Bioskop.

464 24 10
                                    

"Umi~temenin aku nonton yah?"

Camor datang menghampiri Ricis. Ricis berhenti memakan snack nya lalu menatap Rio lalu camor yang sudah rapi.

"Ah,gue nanti jadi nyamuk."

"Kan ada a' den—"

Rio langsung menelan ludahnya dan melirik kearah lain saat melihat Ricis menampilkan wajah seram.

"Bodoh."

Umpat Ricis,membanting snacknya. Mood-nya sudah hancur karena mendengar nama 'itu'.

"Ini gala premiernya Say I Love U—"

Ricis tersadar,ternyata dia diundang untuk mengikuti gala premier nya. Akhirnya Ricis memutuskan ikut nonton. Bodo amat. Hidupnya bukan hanya seputar 'dia'. Dan terlebih lagi,dia memang butuh sedikit hiburan.

Disini lah mereka sekarang,didepan gedung bioskop. Camor dan Rio bertindak konyol untuk membuat Ricis tertawa dan berhasil. Sampai-sampai Ricis meng-igs mereka. Tapi...

Di igs tersebut ada bayangan,seorang laki-laki menghadap kearah kamera dengan senyuman tipis dan tatapan tajam memakai pakaian serba hitam. Membuat Ricis merinding,karena sudah tahu itu siapa.

Benar,itu Denias.

"Ngapain disini?"

Tanya Denias merapikan kerah bajunya. Serasa tidak ada masalah apa-apa dengan Ricis.

"Justru gue yang mau tanya. Lu ngapain disini."

Ricis tanpa melihat Denias meremas tali tasnya erat. Gugup bercampur kesal berada disamping Denias.

"Ya,nyusul calon istri ku lah."

Denias menjawab datar. Sekali lagi hati Ricis seperti teriris beribu-ribu pisau.

"Emang siapa lagi? Kamu?"

Ditambah berjuta-juta anak panah. Ricis tambah mengeratkan cengkraman di tali tasnya,kali ini menggigit bibirnya.

"Cih,gak lah."

Ricis menoleh kearah lain. Sama sekali tidak berniat menatap Denias bahkan meliriknya. Dia sudah terlanjur sakit hati ke Denias.

Hanya hening yang ada diantara mereka. Meski dibelakang Ricis banyak suara tawa dan senda gurau,tapi tetap,baginya,semua hening. Tidak ada suara.

"Temenin saya nonton,bisa mba?"

Ricis menatap Denias cepat. Memastikan kalau dia tidak salah dengar.

"Kalau mba gak sudi terima saya sebagai Denias Ismail. Terima saya sebagai Ramadhan Karim. Calon suami mu di webseries mu dan bukan di dunia nyata. Mba."

Denias mengangkat tangannya,seperti mau mengajak Ricis untuk berdansa padahal hanya menonton. Dengan tatapan lembut namun terlihat tajam.

"Nanti 'itu' lu gak marah kan?"

Ricis menatap ragu tangan Denias. Tidak berani melihat manik mata coklat mengkilat Denias. Denias tersenyum tipis sambil mengangkat satu alisnya.

"Apaan 'itu' mba?"

"Calon istri-mu."

"Lah? Kan mba calon istriku?"

"Gue tanya a' den—emm. Gue tanya Denias,bukan lu."

Suara Ricis terdengar lirih. Tidak dapat menutupi luka yang mulai membesar dihatinya. Denias menoleh kearah lain,lalu kembali menatap Ricis.

"InsyaAllah."

Ricis terdiam. Masih ragu menerima ajakan Denias.

"Aduh lama,mba. Ayo ah."

Denias tidak sabaran menarik tangan Ricis. Ricis kali ini hanya terdiam,lagi-lagi menahan tangisnya. "Calon-nya nanti salah paham." Pikirnya. Jadi dia agak menjaga jarak dengan Denias. Meski menyakitkan.

——

"Mba Ricis mau popcorn?"

Tanya Denias,menawarkan popcorn nya. Ricis menggeleng,menolak.

Mereka sudah ada didalam gedung bioskop. Dengan layar lebar didepannya bersiap menampilkan film yang seharusnya menyenangkan,tapi karena suasana hati Ricis yang buruk,filmnya menjadi tidak menyenangkan. Sama sekali tidak menyenangkan.

"Mba Ricis—"

"Berhenti panggil gue mba Ricis. Gue bukan mba lu."

Ricis berpura-pura risih. Tapi sebenarnya untuk mengurangi rasa sakit dihatinya.

"Em,trus apa?"

Denias melirik kearah Ricis. Ricis terdiam lama. Menahan segala perasaan yang tiba-tiba ingin dia ledakkan ke Denias.

"Cis? Kamu kenapa?"

Ricis menatap intens Denias,bahkan Denias sampai memiringkan kepalanya bingung melihat perubahan Ricis selama beberapa menit.

"Gapapa sayang—uhuk. Em anu,mba Ricis aja deh,Mas Rama."

Ricis akhirnya tersenyum. "Dia gak ada salah,mungkin sekarang dia lagi mau menjaga jodoh orang. Trus aku nanti yang jadi jodohnya." Ricis yang mencoba berpikir positif. Denias melirik kearah lain,dan tersenyum setelahnya.

"Mas Rama."

"Iya mba Ricis?"

"Mana popcorn nya. Gak habis sayang."

Ricis mencoba mengambil popcorn di tangan Denias. Denias menjauhkan tangannya dari Ricis.

"Kenapa sayang?"

"Aku gapapa kok mas."

Ricis dan Denias tertawa.

Film sudah dimulai. Denias mengenggam tangan Ricis,sebelum Ricis protes,Denias sudah membisik,"saya Mas Rama,mba icis. Ingat."

"Jangan ingetin,a'...."

Ricis kembali menunduk sedih. Air matanya bersiap untuk turun dari kelopak matanya.

"Sst,mba...."

"Mas Rama milikku....kan? Kalau aku gak bisa sama a' deni,biarkan aku sama Mas Rama. Ya..?"

Ricis mengelus pipi Denias. "Boleh..?" Ricis menggigit bibirnya lalu memeluk Denias,erat.

"Mba—"

"Sst...terakhir kali Mas Rama..."

Ricis terisak. Denias mengelus kepala Ricis lembut.

"Jangan nangis..."

Bisik Denias pelan.

"Calon istriku..."

——

saya yang tulis,tapi saya juga yang sakit hati. Sakit sumpah dah:(💔.

Spring.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang