xxi. short hair (i like that) (jisung/yejin)

219 9 0
                                    

[ h. jisung/p. yejin ; g ]

.

.

.

Hujan yang tiba-tiba turun di tengah perjalanan menuju kafe tempat ia dan temannya janjian sempat menghalangi langkah Jisung. Pemuda itu terpaksa harus berteduh sejenak di salah satu toserba sambil membeli payung untuk melanjutkan perjalanan. Sebenarnya Jisung ingin membeli jas hujan. Namun karena sedang habis, terpaksa ia membeli payung hitam membosankan yang masih tersisa di toserba itu.

Kafe tempatnya janjian tidak begitu jauh dari halte. Namun di tengah lebatnya hujan, Jisung tidak mau mengambil risiko basah kuyup dan merusak impresi gadis yang akan ditemuinya. Ya, seorang gadis yang merupakan teman lamanya dan sudah bertahun-tahun tidak bertemu.

Gadis yang diam-diam ia sukai.

Beruntung hujannya perlahan mereda saat Jisung kembali melanjutkan perjalanan menuju kafe. Ia menurunkan payung di teras kafe dan bergegas masuk agar tidak diterpa angin dingin. Setelah meletakkan payung di tempatnya, Jisung mengedarkan pandang ke sekeliling untuk mencari sosok temannya. Namun entah kenapa ia tidak menemukan sosok familiar itu hingga pemuda itu memutuskan untuk menghubungi temannya lewat ponsel.

Baru saja Jisung membuka aplikasi pesan, tiba-tiba ia merasakan pundaknya ditepuk pelan dari belakang. Jisung yang mudah kaget tentu saja terlonjak sebelum menolehkan kepala dengan cepat pada orang di belakangnya. Namun begitu melihat siapa yang ada di sana, kelopak matanya sontak melebar tidak percaya. Netra Jisung lekas mengamati penampilan temannya itu dari atas sampai bawah sebelum kembali menatap tatanan rambutnya yang terlihat berbeda.

"Yejinie?"

Gadis berambut pendek di depannya menyengir, memamerkan  gigi kelincinya yang manis. Jisung berulang kali mengerjap tidak percaya, lalu bertanya lagi, "Kamu Yejin kan? Park Yejin?" Takutnya Jisung yang salah orang karena meskipun wajah gadis itu memang persis wajah temannya, tetapi Jisung tidak pernah melihatnya dengan potongan rambut seperti ini.

"Iya, aku Yejin," gadis itu mengangguk. Jisung masih belum bisa berkata-kata sehingga Yejin pun melanjutkan kata-katanya, "kenapa? Aku kelihatan beda, ya?"

Jisung menggaruk kepalanya sambil terkekeh kikuk, "Ya, aku takut salah orang aja."

"Sudah kuduga kamu nggak mengenaliku lagi," Yejin memanyunkan bibir bawahnya. Jisung otomatis menggeleng sebelum benaknya buru-buru membuat pembelaan.

"Bukan gitu, Yejin." Jisung jadi merasa tidak enak karena reaksinya membuat gadis itu agak sedih. Namun ternyata Yejin hanya tertawa pelan sebelum menggesturkan pada Jisung agar mengikutinya.

"Yuk, duduk. Aku sudah kelaparan karena menunggu."

Jisung mengangguk saja dan membiarkan Yejin berjalan terlebih dahulu, menuntun langkahnya. Pemuda itu masih agak tidak percaya melihat rambut sang gadis yang berubah pendek dalam rentang waktu cukup lama. Lantas benaknya kembali berpikir, apa lagi yang berubah dari gadis itu selama mereka berpisah? Apakah caranya memandang dunia tidak seperti dulu lagi? Apakah senyumnya tidak selebar dulu lagi?

Sejujurnya Jisung takut mengetahui perubahan yang barangkali terjadi pada diri Yejin.

"Kenapa potong rambut?"

Yejin yang baru saja hendak duduk tiba-tiba menatapnya dengan sorot bingung. Pertanyaan itu memang tercetus begitu saja tanpa bisa ditahan. Namun Jisung terlihat tidak ingin menarik kata-kata sehingga ia pun menunggu jawaban sang gadis.

"Hm? Nggak ada. Cuma ingin suasana baru saja," tutur Yejin ringan. Jisung perlahan mendengus sebelum duduk di kursi yang berhadapan dengan gadis itu. Wajahnya ditopang dengan sebelah tangan.

"Kirain kau punya pacar."

Kali keduanya Jisung berbicara, ekspresi Yejin berubah dari bingung menjadi datar. Jisung diam-diam menyesal karena sudah mengucapkan hal itu tanpa berpikir. Ia menggaruk rambutnya lagi sebelum memberikan cengiran minta maaf pada Yejin.

"Cuma menebak. Jangan dibawa serius," ucapnya.

"Kau nggak berubah ya, Jisung. Selalu saja memikirkan hal yang nggak perlu dipikirkan," kali ini giliran Yejin yang mendengus sebelum membolak-balik halaman menu yang tersedia di depan mereka dengan wajah masam. Jisung menyesal karena sudah bicara.

Sebenarnya ia sama sekali tidak keberatan. Melihat Yejin dengan potongan rambut baru memang terasa aneh, tetapi bukan berarti Jisung tidak suka. Hanya saja ia jadi berpikiran bahwa Yejin saat ini sedang punya pacar yang membuatnya sampai mengubah penampilan seperti ini.

Diamnya Jisung agaknya diartikan Yejin sebagai tanda bahwa pemuda itu sedikit terpukul sehingga sang gadis berusaha mengalihkan perhatian pemuda itu lagi. Jisung terkejut, tidak menyangka saat Yejin tiba-tiba menyentuh punggung tangannya dengan gestur menenangkan.

"Maaf, Sungie. Aku gak bermaksud untuk kesal padamu," gumamnya. Jisung hanya mengangguk kikuk, lalu mengusap tengkuknya agak malu.

"Aku nggak apa-apa. Cuma...kaget aja. Soalnya kau cocok dengan rambut pendek," tutur Jisung dengan nada lembut, "jadi kelihatan segar begitu."

"Oh, ya?" Bibir Yejin melengkung membentuk senyum. Jisung mengangguk, "kalau begitu...kau suka, kan?"

Pertanyaan gadis itu cukup membuat Jisung melongo cukup lama. Dan saat menyadari semburat merah muda yang merambati kedua pipi sang gadis, ia pun mengerti.

"Ya, aku suka."

Yejin tidak perlu tahu akan makna sebenarnya di balik kata-kata yang berusaha diucapkannya dengan santai itu. Yejin juga tidak perlu tahu akan jantung Jisung yang berdetak dua kali lebih cepat begitu melihat senyum gadis itu yang menjadi semakin lebar.

Tidak. Belum saatnya untuk diberitahu.

(Mungkin nanti. Saat mereka sudah berbincang lebih lama, di penghujung hari, saat Jisung mengantarkan Yejin ke depan apartemen tempat tinggalnya.)

Of Words And Hidden Feelings ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang