Tiga bulan kemudian...
Perempuan itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan hair-dryer baru dibelinya seminggu yang lalu. Rara duduk di kursi tepat di depan cermin meja riasnya. Ya, berkat ulah suaminya tadi malam, Rara terpaksa harus keramas di pagi buta. Sekarang Rara sudah tampil rapi dengan blouse biru muda berenda di bagian leher dan rok span hitam. Sementara suaminya masih meringkuk di atas kasur dengan selimut tebal yang menutupi tubuh polos tanpa benang itu. Rara berdecak kesal melihat kelakuan malas Rega. Sudah berkali-kali dia membangunkan Rega, tapi sang suami masih ingin tidur lebih lama rupanya.
Rara mematikan mesin hair dryer ketika rambutnya terasa sudah cukup kering. Dia bergerak untuk membangunkan Rega lagi. Kali ini Rara menggoyang-goyangkan tubuh Rega lebih kencang agar suaminya mau bangun dan membersihkan diri.
"Bangun, Re! Udah siang, nih!"
Rega hanya bergerak sedikit seraya melenguh. Lalu melanjutkan tidurnya. Lagi-lagi Rara berdecak kesal dengan kelakuan suami bebalnya itu.
"Bangun, Rega! Kamu udah melewatkan subuh, sekarang mau telat ke rumah sakitnya? Kalau dimarahi dosen kamu gimana?"
Teriakan Rara berhasil membuat Rega membuka matanya perlahan. "Ini aja barusan aku diomelin dosen. Kamu kan dosen."
"Yang aku maksud tuh dosen klinis kamu."
"Iya, aku bangun. Jangan ngomel-ngomel mulu dong, Sayang."
"Kamu sih mager. Bangun sana! Subuhnya keburu habis."
"Aku kan belum bebersih, sayang. Lagian ini udah habis subuhannya. Udah kesiangan ini."
"Kamu sih dibangunin susah."
"Kan tadi waktu mau subuh kita main lagi. Aku capek auto ketiduran."
"Rega!"
Rega sontak bangkit mengubah posisi tidurnya menjadi terduduk. Selimut yang yang menutupi tubuhnya sedikit tersingkap, membuat dada bidangnya nampak.
"Aku kan masih ngelonin kamu tadi waktu subuhan. Kamunya juga mau aja gitu dikelonin. Jadi ya udah," lanjut Rega lagi.
"Ya udah apanya? Kamu udah melewatkan ibadah masih bisa ngeyel."
"Ngeyel apa sih, sayang? Ngelonin istri kan juga ibadah. Ibadah menyenangkan malah."
Rara malas berdebat lagi dengan Rega. Memang salahnya juga kalau dipikir-pikir. Tadi sewaktu mau adzan Subuh, Rara malah menuruti keinginan Rega untuk melakukannya sekali lagi. Dia sendiri juga agak telat menjalankan ibadah pagi itu gara-gara masih telalu nyaman untuk melapaskan diri dari suaminya.
"Makasih ya buat semalam," ucap Rega lantas mengecup kening Rara singkat.
"Buruan mandi sana!" titah Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlebnisse (Re-Publish) ☑
RomanceAyunda Ixora Pratama, seorang wanita ambisius yang sangat ingin menjadi profesor di usia muda. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkan impiannya. Namun, pemikirannya perlahan berubah semenjak menikah dengan Arega Ferdiano. Perlahan dia sadar bah...