"Ngapain pagi buta udah nangkring di kamar gue? Kaya ngga ada pohon atau rumah kosong yang bagus gitu selain rumah gue." Si Gadis berdecak kesal dengan entitas yang berada di kamarnya.
"Abisnya rumah yang ditinggalin isinya lebih bagus dari rumah kosong. Mana ada kasur ama TV di rumah kosong? Bego juga ya itu setan, rumah ngga ada isi kok malah buat tempat main," jawab si entitas itu mengagumi isi rumah Si Gadis.
"Lu juga setan pea. Lagian, mereka tuh artinya menghargai keberadaan dua dunia, ngga mau mengganggu kehidupan manusia," ujar Si Gadis.
"Ah udahlah, sholat lu sana digetok babang ganteng tau rasa lu!"
Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, entitas tersebut menghilang.
Dor... dor... dor... Gubrak!
"Apaan si ,Per, berisik banget," kesal Si Gadis pada laki-laki dihadapannya.
"Sholat Subuh bareng ayok!"
"Hmm."
"Ih Thara adiknya Bang Ferdi yang caem-caem ngga boleh ngambek. Ayo tayank-tayank."
"Iya udah, wudhu dulu sana."
THARA POV
Hai, kenalin. Nama gue Thara Damia. Gue seorang indigo. Entah harus gue sebut ini kelebihan yang dikasih Tuhan atau justru sebagai pembawa bencana. Sejak kejadian mati suri gue semasa SMP, tubuh gue melemah, sering ditempeli oleh 'mereka' hingga kesurupan. Tapi itu bukan jadi alasan untuk ngga ngelanjutin hidup. Buktinya sekarang gue bersyukur aja tuh, bisa hidup berdampingan dengan mereka yang ngga bisa dilihat oleh orang kebanyakan.
Setelah sholat subuh, mandi, dan sarapan. Gue langsung berangkat ke sekolah baru gue! Yups gue anak baru dan bakal jadi bahan bully-an OSIS selama 3 hari dari ospek yang diadain.
"Bang Per, emang lo udah hapal jalan ke sekolah?" tanya gue ngga yakin. Karena kita ke sekolah baru itu aja cuma dua kali, pas ambil formulir dan nyerahin formulir. Kurang gila apa coba?
"GPS ada, jangan norak!"
Lah iya juga, batin gue.
SMK Kesehatan Faryas Indonesia. Nama sekolah yang terpampang di reklame dekat gerbang. Gue sendiri masih ngga nyangka malah masuk SMK jurusan perawat bareng Bang Ferdi.
"Bang, terus ini kita ngapain?" tanya gue dengan begonya.
"Pertama, lo turun dari motor. Kedua, gue parkir dulu. Ketiga, kita cari ruangan," ujar Bang Ferdi.
Gue dan Bang Ferdi melangkah memasuki kelas setelah melewati 5 kelas ospek lainnya yang ngga ada nama gue dan abang.
"Assalamualaikum," ucap kami berdua memberi salam.
Tidak ada jawaban. Kelasnya kosong! Pas gue lihat jam tangan, ternyata emang baru jam 6 pagi, pantes aja ngga ada orang sama sekali.
"Nyari siapa?" kata sebuah entitas di ujung sana.
"Anjir, setan kafir lu? Jawab salam dulu kek, malah langsung nanya," kesal gue.
"Baru juga masuk kelas, udah dapet 'temen' baru lu, Tha?" tanya Bang Ferdi
"Ih udah-udah. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatu, udah ya? Jadi...," ucap si entitas menggantung.
"Gue murid baru di sini sama abang gue, gue harap lo ngga ganggu siapapun di angkatan baru ini," ucap gue berharap.
"Kita di sini ngga akan pernah mengganggu siapapun kalo bukan ada penyebabnya. Kalau kalian menghormati kami dan menjaga etika, maka kami justru akan membantu siapapun kalian," jawab si entitas ramah.
"Jadi... siapa nama lo?" tanya gue lagi.
Entitas tersebut hanya menggelengkan kepala, "Anak sini cuma manggil gue Mba Kun."
Gue mengangguk paham. "Gimana kalo gue panggil lo, Mona?"
"Cakeup ugha itu nama."
"Woy anjeng kacang. Ngomong ama dedemit kayanya enak banget ya, sampe gue dianggurin," marah Bang Ferdi.
AUTHOR POV
Thara dan Mona hanya bisa terkikik geli.
"Udah, mendingan duduk." Thara langsung mengarah ke kursi paling belakang sudut kanan dan duduk dibagian pojok bersama abangnya.
"Bang, kenapa lo nyuruh gue masuk perawat? Barengan pula sama lo, ish. Abang tuh ngga ngerasain setiap hari eneg-nya gue se-rumah lo, sekarang setiap hari dan di tempat yang sama harus sama lo juga. Dosa apa aku, Tuhan?" ratap Thara sedih.
"Heh anakan Mbah Mijan, Ki Prana, lu mau kalo ada apa-apa ngga ada yang mau nolongin lo, heh? Ini bocah ngga inget pas SMP banget sih!" gerutu Ferdi.
"Kamu bisa lihat kaya gini sejak kapan dan nama kalian siapa?" Tanya Mona menginterupsi.
"Hmm, gue pernah mati suri saat kelas tujuh SMP, ya ... you know-lah. Nama gue Thara dan abang gue, emperedeh, hehehehe."
Jtakk!
"Emperedeh-emperedeh apaan, nama Ferdi Bagaskara bagus begitu dari lahir malah dinistain," kesal Ferdi.
"Udah ih, mati gue lama-lama dengerin kalian ribut begitu dari tadi," lerai Mona.
"Hah?" ucap Thara terkejut.
"Dia bilang apa, Tha?" tanya Ferdi.
"Udah ih, mati gue lama-lama dengerin kalian ribut begitu dari tadi," tiru Thara dengan gaya bicara seperti Mona.
"Idih, dia 'kan udah mati, Thar!"
"Gak! Ini baru gladi resik."
Mona pun meninggalkan ruangan kelas ospek dimana Ferdi dan Thara berada. Mungkin jika ia masih hidup, ia akan betul-betul meninggal karena bosan melihat sepasang kakak adik yang gila.
"Astagfirullah, takbir! ngga di rumah, ngga di sekolah setannya pada pea semua." mungkin setelah ini Thara juga akan ikut stress seperti Mona.
"Thar, ngeliat gituan seru ngga sih?" tanya Ferdi penasaran.
"Selama ini yang gue liat sih ngga jauh dari Mba Kun, pocong, anak-anak sama nona-noni gitu. Biasanya sih kalo mereka tidak terganggu dengan kedatangan orang indigo ngga akan nampakkin wujud ketika mereka meninggal," terang Thara.
"Terus-terus apalagi?"
"Ngga tau ah! BTW, nanti kalau udah sampe' rumah bantuin cari-cari orang yang bisa netralin gue ya. Cape tau kaya gini terus, fiuhh."
Dengan kelebihan yang Thara miliki, bukan berarti dia tak mempunyai kekurangan. Bisa dikatakan ia sangat lemah jika sudah dikelilingi oleh beberapa entitas.
"Suttt, iya udah entar gue bantu. Stop ngomongin gituan, udah mulai pada dateng tuh!"
* * *
Hai! Kabar gembira untuk cerita ini. Aku akan update dua kali seminggu, di hari Rabu dan Sabtu. Yeay! Yang bisa aku pastikan, partnya ngga akan lebih dari 20. Karena ini cerita seputar anak indigo, bagi kalian yang mempunyai kelebihan seperti itu, atau kalian yang banyak memiliki kejadian mistis boleh dong curhatin di komentar, siapa tau bisa jadi bahan inspirasi untuk cerita ini.
Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cyleris
Paranormal{NOVEL INI DIHENTIKAN} Aku yang memiliki kemampuan khusus. Aku yang bisa merasakan keberadaan 'mereka' setiap saat. Bukan hal yang mudah menjadi seseorang yang memiliki kemampuan ini, banyak gangguan, banyak teror untuk meminta pertolongan. Namun, y...