R.E Part 9

133 8 2
                                    

Kondisi Brian masih seperti tadi namun keadaan nya sudah tidak kritis lagi. Razi sendiri saat ini tengah duduk di bangku yang sudah di sediakan di koridor rumah sakit, ia baru saja dari kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan sejak awal tadi dan yang menjaga Brian di ruangan nya ada Fathar dan Algi. Yang di lakukan Razi saat ini adalah menelepon teman-teman nya yang lain seperti Gara dan Harris, setelah menelepon mereka, Razi langsung berdiri dan melangkahkan kaki nya menuju kamar inap Brian. Di lihat nya Fathar dan Algi sama-sama menunduk menatap lantai rumah sakit yang biasa saja padahal bahkan tidak menarik menurut Razi, kemudian Razi pun mengeluarkan suara nya.

"masih sama?" tanya Razi dengan nada tenang dan dingin nya seperti biasa.

Algi menangkat kepala nya menatap Razi yang ternyata juga menatap dirinya, "iya," jawab Algi singkat, ia bahkan merasa tak pantas berbicara langsung dengan Razi karena ia merasa bahwa Brian yang seperti ini karena dirinya mengajak cowok itu balapan.

Razi membalas nya dengan helaan napas. Tak lama Harris dan Gara datang bersamaan, mereka langsung membuka kasar pintu kamar inap milik Brian. "biasa aja. ini rumah sakit," tegur Razi.

Namun Harris tampak tak peduli dengan perkataan Razi, cowok itu memilih langsung melangkahkan kaki nya menuju tempat Brian berbaring lemah. Tangan kanan Harris tampak terkepal dan wajah cowok itu juga kelihatan seperti sedang menahan amarah. Langkah kaki nya berhenti di samping brankar, di tatap nya lekat-lekat perban-perban yang menutupi sebagian wajah Brian. Benar-benar menyedihkan, kurang lebih seperti itu.

Posisi Gara tak jauh dari Harris, begitu pula dengan jarak Gara dengan Razi. Detik selanjutnya Gara membawa langkah kaki nya untuk keluar dari kamar Brian kemudian menutup pintu kamar dengan pelan. Disamping nya Razi tengah menatap dirinya intens, "kenapa lo?" tanya Gara.

Cowok bernama Razi itu menggeleng, "gak," setelah itu Gara dan Razi duduk di bangku yang sama dengan Fathar dan Algi duduk.

Keadaan hening, benar-benar hening. Tak ada satupun yang berbicara atau lebih tepat nya tak ada yang mau membuka suara mereka namun bagi Gara tidak karena cowok itulah yang memulai topik.

"gue pikir dia gak balapan lagi," ujar Gara.

Terdengar helaan napas dari Razi namun cowok itu sama sekali tidak menjawab perkataan Gara, justru yang menjawab adalah Algi. "gue yang ngajak dia balapan,"

Gara terkejut, netra nya langsung menatap Algi yang wajahnya penuh rasa bersalah. "dan dia..."

"dia mau," sahut Razi cepat dan lagi-lagi membuat Gara kembali terkejut, "seriusan?" tanya Gara sekali lagi.

"iya, dan gue lawan nya." ujar Fathar secara tiba-tiba.

"oke, ini gak masuk akal. dia udah janji gak balapan lagi demi Echa dan apa ini kok dia terima?" tanya Gara yang masih bingung dengan semua yang mereka katakan, cowok bernama Gara itu menoleh pada Razi berharap sahabat nya itu menjawab pertanyaan nya dan yang benar saja setelah itu Razi menjelaskan secara detail keanehan-keanehan Brian sejak tadi siang, Fathar dan Algi pun ikut menceritakan keanehan yang di tunjukkan Brian.

Gara, cowok itu benar-benar menyimak sambil mencerna semua nya kemana arah topik yang sebenarnya sampai akhirnya ketika Razi menceritakan bahwa Brian menyuruh Razi, Harris dan dirinya sendiri untuk menjaga gadis nya yaitu Delviya Agaisha Putri.

"dia gak mungkin meninggal kan?" ucap Gara reflek, karena memang yang di pikiran nya hanya satu kata itu.

Belum lagi Razi menjawab, Harris sudah keluar dari kamar inap Brian sambil berlari. Perasaan Gara sungguh tidak enak saat itu, ia pun menanyakan apa yang terjadi. "ada apa, Ris?"

RaziEchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang