xviii. companion (jisung/ryujin)

187 21 14
                                    

[ h. jisung/s. ryujin ; g]

.

.

.

"Lusa ternyata sudah acara resepsi pernikahan Hyunjin dan Chaeyeon, ya."

Jisung yang entah kapan datangnya tiba-tiba muncul di ruang tengah apartemen Ryujin, lalu seenaknya menghenyakkan diri di sisi sofa yang kosong. Ryujin yang masih fokus menonton acara memasak tidak mengacuhkan kedatangan sahabatnya. Sudah menjadi makanan sehari-hari baginya, untuk apa digubris?

Paling tidak Ryujin masih berbaik hati memberi gumaman singkat sebagai respons atas pertanyaan Jisung. Biasanya dia tidak sebaik ini.

Hanya saja, memang pada dasarnya Jisung haus perhatian, ia akan bersungut-sungut jika tidak diberi tanggapan seperti ini.

"Hei," Jisung menyenggol kaki Ryujin, membuat gadis itu menoleh sekilas sambil mengangkat alis, "give me some reaction at least."

Helaan napas tercetus dari bibir sang gadis. "Reaksi buat apa? Aku lagi malas, nih," kilahnya. Jisung makin memajukan bibirnya sebelum bersedekap.

"Dasar nggak asik."

Ryujin refleks tertawa kecil melihat Jisung merajuk. Ditatapnya pemuda itu dari sudut mata sebelum menjegal leher Jisung main-main.

"Hei, hei," Jisung menggerutu, tetapi ia sama sekali tidak mendorong Ryujin menjauh. Sebaliknya, lengan Jisung menahan pinggang Ryujin agar gadis itu tidak limbung ke arahnya, "sakit, Ryuddaeng."

Buku-buku jari Ryujin menjitak kening Jisung main-main sebelum gadis itu melepaskan diri. Senyumnya terlihat puas.

"Makanya jangan suka ngambek," gadis Shin menjulurkan lidah, "jelek."

"Sekeren ini dibilang jelek," Jisung protes.

"Kerenan aku!" sambar Ryujin tidak mau kalah.

Jisung pura-pura menyipitkan mata kesal sebelum membiarkan gadis itu menang. Lagipula pemuda itu tidak bisa membantah sesuatu yang memang sudah menjadi rahasia umum. Sudah banyak yang berkata bahwa Shin Ryujin itu adalah gadis paling cool dibandingkan teman-temannya yang lain. Bahkan Jisung saja kalah oleh pesona Ryujin yang memang lebih populer di kalangan anak perempuan.

Sejujurnya Jisung sama sekali tidak merasa iri dengan Ryujin. Ia hanya agak sedih karena gadis itu tidak pernah menyadari bahwa dirinya pun ikut jatuh dalam pesona sang teman baik dan terjebak dalam status friendzone.

Ketika Ryujin memutuskan untuk menjauh, Jisung diam-diam merasa kehilangan. Pemuda itu menatap teman baiknya yang sedang menguncir rambut sebahunya dengan sorot tidak terbaca. Ryujin yang menyadari tatapan Jisung hanya menelengkan kepala bingung, tetapi pemuda itu membalas dengan cengiran kecil.

"Mumpung kamu teman baikku yang paling keren, ayo pergi ke resepsi Hyunjin dan Chaeyeon bersama-sama."

Sejenak Ryujin terlihat menatap Jisung tanpa berkedip sehingga pemuda itu hampir salah tingkah dibuatnya. Namun bukan Jisung namanya jika tidak nekat mencoba peruntungannya sendiri. Lagipula kapan lagi ia akan berkesempatan menggandeng Ryujin sebagai partnernya jika bukan sekarang? Jisung bukanlah orang bodoh yang akan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata.

(Ya, meskipun dia bodoh karena belum berani menyatakan perasaan secara langsung pada sahabatnya ini.)

"Tumben? Kehabisan gebetan?" tanya Ryujin sambil menaikkan alis. Jisung hanya bisa mengurut dada mendengar pertanyaan sang gadis. Bukan salahnya juga karena mencoba peruntungan dengan gadis lain hanya semata-mata demi mendistraksi pikirannya dari sosok Shin Ryujin.

"Lagi malas memasang topeng. Kalau denganmu aku cuma perlu jadi diri sendiri," Jisung mengedikkan bahu. Ryujin terlihat berpikir sejenak sembari menatap Jisung sebelum menjatuhkan bokong di sisi sofa yang sebelumnya ia tempati.

"Kalau jelek sih jelek aja. Pakai topeng juga tetap jelek."

"Cuma kamu yang bisa lihat kejelekanku sih, Ryu. Nggak berlaku buat orang lain," balas Jisung. Gadis itu kembali mencibir, tetapi setelahnya ia mengacak rambut Jisung penuh afeksi sebelum mencubit pipi pemuda itu keras-keras.

"Aduduh! Sakit!" Jisung bergegas menepis tangan gadis itu dan bersiap memitingnya di sofa. Namun sebelum Jisung berhasil, Ryujin sudah terlebih dahulu meloloskan diri sambil tertawa, menghilang di balik dinding dapur untuk mengambil cemilan bagi mereka berdua. Meninggalkan Jisung dengan jantung yang bertalu keras di dalam dada dan senyum bahagia yang menghiasi wajahnya.

Di hari pernikahan Hyunjin dan Chaeyeon, Jisung yakin ia akan menjadi orang paling bahagia di dunia karena berhasil memiliki gadis impiannya, meskipun hanya untuk satu hari saja.

Of Words And Hidden Feelings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang