"Rene..""Irene!"
"IRENE WOY!" Panggil Joy yang sudah ketiga kalinya tapi tak juga di gubris oleh Irene yang sedari tadi melamun tak karuan. "Apaan sih!" Jawab Irene dengan nada kesalnya.
"Lo kenapa si? Marah-marah terus perasaan" Kata joy dengan wajah anehnya. "Gue lagi gak mood" ucap Irene dengan singkat. "Palingan juga gara-gara wendy" celetuk seulgi yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Irene. "Gak usah sebut-sebut nama dia!" Titah Irene dengan wajah yang memerah menahan kesal.
Joy dan Seulgi hanya diam dan saling menatap aneh kepada sahabatnya itu. Pasti terjadi sesuatu antara Irene dan Wendy fikir mereka.
Sejak kejadian di rooftop kemarin membuat Irene sedikit kacau, karena ucapan wendy yang selalu terngiang-ngiang di kepala Irene.
"Irene-ssi.. Jika kau lelah maka berhentilah mencariku"
BRAAAAKKK
Suara gebrakan meja kantin yang sangat keras membuat semua penghuni kantin terkejut dan menatap sumber suara, yaitu Irene yang berdiri dengan wajah penuh amarah yang tercetak jelas.
"Gak! Gak akan pernah!" Ucap Irene sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Irene bergegas pergi dari kantin meninggalkan kedua temannya yang masih terkejut. Ia berjalan dengan cepat menuju kelas si pembuat masalah dalam hidupnya, wendy.
Membuaka pintu kelas wendy dengan kasar, Irene pun masuk tanpa permisi ketika melihat wendy sedang duduk di pojok kelasnya sambil membaca sebuah buku. Beruntunglah karna sedang jam istirahat jadi hanya ada beberapa siswa didalam kelas wendy.
Irene mencabut buku yang tengah Wendy baca, tapi Wendy hanya menatap Irene tanpa ekspresi. "sial!" Kata Irene sambil melempar ke lantai buku yang ia ambil dari wendy.
Ia mencengkram erat tangan Wendy, menariknya secara paksa keluar dari kelas dan berjalan dengan sangat cepat sehingga Wendy sedikit kewalahan mengimbangi langkahnya.
Sampailah mereka di sebuah gudang olahraga yang sepi, hanya di penuhi berbagai jenis bola dan alat-alat olahraga. Irene dengan kasar menghempaskan lengan wendy yang sedari tadi ia cengkram.
Wendy hanya menatap nyeri lengannya yang kini berwarna merah karna cengkraman Irene yang begitu kuat padanya.
Irene mendorong wendy hingga terbentur pada dinding. Ntah setan mana yang telah merasuki Irene sehingga dengan berani ia mencium wendy, bukan hanya mengecupnya tapi menciumnya dengan brutal. Ciuman paksa yang penuh amarah, rasa sakit dan kecewa.
"Mmppphhh..." Wendy berusaha menolaknya, menjauhkan wajah Irene sejauh-jauhnya, namun Irene tetap menuntut dan memaksa ciumannya pada wendy. Tenaganya sangat besar, sampai-sampai wendy tak mampu melawannya sama sekali.
"Hahhhh... Hhhaahh.. hahh..." Dengan tersenggal-senggal Irene melepas ciuman yang menguras habis semua nafasnya.
PLAK
Tamparan keras pun mendarat di pipi mulus Irene dari Wendy yang sudah jengah dengan sikap wanita itu, rasanya Irene terlalu melampaui batas kesabaran wendy sampai-sampai ia tak mampu menahan hasratnya untuk menampar Irene.
"Menjijikan!" desis wendy sambil menatap jijik Irene yang ada di hadapannya. Dengan emosi yang sudah diatas kepala wendy pergi meninggalkan Irene yang terdiam sambil memegang pipinya yang terasa panas karna tamparan wendy.
"W-WENDY LO!" Teriak Irene kepada wendy yang sudah berjalan beberapa meter di hadapannya. Namun seolah tuli wendy tak mendengar teriakan Irene dan tetap melanjutkan langkahnya dengan cepat. Meninggalkan Irene sendiri di tempat sepi yang penuh dengan kesakitan itu.
"Gue benci lo wen.."
"Gue benci lo wen, sumpah.."
"BRENGSEK WENDY!" Teriak Irene dengan frustasi dengan badan yang bergetar hebat. Pipinya yang perih karna tamparan wendy tak seberapa menyakitkan dibanding sakit di hatinya. Tanpa ia sadari air mata mengalir di pipinya dengan deras.
Irene menyandarkan tubuhnya di tembok, karna lutut Irene yang lemas tak mampu lagi menahan tubuhnya yang rapuh.
"S-sungwan kenapa lo ja-hat.. h-hiks.. hhiks" ucapnya yang tak mampu lagi membendung tangisnya
*****
"Hahh..." Helaan nafas yang ntah sudah berapa kali keluar dari mulut wendy saat ini. Ia hanya duduk dengan gusar sedari tadi sambil menatap telapak tangannya yang hari ini telah berbuat dosa besar.
Rose yang memperhatikan tingkah laku wendy pun khawatir kepadanya. "Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Rose kepada wendy. Namun bukannya menjawab wendy hanya menatap rose dari tempat duduknya dengan tatapan sedihnya.
"Kemarilah.." Titah Rose dan wendy pun langsung menghampirinya lalu duduk disebelah Rose sambil memeluk pinggangnya.
"Apa yang membuatmu bersedih" tanya rose sambil mengusap tangan wendy yang melingkar di pinggangnya. "Tidak ada" katanya yang berbohong. "Baiklah, kalau kau mulai berbohong aku juga akan berbohong padamu" ancam Rose yang dengan mudah mengetahui jika wendy sedang berbohong padanya. "Sejak kapan kau jadi suka mengancam nona Park" "Sejak saat ini hehe" Katanya sambil tersenyum lebar.
"Rose.."
"Yaa sayaangg"
"Irene menciumku" kata wendy dengan singkat.
Senyum yang sedari tadi terukir di wajah rose perlahan memudar, tak dapat di pungkiri bahwa rasa sakit menghampiri jantung dan hatinya ketika mendengar orang yang ia cintai dicium oleh wanta lain.
"Apa kau menikmatinya?" Tanya rose yang sebenarnya takut dengan jawaban wendy. "Tentu tidak! Aku lebih suka melakukan itu denganmu" Jawab wendy sambil mengeratkan pelukannya, Rose yang mendengar itu merasa lega karna wanitanya itu tak menikmati ciuman mereka.
"Lalu apa yang membuatmu terlihat murung Hm?"
"Ee-- aakuu.." Kata wendy yang menggantung ucapannya, jujur sebenarnya ia tak berani berbicara hal ini kepada Rose. "Aku.. M-menamparnya" Ucap wendy dengan pelan namun sangat terdengar jelas oleh telinga Rose.
"SEUNGWAN!" Bentak Rose sambil melepas pelukan wendy padanya.
"Apa kau serius?" Tanya rose yang memastikan, dan wendy pun mengangguk lemah.
"Aku tidak menyangka kau akan sejahat itu pada seorang wanita" Kata Rose yang terlihat kecewa pada kelakuan kasar wendy, dan wendy pun hanya mendunduk menatap lantai rumah sakit.
"T-tapi dia yang mulai Rose, dia yang menciumku duluan. Sungguh menjijikan" ucap wendy yang mencari pembelaan.
"Berarti kau juga menganggapku menjijikan karna menciummu lebih dulu?" Kata rose dengan nada bicara yang berubah menjadi sinis. "T-tidak rose! kalian itu berbedaa" Kilah wendy.
Namun rose tak bersuara lagi, ia hanya diam sambil berfikir kenapa wendy menjadi seperti itu. Tak seharusnya dia menampar seoranh wanita yang bahkan mencintainya, rasanya sungguh keterlaluan.
"Maafkan aku Rose.."
"Bukan padaku, tapi Minta maaflah kepadanya" ucapnya dengan penuh penekanan. "A-aku tidak tau bagaimana caranya"
"Fikirkan sendiri! Kau yang berbuat. Kau juga yang harus menyelesaikannya" kata rose dengan kesal.
"Jika kau belum meminta maaf, jangan harap kau bisa berbicara denganku" Ancam rose sambil berbaring memunggungi wendy yang hampir mati kebingungan.
*****
/Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Nerd
FanfictionKau berada di dekatku, tapi aku tak mampu menjangkaumu. Apa mungkin lenganku terlalu pendek? atau mungkin kau yang terlalu tingggi untuk ku gapai? Betapa membingungkannya sikapmu. Kau hanya diam dan menerima apa yang ku beri. Tak menolak, tapi tak...