BAB 7

65 10 4
                                    

"Jadi, Kak. Nanti kalau sudah bel, saya tunggu di kantin ya, Kak."

"Ngga usah, kamu tunggu aja di kelas. Nanti saya yang ke situ."

Senyum merekah di wajah Thara.

* * *

Bel suara yang menandakan MPLS di hari terakhir berbunyi nyaring. Namun, ada sebuah pengumuman dari pengeras suara yang berada di setiap kelas.

"Kepada seluruh calon siswa-siswi SMK Kesehatan Faryas Indonesia diharap berkumpul di lapangan untuk melakukan apel penutupan MPLS."

"Yahhh!" sorakan tanda tak setuju bergema di setiap ruangan MPLS. Begitupun dengan Thara dan abangnya yang sudah memiliki janji dengan kakak kelasnya itu.

Seluruh murid telah berbaris di lapangan besar milik SMK Faryas, dengan para OSIS di tiap-tiap barisan sebagai pengawas. Thara dan Ferdi memilih barisan belakang. Agar mudah izin ke kamar mandi, begitu pemikiran mereka. Pak Muhib, sang kepala sekolah, berdiri di atas tangga kecil agar dapat dilihat oleh seluruh siswa.

"Assalamualaikum, Shallom, Sampurasun, Salam. Salam sejahtera bagi kita semua, semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Saya berterima kasih atas kehadiran calon siswa-siswi SMK Kesehatan Faryas Indonesia selama dua hari ini. Sebentar lagi, akan diadakan peresmian para calon murid yang akan secara resmi dan tetap sebagai siswa-siswi SMK Kesehatan Faryas Indonesia. Kepada ananda Fathur Rahman dan Indah Nuramalia silahkan maju ke depan sebagai perwakilan seluruh teman-temannya."

Lalu, dimulailah proses peresmian. Dimulai dari membuka nametag Fathur dan Indah, hingga pemakaian almamater seragam beserta topi berlambangkan SMK Kesehatan Faryas Indonesia. Lama-kelamaan kaki Thara semakin pegal berdiri terus menunggu apel selesai.

"Lo ngga pegel apa, Bang?" tanya Thara pada abangnya yang berbaris tepat di sebelah barisannya. Beruntungya barisan diatur menurut ruangan MPLS, bukan laki-laki dan perempuan seperti upacara pada umumnya.

"Ya pegel lah!" kesal Ferdi, "eh tapi, lo ngga kenapa-napa, 'kan?" nadanya berubah khawatir mengingat semalam yang ia yakini energi adiknya cukup terkuras banyak.

"Ngga, cuma itu ada yang besar banget di belakang barisan," bisik Thara dengan suara sepelan mungkin.

Dukkk! Gina—teman sebarisnya yang berada tepat di depannya jatuh pingsan. Beruntung ia dapat menahannya dibantu dengan Ferdi agar kepalanya tak membentur semen lapangan. Para OSIS yang menjaga di barisan belakang pun turut serta membantu mengangkat Gina menuju UKS.

Melihat semua OSIS yang membawa Gina adalah laki-laki, Thara merasa tak enak jika membiarkan Gina bersama laki-laki di dalam UKS. Ia pun berjalan mengekor para OSIS yang menggendong tubuh Gina yang cukup besar.

Setelah dibaringkan di ranjang UKS, Thara berinisiatif mencari minyak kayu putih di kotak P3K. Ia mengoleskan minyak kayu putih di bawah hidung Gina. Selang lima menit kemudian mata Gina terbuka, matanya menatap sekeliling ruangan yang dirasa asing.

"Dek, kamu kenapa?" tanya salah satu OSIS yang turut menjaga Gina.

Mata Gina menyorot tajam pada OSIS tersebut.

"Kamu kenapa? Saya Ali, salah satu anggota OSIS," sahut Ali yang merasa takut atas tatapan mata adik kelasnya itu.

"Gin?" panggil Thara sembari melambai tangannya di depan wajah Gina. Namun, tak ada respon dari temannya itu. Firasatnya sudah mulai tak enak.

"Kak Ali, saya boleh minta tolong?" pinta Thara.

"Iya, kenapa?"

"Tolong panggilkan Kak Andi, boleh?"

"Hmm, oke. Tunggu!" Ali berlari ke luar UKS memanggil teman se-organisasinya itu.

"Kenapa?" Andi dan Ali terengah-engah masuk ke dalam UKS.

"Kak Andi, ini Gina daritadi ngga ngedip-ngedip," adu Thara.

"Ya elah, gue kira lo nyuruh manggil Andi buat minta bantuan apa gitu. Ngga ngedip doang lu permasalahin, tiup aja itu mata," kesal Ali mengacak rambutnya.

"Berisik! Sok tau aja lo, Al. Mendingan lo keluar deh, bahaya," ucap Andi mengingatkan.

"Halah, iya-iya. Gua cabut ruang OSIS mendingan. Dahh!"

Seusai pintu ditutup, Andi menghampiri tubuh Gina dengan mata yang masih terbuka menatap kosong langit-langit UKS.

"Ini siapa?" seperti biasa, Andi mencoba berkomunikasi dengan entitas yang memasuki tubuh Gina.

Perasaan Thara semakin tak enak badannya terasa lemas semua, seakan ada energi besar yang menyerapnya. Seketika badannya terjatuh lemas dan ditangkap oleh lengan kokoh milik Andi.

"Aduh, jadi berdua gini." Andi bingung melihat kondisi kedua adik kelasnya yang tidak sadar.

"Heeee," teriak Thara, "tolongin aku, aku ngga mau di sini."

"Jangan harap kamu bisa pergi dari sini!" balas Gina yang tetap pada posisinya.

"Saya bukan dari sini, tapi saya tidak dibiarkan pergi oleh dia!" sahut Thara menggelegar.

"Udah ya, lepasin anak ini, kasihan." Andi mencoba menyadarkan Gina dan mengeluarkan entitas yang ada di dalam tubuhnya.

"Saya tidak ma—" Tubuh Thara kembali tergulai lemah di atas lantai.

"Thar, hei bangun!" Thara tersadar, "Apa yang kamu rasain?" tanya Andi.

"Cuma kebawa perasaan sedih aja, Kak. Ngga apa-apa kok," balas Thara tenang.

"Keluar yuk, takutnya nanti dikira aneh-aneh," ajak Andi, "Dek, kamu udah baikan?" ucapnya pada Gina yang memandangi Andi dan Thara bingung.

"E-eh, iya, Kak. Terima kasih," balas Gina. Ia bangkit dari bed UKS melangkahkan kaki keluar UKS.

"Ayo ih, kenapa bengong di situ?" tawa Andi menetralkan suasana.

"Iya, Kak." Thara mengekori Andi keluar dari UKS. Namun, tepat di depan pintu langkahnya terhenti.

Andi yang menyadari ada aura besar di belakangnya, menoleh untuk memastikan Thara baik-baik saja. Tetapi, yang ia dapati Thara berdiri mematung dengan mata melotot. Andi panik bukan main, karena yang memasuki tubuh Thara adalah sebuah entitas berbadan dan berenergi besar.

"Kenapa melihat saya seperti itu?"

Andi mendorong masuk tubuh Thara, walau sudah ada beberapa anggota OSIS yang ikut melihatnya dan malah ikut masuk ke dalam UKS.

"Tutup pintunya, Ga!" perintah Andi.

"Ini bocah kenapa sih?" tanya Rega yang bingung melihat adik kelasnya itu berdiri tegap dan mata melotot. 

* * *

Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

catatan: Karena kemarin ada kesalahanku yang menyebut MPLS jadi ospek, mohon maaf karena itu kesalahanku. Nanti, jika ada waktu akan saya revisi. Terima Kasih.

CylerisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang