Zes

492 83 7
                                    

Suara ruang kelas yang sepi tiba-tiba berubah menjadi ramai ketika seseorang datang membawa kabar yang membuat siapapun terkejut.

"WOY CEPET LIAT KE LAPANGAN!" Titahnya dengan wajah panik membuat siswa dan siswi lainnya berhamburan menuju lapangan karna penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Namun tidak dengan wendy, yang masih duduk dengan tenang di singgasana sambil membaca buku kesayangannya.

"Gue kalo jadi itu anak udah laporin ke polisi deh! Kasian ya yeri." Celetuk teman sekelas wendy yang baru saja masuk kedalam kelas. "Gue juga nggak tega, tapi gak berani nolongin apa lagi tiga-tiganya udah beraksi bisa mati anak orang" Saut temannya yang satu lagi. "Andai ada orang yang bisa ngerubah kelakuan si Irene, gue bakal berterimakasih sama dia"

Wendy hanya diam dan mencerna obrolan teman-temannya itu, sebenarnya wendy penasaran dengan apa yang terjadi. Dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke lapangan mengalah dengan egonya karna dia tidak mau mati penasaran.

Betapa terkejutnya wendy keika melihat seisi lapangan di penuhi murid yang berkumpul mengelilinginya, tentu sambil berbisik-bisik tentang apa yang mereka lihat. Wendy yang masih di depan ruang kelasnya belum mengetahui apa yang terjadi, karna terhalangi oleh banyaknya murid yang ada disana.

"Sumpah kasian!"

"Parah banget Irene sih"

"Tukang bully goblok bangettt ya tuhan"

Wendy yang semakin penasaran dengan apa yang terjadi disana, dengan cekatan wendy menyelip-nyelipkan tubuhnya diantara kerumunan itu. Beruntunglah memiliki tubuh yang kecil sehingga ia tak kesulitan.

Wendy hanya menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangannya setelah melihat kejadian didepan bola matanya sendiri. Seorang siswi yang di ikat pada tiang ring basket, dengan baju yang sudah compang-camping dan wajah menyedihkan. "MINTA MAAF GAK LO SEKARANG SAMA GUE!" teriak Irene di hadapan mukanya. Namun dia tak bergeming, hanya diam dan menunduk membuat emosi Irene terpancing. "KIM YERIM! TULI YA LO"

"Siram aja kali Rene!" Titah joy sambil memainkan kuku tangannya. Bagai diberi pencerahan Irene pun menurut dan mengambil seember air yang sudah disiapkan. Tapi baru saja Irene mengangkat ember hitam itu dan berniat menyiramkannya tapi tiba-tiba..

"JANGAN!" Teriak seseorang dengan lantang membuat semua pandangan tertuju padanya. Irene yang merasa tertarik pun tersenyum iblis dan menghampirinya. "Wow.. gue gak nyangka" desisnya ketika sampai di depan seseorang itu. "Yeri, nih ada pahlawan lo" Kata irene yang sedikit berteriak.

Dengan kasar Irene pun menarik tangannya lalu mendorongnya berdiri di sebelah Yeri.

"JENNIE! Udah gue bilang buat diem aja! Gak usah tolongin gue!" Kata yeri yang akhirnya membuka suara."Nah gitu dong ngomong, ternyata kunci mulutnya ada di ini anak Rene hahaha" Celetuk seulgi. "Enaknya diapain ya.." Kata joy sambil mendekat kearah Jennie.

Jennie yang menyesali perbuatannya terlihat bergetar ketakutan karna masuk kedalam lingkaran hitam para iblis. "Joy jangan apa-apain Jennie please.." kata yeri dengan lirih. Irene yang mendengar ucapan Yeri hanya diam karna bagai sebuah dejavu baginya, tiba-tiba ia mengingat bahwa pernah berkata seperti itu pada Seulgi agar tidak melakukan sesuatu pada wendy.

"Ini salah gue.." Tambahnya lagi yang semakin membuat Irene mengepalkan tangannya.

PLAK!

Tampar Irene kepada Yeri ketika dia berkata seperti itu benar-benar mengingatkannya pada wendy. Semua murid yang menyaksikan itu hanya melongo tak percaya.

"IRENE!" Teriak seorang wanita sambil berjalan tanpa rasa takut kearah Irene. "W-wendy" Ucap irene dengan lirih ketika melihat wendy menghampirinya. Dengan cepat wendy menarik lengan Irene.

"Lepasin mereka.." Desisnya dengan nada dingin yang menyeramkan sambil menatap Joy dan Seulgi yang terkejut dengan sikap wendy. "Lepas!" Titah irene sambil berusaha melepaskan cengkramannya namun tak di hiraukan sama sekali Wendy malah melanjutkan langkahnya sambil menarik Irene dan meninggalkan semua orang yang ada disana.

Hanya rasa heran yang ada dibenak mereka melihat wendy yang dengan beraninya menarik Irene dengan paksa. Karna selama ini tidak ada yang pernah berani melakukan itu.

Ntah kekuatan yang datang dari mana, wendy membuat irene tak bisa berkutik dalam cengkramannya. "Wen! Tangan gue sakit!" keluhnya namun lagi-lagi tak di gubris oleh wendy. Rasanya hanya mimpi jika wendy mau mendengar kata-kata Irene. Akhirnya dia hanya pasrah ketika wendy membawanya menaiki tangga menuju rooftop.

Wendy melepaskan genggaman tangannya ketika mereka sampai di lantai tertinggi di gedung sekolahnya itu. Dia hanya diam dan menatap Irene yang ada tepat di hadapannya.

"Mau apa lo?" Tanya Irene dengan hati yang sudah tak karuan. "Mau nampar gue lagi?" Katanya dengan senyum getirnya. "TAMPAR AJA GUE! NIH!" Teriaknya sambil menyodorkan pipi yang persis pernah wendy tampar.

"Baik" Katanya dengan datar sambil mengangkat tangannya ke udara. Irene hanya bisa memejamkan matanya yang sudah berair, ntah sejak kapan Irene berubah menjadi gadis cengeng seperti ini.

Tapi bukannya merasakan sakit, Irene malah merasa tangan halus yang mengusap lembut pipinya dan menghapus air mata yang mengalir deras. Ia membuka matanya, dan melihat kenyataan bahwa Wendy yang melakukan itu. WENDY.

Bukannya merasa tenang, Irene malah merasa hatinya lebih sakit saat ini. Hatinya bagai di remas dengan kuat, sampai-sampai menangis sesegukan karna sulit untuk bernafas.

"Apa rasa sakitnya masih terasa sampai saat ini?" Tanya wendy sambil menatap Irene. "BRENGSEK TAU GAK LO SEUNGWAN" Teriaknya sambil memukul  dada wendy dengan lemah.

Wendy hanya diam dan tak tau harus bagaimana menghadapi Irene. "Maaf.." Ucapnya dengan lirih sambil memegang tangan Irene yang memukul-mukulnya.

"h-Hiiks.. Jahat t-tau gak. Gue benci sama lo!" kata Irene sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya lalu berjongkok.

Wendy pun ikut berjongkok di hadapan Irene, sambil berfikir bagaimana cara menenangkan Irene yang terlihat kacau saat ini.

"H-hikss.. Hiksss.. Hnngggg.."

Bukannya mereda tapi tangis Irene malah semakin mengeras, sampai akhirnya wendy pun menarik Irene kedalam pelukan hangatnya. "Sudah.. Menangis itu melelahkan" Katanya sambil mengusap rambut Irene yang ada di pelukannya. "S-seungwan.." Panggil Irene sambil mengeratkan pelukannya pada wendy. "Yaa.. Aku ada disini. Berhenti lah menangis" Titahnya yang diangguki Irene.

"Maafkan aku telah menyakiti mu, maafkan aku yang telah kasar padamu. Dan aku harap kau bisa menjadi gadis kecil yang menggemaskan, bukan gadis kecil yang menakutkan Irene" Kata wendy bagai sebuah udara segar yang irene hirup dan masuk kedalam paru-parunya sehingga membuat Irene bisa hidup sampai saat ini.

"Aku mencintaimu.. Meski kau tak mencintaiku, tapi tolong.. Jangan sakiti aku lagi" Ucap Irene yang sudah sedikt tenang dalam dekapan hangat wendy. "Akan ku coba Irene-ssi" Jawab wendy yang membuat batu besar yang ada di dadanya seketika terangkat. Hingga perasaan bahagia yang selama ini terhalang bisa kembali masuk.



****

tbc.

Little NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang