Terakhir

578 27 30
                                    


"Ngapain kamu deket-deket ama dia,hah?"

"Itu gak seperti—"

"Halah! Jangan bohong sama saya! Saya liat dengan mata kepala saya sendiri!"

Ricis menatap serius layar TV didepannya,hanyut dalam cerita sinetron siaran Indosi*r tersebut.

"Cis! Ayo bangun!"

Disaat Ricis lagi serius-seriusnya menonton,terdengar suara teriakan Denias dari luar pintu hotel Ricis. Menganggu kegiatan menonton Ricis.

"Apaan sih a'? Ihh. Ganggu tau!"

Ricis balas berteriak sebal.

"Tapi—"

"Udah sana! Ganggu."

Setelahnya,hening. Tidak ada lagi suara Denias,ataupun Ricis.

"Eh,a' deni tumben cepet amat nurutnya? Kenapa yah?"

Ricis memeriksa kembali kearah pintu,bahkan sampai menghampiri pintu itu demi memastikan masih ada suara Denias atau tidak.

"A'...?"

"A'...?"

Tidak ada suara,Ricis cemberut dan melipat tangannya didepan dada.

"Ih,nyebelin."

Ricis menghentak-hentakkan kakinya kesal. Tapi setelahnya,

"Cie ngambek~"

Terdengar kembali suara Denias,bahkan pintu sudah terbuka sedikit,menampilkan senyuman lucu tanpa dosa milik Denias.

"Lah a'?! Kok bisa masuk?!"

"Minta kunci."

Ricis hanya ber-'oh' ria,dan mengambil topi Denias dari kepala Denias. Lalu mencubit pipi Denias.

"Kenapa sih?"

Denias menahan tangan Ricis yang kembali ingin mencubit pipinya.

"Ini..a' deni kan?"

Tanya Ricis,Denias mengangkat satu alisnya.

"Iyaa? Dengan saya sendiri?"

"Kok tambah lucu sih?! Ih!"

Ricis mencubit lagi pipi Denias sambil memonyongkan bibirnya,

"Aku tuh gasuka yah! Tiap hari kamu tambah lucu gini! Nanti banyak yang naksir!"

Ricis mengunyel-unyel pipi Denias gemas.

"Hum? Aku lucu?"

Tanya Denias,menunduk sedikit,menyamakan tingginya dengan Ricis.

"Iyaa~"

"Se-lucu apa?"

"Selucu a' Denias."

Denias mengernyitkan dahinya bingung,

"Trus aku siapa?"

"Masa depanku."

Ricis menjawab polos,tersenyum tanpa dosa.

"....A-ah a-anu cis,yuk sarapan. Dah lapar nih."

Denias menoleh kearah lain,mengalihkan pembicaraan salah tingkah.

"Eh? Kok gak bilang-bilang kalau udah lapar?! Ayo!"

Ricis menarik tangan Denias. Ricis yang menarik terlihat khawatir dan bahagia. Tapi Denias yang ditarik terlihat ber-istigfar berulang kali sambil mengusap wajahnya.

"Astagfirullah...cis. Gak kuat aku."

"Gak kuat kenapa a'?"

"Pen nikahin kamu."

Spring.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang