk. Arisya berjalan mengikuti arasya, memasukkan amplop biru itu ke dalam tas slempang sebelum sempat membukanya.arasya menghentikan mobilnya pada penjual martabak yang berada di pinggir jalan. Arisya mengernyit heran.
"Lha kenapa berenti"
"Si bunda ngidam, pengen martabak katanya".arisya tertawa kecil,berjalan mengikuti arasya keluar mobil.arisya memainkan ponselnya,mengetik pesan pada sesil.arisya menghela napas pelan,pesannya sejak tadi pagi belum di buka oleh sesil,sebegitu sibunyakah ia?.
Sesilia_
Ma, besok arisya bakal ke lombok, ada olympiade, mama doain risya ya
Love
Arisya kembali memasukkan ponselnya, menghela napas, kemudian menatap Bintang yang bertebaran di atas sana. Memandang Bintang yang paling bersinar.
Besok risya mau olympiade di lombok ru, doain risya sama rasya ya.
Gumam arisya, ingatan nya menerawang jauh, mengingat ingatan indanya 5 tahun silam. Sebelum semuanya benar benar berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
arasya dan arisya
Teen Fictionarisya menyukai arasya. arisya mengagumi arasya. arisya menyukai apapun tentang arasya. Ini kisah tentang Arasya stefhano maurer Dengan Arisya shakira trombunais Mempunyai nama yang sama, tinggal di komplek yang sama, masuk kedalam kelas yang sa...