BAB 3

95 12 8
                                    

Pandangan Thara tertuju pada seorang kakak kelas yang tengah ditempeli oleh salah satu entitas, niatnya untuk menegur ia urungkan. Bahkan gue aja masih calon siswa di sini. Apa hak gue untuk mencampuri urusan 'mereka'? pikir Thara.

"Lo liat apa aja?" tanya Ferdi.

"Banyak! Udah mending jalan lagi."

Setelah satu jam berjalan mengelilingi sekolah dan melihat banyaknya entitas yag memandangi rombongan Gastritis, Thara dan teman satu kelasnya pun diberikan jeda istirahat dua puluh menit untuk sekedar jajan atau mengobrol di dalam kelas.

"Bang, ini ngga keterlaluan ya, masa keliling sekoah aja satu jam. Berasa banget lho cape'nya. Bahkan udah banyak Mba Kun yang nempelin anak-anak sekelas karena saking berkurangnya energi. Sumpah perasaan gue udah ngga enak," keluh Thara merasakan banyaknya entitas di dalam ruangannya dan yang menempeli teman sekelasnya.

Thara mencoba berkomunikasi kepada para entitas yang ada, tak perduli energinya akan habis asalkan teman-temannya tak diganggu. Setelah cukup memaksa para entitas tersebut dalam pikirannya, para entitas mau melepaskan diri dari teman-temannya yang ditempeli.

"Sorry, di sini ada yang namanya Thara?" tanya seorang pemuda di pintu kelas. Sontak Thara menengok ke sumber suara yang menyebut namanya.

"Saya Thara, ada apa ya?" tanyanya sembari berjalan ke arah pintu.

"Ada waktu untuk ngobrol?"

"Kakak siapa, ya?"

"Ahh, ya, maaf gue lupa kenalin diri. Nama gue Andi, gue salah satu OSIS penanggung jawab ruang Leukimia," ucap Andi.

"Oh, oke. Ada apa ya, Kak?"

"Ada sesuatu yang mau gue bahas sama lo, istirahat kedua temuin gue di kantin, bisa?" wajah Andi yang serius membuat Thara mengangguk tak sadar.

"Saya ke sana sama abang ngga apa-apa kan, Kak?"

"Oh lo bareng sama abang lo di sini? Okelah, gue tunggu!" Andi berlalu menuju ruangan OSISnya, sementara Thara kembali ke tempat duduknya.

"Dia siapa, mau ngapain, ada masalah?" tiga pertanyaan sekaligus yang diberikan Ferdi membuat Thara muak.

"Bacot deh, ntar aja gue kasih tau pas istirahat kedua." Thara menelungkupkan tangannya dan memulai kegiatan kesukaanya, tidur.

Kegiatan demi kegiatan telah dilakukan oleh para peserta ospek dengan para penanggung jawab masing-masing ruangan. Begitu juga dengan hukuman yang didapat oleh kelompok yang kalah dalam permainan yang diadakan. Istirahat kedua pun telah datang, membawa kesenangan bagi peserta ospek.

"Anjing cape' banget, perasaan main-main doing. Ah tai lah, nyesel gue se-kelompok sama lu, Er, Do."

"Apaan sih, kan itu juga karena lo yang salah jawab, Ra. Kok malah nyalahin orang sih!" ujar Erna tak terima.

"Bacot lu, bangsat." Rara menuju kantin dengan langkah menghentak-hentak membuat kegiatan tidur Thara yang akan dimulai terganggu.

"Berisik! Mana kasar banget lagi, belom aja kemasukan," ucap Thara mendengus.

"Mau gue isengin ngga, Thar?"

"Astagfirullah, Mon-Mon ngagetin aja," kaget Thara atas kehadiran Mona di bangku depan tempat duduknya.

"Mau gue 'masukin' ngga itu anak? Gue ngga suka kalo ada anak yang suka ngucap kata kasar seenaknya," ujar Mona dengan wajah yang dikesal-kesalkan.

"Ngapain lo minta izin sama gue? Ini kan bangunan tempat tinggal lo," bingung Thara

"Gue segan aja sama lo, Thar. Lo manusia indigo pertama yang kita temukan tanpa kesombongan," ucap Mona tersenyum.

"Ngga usah senyum-senyum, sok cantik!"

"Baru tau kalo gue cantik, heh?"

"Helow, cantik-an juga gue!" ujar Thara sedikit berteriak yang menyita perhatian beberapa siswa ospek sekaligus teman sekelasnya itu.

"Lo kenapa?" tanya salah seorang perempuan.

"Ngga, ini Thara abis berantem sama temennya di instagram. Makanya kesel sendiri," ujar Ferdi mengalihkan perhatian. Ia sudah sering melihat adiknya tiba-tiba berbicara sendiri.

"Kayaknya lain kali kita kalo ngobrol cukup pake batin aja deh, Thar. Ya udah gue cabut ya, bye." setelah menyelesaikan kalimatnya, Mona pun menghilang entah kemana.

"Heh tadi lo janji mau cerita soal kakak kelas yang manggil lo itu, buruan!" tagih Ferdi.

"Ayo ikut ke kantin."

Thara menarik kuat tangan Ferdi menuju kantin. Ia melirik beberapa meja yang ada di hadapannya mencari wajah yang ia temui sebelumnya. Ia sendiri bingung mengapa ia mau menerima ajakan orang asing seperti itu.

Ah, itu dia, batin Thara. Ia melangkahkan kakinya menuju bangku paling pojok di ujung kantin dekat dengan stand minuman.

"Kak Andi?" tanya Thara memastikan.

"Yaps! Duduk-duduk." Andi mempersilahkan Tara dan Ferdi untuk duduk di kursi kosong di depannya.

"Oh ya, Kak, kenalin nama saya Ferdi." Ferdi mengulurkan tangannya kepada Andi. Ia tidak ingin kesan pertamanya dikenal oleh kakak kelasnya, tidak baik.

"Lo abangnya Thara, 'kan?" ujar Andi memastikan.

"Iya, Kak. Ada apa ya memangnya?"

* * *

Masih kosong konflik nih guys, jadi .. ditunggu aja ya.

Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

CylerisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang