BAB 4

94 10 3
                                    

"Kak Andi?" tanya Thara memastikan.

"Yaps! Duduk-duduk." Andi mempersilahkan Tara dan Ferdi untuk duduk di kursi kosong di depannya.

"Oh ya, Kak, kenalin nama saya Ferdi." Ferdi mengulurkan tangannya kepada Andi. Ia tidak ingin kesan pertamanya dikenal oleh kakak kelasnya, tidak baik.

"Lo abangnya Thara, 'kan?" ujar Andi memastikan.

"Iya, Kak. Ada apa ya memangnya?"

"Sebenernya sih ngga baik kalo gue omongin di sini untuk lebih lengkapnya. Gue berniat ngundang kalian ke rumah gue. Gue tau Thara punya kemampuan yang sama seperti gue, Cuma menurut vision gue, dia belum bisa control kemampuannya sendiri. Keluarga besar bokap gue kebetulan memang mempunyai kemampuan yang sama, jadi insya allah kita bisa bantuin Thara, gimana?" tawar Andi

"Hmm... gue sih setuju aja, karena kasian juga ngeliat Thara 'dikerjain' terus sama mereka. Tinggal Thara-nya aja nih. Woy jangan bengong doang lu, jawab!" ucap Ferdi mendukung.

Thara sesungguhnya tertarik atas tawaran Andi tersebut, namun ia masi ragu untuk menerimanya. Andi yang dapat membaca is pikiran Thara pun berkata, "Kalo lo ragu sama gue wajar. Gue ngga mau maksa, niat gue cuma mau bantu lo aja kok. Kalau kalian bersedia, kalian bisa ke rumah gue. Alamatnya, Jalan puri mawar empat blok D tiga puluh tiga nomor dua puluh empat."

"Gue ke sana sabtu besok, kita libur, 'kan?" ucap Thara mantap. Ia benar-benar membutuhkan seseorang yang dapat membantu mengontrol kemampuannya.

"Iya, kita li—"

"Huaaa! Lepas, lepas. Apa sih ini! Lepas ah ngga suka," suara teriakan seorang murid perempuan membahana di sekitar kantin. Thara dan Andi langsung bangkit dan menghampiri sumber suara.

"Lah gue ditinggal," kesal Ferdi yang akhirnya mengikuti Thara dan Ferdi.

Sesampainya di ruangan ospek bernama Toraks, Andi memanggil teman sekelas siswi tersebut untuk membantu memegang tangan dan kaki siswi tersebut. Tangan Andi terjulur menuju bagian belakang bahu, dengan posisi jari tengah di bawah tengkuk dan ibu jari di atas pundak.

"Ini siapa?" tanya Andi memulai komunikasinya.

"Berisik ah," ucap entitas di dalam tubuh siswi tersebut.

"Kenapa ganggu?" tanya Andi lagi sembari membaca beberapa ayat suci Al-Quran.

"Berisik! Lagi enak juga ah," jawabnya manja meliukkan badan di atas lantai.

"Keluar, ya?" tangan Andi bergerak dari arah punggung menuju tengkuk.

"Nggak mau ih," entitas tersebut mulai menangis dan memberontak dari pegangan murid lain. "Ahh panasss! Lepas, ngga suka ah. Pergiii!"

Bress! Usapan terakhir Andi mengeluarkan entitas dari badan siswi tersebut. Setelah siswi tersebut sadar ia langsung dibawa oleh teman sekelasnya menuju UKS. Sementara Thara dan Ferdi hanya melihatnya dari daun pintu.

"Lain kali jangan ada yang bengong atau ngomong kasar ya," ucap Andi mengingatkan.

"Udah, Kak?" tanya Thara ketika Andi berjalan menuju luar kelas.

"Udah, udah biasa banget di sini kaya begitu. Kamu sendiri ngga apa-apa 'kan?" terbesit rasa khawatir pada Thara mengingat ia tau bahwa Thara tidak memiliki pelindung apapun.

"Ngga, Kak. Ya sudah, saya pamit kembali ke kelas ya, Kak." Thara membungkukan tubuhnya dan berjalan menuju ruang kelasnya.

"Thar, itu tadi anak kenapa?" tanya Ferdi yang baru membuka suara ketika sampai di kelas.

"Mana gue tau. Intinya yang masukkin dia mah mba kun centil. Jijik ih!" ujar Thara mendelikkan badannya membayangkan wajah kuntilanak yang tadi masuk ke tubuh salah satu murid ospek juga.

"Terus lu ngerasanya apa gitu pas dia lagi kemasukan?"

"Ntah. Biasa aja sih."

Obrolan mereka berlanjut hingga para OSIS kembali mengisi jadwal ospek hari ini. Tepat pukul dua siang, jadwal mereka berakhir dan seluruh murid dipulangkan. Namun tidak dengan Thara dan Ferdi, mereka menunggu kelasnya kosong. Entah apa tujuannya, menurut mereka, lebih mengasyikkan berjalan di suasana yang hening.

"Thar, gue toilet bentar ya," ucap Ferdi sembari berlari menuju toilet diujung koridor.

Thara hanya meng-iyakkan ucapan abangnya dengan menganggukan kepala, walau ia tau Ferdi tidak melihatnya. Namun ada beberapa entitas yang belum Thara kenal berdatangan di ruang kelasnya. Ia merasa hawa yang panas dan tidak enak dari kedatangan beberapa entitas di depannya. Beda dengan kehadiran Mona pagi tadi. Matanya mengikuti pergerakan para entitas hingga berada tepat di depan pandangannya. Thara berusaha tidak takut dan tidak terpengaruh, namun apa daya ia hanya bisa tertunduk agar tak ditatap oleh banyaknya kuntilanak di hadapannya itu.

* * *

"Eh lo belom balik, Fer?"

"Astaga, Bang Andi, ngagetin aja. Iya, Bang, abis dari kamar mandi, biasa panggilan alam.

"Thara mana?" tanya Andi yang bertemu Ferdi di koridor menuju kelas ospek kedua adik-abang tersebut.

"Ada di kelas," jawab Ferdi.

Sesampainya di kelas, Andi mengikuti Ferdi masuk ke dalam kelas. Andi melihat gerak-gerik yang aneh dari Thara. Namun ia tak berani mengambil tindakan sebelum ia tau benar apa yang mengganggu adik kelasnya itu.

"Dek, lu gua tinggal kencing doang tidur?" kesal Ferdi menepuk kepala Thara.

Sontak Thara menenggakkan kepalanya. Ia menatap kedua pria di depannya dengan tatapan aneh. 

* * *

Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Terima kasih buat temen-temen dan para mastah yang udah kritikkin ceritaku. Nanti ada waktu senggang lagi, aku usahain untuk revisi^^

CylerisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang