4. The Wedding

6.1K 374 41
                                    

Tolong bantu cek typo ya teman-teman. Thanks and Happy Reading.

 Thanks and Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: Pinterest)

***

"Sah." Itulah kata yang keluar dari mulut para saksi yang menghadiri acara pernikahan Rega dan Rara. Rega menghembuskan nafas panjang. Mengucapkan janji suci di hadapan penghulu dan para tamu membuatnya gugup. Usai acara ijab qabul itu, keduanya harus didandani lagi dan berganti pakaian untuk acara resepsi yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Rara didandani di ruang terpisah dengan Rega.

Mama Risma masuk ke ruangan setelah Rega didandani tipis-tipis oleh seorang perias wanita yang merupakan tim MUA di acara pernikahannya ini. Mama pun masuk setelah perias itu keluar. Mama membawa pakaian yang akan dikenakan Rega untuk resepsi. Mama menyodorkan baju pengantin adat Jawa berupa beskap putih, jarit batik dan blangkon batik.

"Mama mau anterin ini buat kamu."

"Makasih, Ma." Rega mengambil alih seperangkat pakaian resepsi itu.

Rega melihat jarit batik yang kini sudah dipegangnya. Wajahnya tampak memikirkan sesuatu.

"Kamu pasti bingung kan caranya pakai jarit batiknya?"

"Iya, Ma. Kok Mama tahu?"

"Tahu, dong. Dulu waktu nikah, Papa kamu juga bingung pakainya. Mau Mama bantu?"

Rega mengangguk. "Boleh,"

Mama keluar sebentar saat Rega mengganti pakaian atasnya dari kemeja putih dilapisi jas hitam menjadi beskap putih. Mama masuk lagi saat Rega memanggilnya. Anak laki-lakinya itu hanya melilitkan jarit batiknya dengan asal di pinggangnya. Mama terkekeh melihat ketidakbecusan Rega mengenakan jarit itu.

"Sini Mama bantuin."

Mama membenahi tatanan jarit batik yang melingkar di pinggang Rega. Rega sedikit terkekeh melihat Mama yang membenahi pakaiannya. Dia sudah dewasa dan sudah menikah, tapi Mama masih membantunya berpakaian layaknya anak kecil.

"Makasih, Ma."

"Sama-sama."

Tiba-tiba Mama memeluk Rega erat. Masih sulit percaya anak sulungnya sudah menikah. Mama juga menitikan air mata, tapi secepat mungkin Mama menghapusnya. Lantas menepuk kedua pundak Rega.

"Jadi suami yang baik ya, Nak. Harus bertanggung jawab dan harus bisa menjaga istri kamu. Jadi imam yang baik, yang bisa bawa istri sama anak-anakmu kelak ke surga."

Rega mengangguk. Dia tahu bahwa itu merupakan tugas baru untuk status yang baru saja disandangnya. Tugas yang mungkin sangat berat untuk hidupnya mulai sekarang.

"Iya, Ma."

"Mama keluar dulu, ya. Mau lihat istri kamu dulu."

Rega hanya mengangguk. Melihat punggung Mama yang menghilang dari pintu, membuat Rega sedikit sesak. Melihat Mama menangis tadi, membuatnya sadar bahwa sekarang dia harus menjadi sosok yang sesuai permintaan Mama. Menjadi suami dan imam yang baik.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang