Chapter 5 • Lee Devough

663 67 32
                                    

Selamat datang di chapter 5

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Thanks

Happy reading everyone, hope you like this

❤❤❤

_____________________________________________

Beberapa hal mendasar seperti meminta tolong dan berterima kasih setelahnya itu penting
Itu seperti menghargai hasil kerja orang tersebut dan beretika

—Lee Devoughn
_____________________________________________

—Lee Devoughn_____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim semi
Michigan, 24 April
17.05 p.m.

Ia begitu cantik. Aku bisa saja mengamatinya seharian tanpa rasa bosan. Melihat wajah tirusnya yang menawan, mata hijau sapphire langka yang menatap tajam, rambut bergelombang cokelat gelap yang berkilau dan tampak sehat, hidungnya yang sempura, bibirnya yang penuh, serta bintik-bintik hitam yang sedikit memudar di sekitar pipinya tampak menarik.

Aku mungkin saja tidak berkedip ketika melihat jari-jemari lentik itu mengambil untaian rambutnya yang jatuh lalu membawanya ke belakang telinga akibat wajahnya yang menunduk, tanpa mengganggu aktivitasnya menatap beberapa lembar soal yang kuberikan tadi. Kedua alisnya serius. Sama seriusnya dengan gerakan jari-jemari lain yang membubuhkan tinta pada kertas di hadapannya.

Aku, tentu saja tidak berani menatapnya terang-terangan. Dengan alibi membaca, aku sedikit mencuri pandang melalui buku tebal serta kacamata yang menyembunyikan wajahku di baliknya.

Sesaat kemudian ia terdengar mendengkus. “Ini sungguh menganggu,” kata gadis itu, yang kini sudah meletakkan alat tulis di meja untuk membenahi rambutnya yang beribaran akibat terpaan angin yang masuk melalui celah langit-langit jendela yang tinggi.

Aku pun menurunkan bukuku untuk menatap gadis itu sepenuhnya. “Sebaiknya kau mengikatnya,” usulku yang duduk tepat di depannya. Ada juga meja yang menjadi pemisah di antar kami.

Sebenarnya, menurutku, belajar di rungan ini kurang efektif. Jasmine harus menunduk dengan jarak lumayan untuk bisa meraih meja yang ia gunakan untuk menulis. Sedangkan aku sendiri tentu merasa sangat nyaman duduk di sofa empuk yamg terbuat dari bahan beludru halus. Begitu empuknya sampai-sampai tubuhku melesak lumayan jauh. Membuatku terlihat seperti ditelan sofa.

“Aku harus memanggil maid untuk bisa mengambil ikat rambutku di kamar. Itu letaknya lumayan jauh.”
Jasmine memberungut. Masih sambil membenarkan rambutnya tanpa memindahkan sorot mata hijaunya padaku.

The Billionaire's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang