23. Egoisme

4.4K 280 44
                                    

Rega bangkit dari posisi terlentangnya di sofa ketika Rara datang. Matanya lekat mengawasi gerak-gerik istrinya yang kini tengah melepas sepatu high heels miliknya. Rega masih mencoba bersabar dengan bersikap senormal mungkin di depan Rara. Dia tak mau membuat Rara merasa dihakimi.

"Sini, Ra!" Rega menepuk-nepuk bagian sofa yang kosong di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini, Ra!" Rega menepuk-nepuk bagian sofa yang kosong di sebelahnya. Meminta Rara untuk duduk di situ.

"Kenapa?"

"Duduk dulu aja," titah Rega lagi.

Rara akhirnya mau duduk si sofa, bersebelahan dengan Rega.

"Ini apa, Ra?" tanya Rega sembari memperlihatkan email yang terbuka di ponsel Rara. Mata Rara langsung membulat begitu tahu sang suami telah membobol emailnya. Dengan tangkas Rara merebut kembali ponselnya. Rara hanya diam tanpa menjelaskan. Dan akhirnya kesabaran Rega telah menguap.

"Ra?"

Rara masih membisu. Raut wajahnya tampak panik. Namun, sepersekian detik kemudian raut wajahnya terlihat datar.

"Apa itu, Ra? Kamu mau lanjut sekolah lagi, hah?" bentak Rega yang sekarang menjadi tak sabaran.

Rara hanya terdiam. Malas berdebat dengan Rega. Dia tahu apa yang akan dilakukan Rega setelah mengetahui rencananya kuliah S3. Pasti Rega akan melarangnya pergi di saat pernikahan keduanya masih terbilang berumur jagung.

"Jawab, Ra!" Rega memaksa Rara. Nadanya semakin tinggi.

"Aku ketrima beasiswa S3. Puas?"

Lutut Rega terasa lemas mendengar jawaban Rara barusan. Rega langsung mengusap wajahnya kasar. Helaan napas terdengar kencang. Rega nampak frustasi. Sementara Rara memasang wajah masam.

"Kamu ambil beasiswa itu?"

"Kenapa tanya? Kamu pasti tahu jawabannya, Re.

Rega mengembuskan napas panjang. Jengah dengan istrinya sendiri.

"Jangan ambil!"

"Aku akan tetap ambil."

"Jangan aku bilang! Kamu nggak boleh ke mana-mana."

Rara mendorong sebelah pundak Rega dengan kasar. "Kamu sendiri lanjut sekolah spesialis, aku nggak pernah ngelarang kamu, tapi kenapa kamu ngelarang aku lanjut S3, hah?"

"Beda, Ra!" bentak Rega keras.

"Apanya yang beda? Kita sama-sama berusaha mewujudkan impian kita. Sama-sama ingin berkarir."

"Kamu cewek. Kamu itu istri. Nggak ada kewajiban cari nafkah. Jadi, nggak perlu sekolah tinggi-tinggi."

"Kamu ngeremehin aku? Nggak emansipasi banget sih kamu."

Rega menghirup napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Ra, pernikahan kita belum lama. Masa kamu mau ninggalin aku ke luar negeri?"

"Dan aku nggak bisa ninggalin impian aku begitu aja. Kamu tahu sendiri kan kalau aku ingin jadi profesor."

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang