SATU

212 29 7
                                    

Kayak di film, gue pengen cerita gue ada opening musik yang menyenangkan diikuti gambar gue yang kelihatan ceria. Tapi benar, gue emang tergolong anak yang ceria. Saking cerianya suka bikin pusing kakak-kakak gue. Mau kenalan gak sama tiga kakak ganteng gue? Tapi sebelum itu, balik dulu yuk ke tahun 2006 dimana gue masih umur 6 tahun.

"Belajar yang rajin ya nanti kalau udah dewasa," ucap cowok dengan seragam putih biru sambil elus kepala gue. Well, kenalin, ini Kakak gue yang pertama. Namanya Park Seonghwa. Kakak yang paling ganteng, paling pengertian, dan paling sabar. Kalau dia ulang tahun, gak usah bingung kasih kado apa. Kasih kado nilai A aja udah bahagia banget dia!

"Tanya Kak Seonghwa dulu boleh apa enggak." Nah, kalau cowok yang lagi tiduran sambil baca buku ini namanya Park Yeosang. Kakak kedua gue yang segalanya tergantung sama Kak Seonghwa. Agak ribet kadang kalau mau kerja sama bareng dia. Karena pasti ada kalimat, "Tanya Kak Seonghwa." Pff, ngeselin.

"Balikin gak?! Ini punya gue! Mau gue taruh di rak koleksi, buruan!" Nah, partner tengkar gue yang satu ini adalah Park Mingi. Abang yang gak pernah bisa mengayomi adiknya. To Do List kehidupan dia itu cuma tiga; makan, robot, sama main. Hobinya keluar rumah. Entah sekadar nongkrong atau nyari koleksi robot bareng Kak Yeosang. Oh iya, kemarin dikabarin habis ngambil mangga tetangga yang istrinya lagi hamil gede. Untung gak dikejar warga.

"Kakaaaaaaakkkk!!!!" Kalau suaranya yang melengking ini gue, Park Dira, anak terakhir dari keluarga Park. Anak yang doyan segalanya, murah senyum, baik hati, susah nabung, hobi ngabisin duit jajan, dan beli printilan lucu-lucu gak berguna. Ett, jangan salah, gue adalah kebanggaan Kak Seonghwa dan Kak Yeosang. Mingi gak bangga sama gue, katanya karena gue lahir jadi cewek, harusnya kalau cowok kan enak, bisa koleksi robot bareng. Gak usah didengerin, dia emang agak ... soalnya pas kecil pernah jatuh dari pohon, kepalanya dulu yang nyentuh tanah.

Sebenarnya gak ada yang menarik dari kehidupan gue, tapi karena ...

"Mingi ... main yuk!"

Suara itu ... adalah suara dari pangeran gue. Gue mengintip di jendela dekat pot bunga. Cowok delapan tahun dengan rambut hitam itu berdiri di depan rumah sambil bawa pesawat-pesawatan. Senyum dia yang imut banget bikin gue meluluh sendiri tanpa dia tau.

"Yaaah, gue lagi di suruh belajar sama Kak Seonghwa. Maaf ya, Yunho, mainnya besok aja," jawab Kak Mingi sambil memelas. Gue ikut merasa sedih karena Kak Mingi gak bisa main sama Kak Yunho. Bukan apa-apa, cuma 'kan gue jadi gak bisa ngelihat wajah Kak Yunho lama-lama.

Bertambahnya usia, mulailah Yunho nyusulin Kak Mingi sambil bawa motor. Tanpa melepas seragam putih biru, Kak Mingi ngikut aja sama Kak Yunho tanpa ngomong sama Kak Seonghwa maupun Kak Yeosang. Bahkan sekarang Kak Yunho sering main ke rumah cuma buat ikut Kak Mingi belajar bareng Kak Yeosang. Gue? Hehe, ya ikutan dong! Kesempatan bisa lihatin Kak Yunho dari dekat.

"Dara, mau permen gak?" Seketika kayak ada cahaya di belakang Kak Yunho yang lagi nawarin permen ke gue.

"Mau...," jawab gue agak pelan.

"Semangat belajarnya!" tambahnya kemudian pulang.

Di umur 12 tahun, gue benci sama jam delapan malam. Karena setiap jam segitu, jam les udah selesai. Otomatis Kak Yunho harus pulang ke rumahnya. Gue berharap Kak Yunho bisa nginep sekali aja di rumah. Walaupun gue disuruh ini itu sama Kak Mingi, sumpah gue rela kalau ada Kak Yunho di kamarnya.

"Abang lo kemana?" tanya Kak Yunho setelah gue membuka pintu.

Senyum gue otomatis mengembang. "Kak Mingi? Lagi di kamarnya tuh. Masuk aja, Kak."

Gue membiarkan Kak Yunho masuk dan berjalan ke kamar Kak Mingi. Langkah gue yang ngekor di belakangnya terhenti gitu aja, bareng sama langkah Kak Yunho di depan. Lho, kenapa?

"Mau ikut ke kamar cowok?" tanya Kak Yunho kemudian.

Ah, kamar cowok. Gue kira Kak Mingi udah transgender kemarin. Berujung gue nyengir dan ngacir ke kamar. "Padahal lagi asik ngendus minyak wanginya," gerutu gue pada akhirnya.

"Dek!" panggil Kak Yeosang sambil ngetok pintu.

"Buka aja, gak dikunci."

"Ikut Kakak yuk?"

"Kemana?"

"Belanja bahan dapur. Udah mau habis nih di kulkas."

Berakhir lagi jalan di supermarket sambil bawa trolley. Kak Yeosang yang jalan di depan karena dia yang pegang daftar belanja. Tugas gue adalah ngikutin Kak Yeosang, menata trolley, dan masukin camilan ke trolley diam-diam. Walaupun akhirnya ketahuan waktu di kasir trus akhirnya dipelototin sama Kak Yeosang.

"Macet banget. Kamu gak ada janji pergi 'kan?" tanya Kak Yeosang sambil lihat mobil-mobil di depan.

Gue menggeleng, "Temen Dara cowok semua."

"Sama Kak Mingi mungkin?"

"Kak Mingi aja sama Kak Yunho."

"Nah, kali aja kamu diajak main mereka."

"Gak ah. Kak Mingi ngartis banget. Kalau jalan tebar pesona mulu, malesin."

Kak Yeosang malah ketawa. "Kenapa? Kan Mingi emang ganteng."

"Apa?! Ganteng?! Kak, depan optik tuh, periksa mata yuk?"

Lagi-lagi Kak Yeosang ketawa. "Kamu Tom Jerry banget sih sama Mingi? Dari kecil gak pernah berubah."

Mingi
Bawain makan dong. Gue sama pangeran lo kelaparan.

Gue menunjukkan pesan ke Kak Yeosang dengan wajah males, "Tuh, yang diomongin dari jauh udah kerasa."

"Pangeran? Hahaha, yaudah habis ini mampir ke tempat nasi goreng biasanya."

Tepat setelah buka pintu gerbang, Kak Mingi udah senyum di depan rumah dengan merentangkan tangan. Jangan salah paham, dia cuma pengen cepet-cepet makan nasi gorengnya.

"Hm, enak!" seru Kak Yunho.

"Enak 'kan? Nasi goreng jagoan gue nih!" sahut Kak Mingi.

"Jagoan jagoan, beli sendiri aja males banget!" gerutu gue.

"Emang dia gak pernah beli sendiri?" tanya Kak Yunho.

"Tanya aja noh sama oknumnya."

"Ya kan minta tolong sekalian elo yang keluar, gimana sih gembrot!" timpal Kak Mingi.

"Bacot ah! Mau masuk kamar. Males sama Kak Mingi."

"Eh gembrot! Besok berangkat dianter Yunho ya! Gue habis ini mau nginep kerja tugas!"

Gue menghela napas pasrah. Oke, dimaafkan! Akhirnya gue masuk kamar dengan senyum yang mengembang. Seperti remaja pada umumnya, gue mau memberikan kesan cantik dong pas dijemput besok. Tapi gagal, kayaknya gak bakal ada yang cocok.

[]

PRINCE OF MY CHILDHOOD - JUNG YUNHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang