DUA

136 22 2
                                    

Bunyi klakson dua kali udah berbunyi di depan rumah. Sang sopir alias Kak Yunho udah nurunin kaca sambil nunggu gue keluar.

"Kak! Dira berangkat dulu ya!" teriak gue pamit kemudian berlari kecil menuju mobil. "Sorry, nunggu lama ya?" ucap gue saat sudah masuk mobil.

"Barusan kok," jawab Kak Yunho.

"Pagi Dira!" sapa Jongho alias Jojo, adiknya Kak Yunho. Dia satu tahun lebih muda dari gue.

"Pagi Jo! Kemana aja gak pernah ke rumah?"

"Udah kelas tiga, sibuk belajar."

"Ih, udah besar sekarang!" seru gue sambil ngacak rambut dia. "Oh iya, bawa bekal gak?"

"Enggak, Mama gak masak ini tadi."

Gue mengobok-obok tas kemudian memberikan kotak makan ke Jojo, "Nih, abisin yak!"

"Wah! Boleh nih dibawa sama Jojo?" tanya Kak Yunho memastikan.

"Boleh kok. Soalnya hari ini temen Dira mau ada traktiran, takut gak kemakan." Alasan, biar nanti bisa ketemu Kak Yunho lagi pas dia balikin kotak makan.

"Makasih banyak ya, Ra!" seru Jojo dengan senyumnya yang lebar.

*

Pelajaran demi pelajaran gue jalananin hari ini. Entah kenapa hari ini kerasa cepet, tiba-tiba udah mau bel pulang. Padahal tadi siang baru ngeluh pengen cepet pulang biar bisa tiduran sambil main ponsel.

Park Dira
Jemput! Buruan gak mau tau!

Park Mingi
Tunggu, gue masih ada les tambahan

Park Dira
Lama banget gewlaaa pasti sampe jam 5

Park Mingi
Salah sendiri gak mau satu sekolah bareng gue

Park Dira
Ya udah gue mau main basket dulu aja kalo gitu

Park Mingi
Nanti kalau udah mau otw gue kabarin deh

Dengan setengah hati gue ngambil bola basket di rak deket lapangan. Baru juga mau masukin, tiba-tiba udah direcokin dua orang yang kemana-mana bareng.

"Sendirian aja nih cewek," ucap cowok yang lebih pendek satu senti, alias Jung Wooyoung, sahabat gue yang pertama.

"Mau main gak lu?" tanya gue kemudian melempar bola ke cowok yang satunya, Choi San, sahabat gue yang ke dua.

"Belum di jemput?" tanya San kemudian melempar bola ke ring. Tapi gagal, akhirnya dikejar Wooyoung.

"Biasa, udah kelas 3 dia, jadi les dulu deh."

"Ngomong-ngomong katanya habis ini mau ngumpul. Lo gak ikut?" tanya Wooyoung yang masih dribble bola.

"Tergantung supirnya aja gue."

"Kak Mingi gak bakal absen sih kalo soal kumpul tuh, ya gak?" tanya Wooyoung ke San kemudian passing.

"Dia aja ketuanya, gak bakal absen," jawab San.

"Gue gak ngerti gimana ceritanya kalian bisa masuk grup tongkrongan dia." Gue merebut bola kemudian ngelempar ke ring.

"Wooyoung dulu yang kenal. Kak Mingi dulu pernah hampir nabrak motor dia, karena ini bocah keburu-buru yaudah, dia ngasih nomor ke Kak Mingi. Eh, besoknya kakak lo salah kirim ke nomer dia ngajak nongkrong. Ujungnya jadi akrab begini deh," jelas San kemudian melempar bola ke ring.

"Dramatik juga cerita lo. Kalau lo cewek udah jadian kali sama abang gue," jawab gue sambil cekikikan.

"Gak usah ketawa lo!" sahut Wooyoung kemudian melempar bola ke gue.

Baru mau ngelempar ke ring, ponsel gue bunyi. Menampilkan nama Kak Mingi di sana, kataya udah mau jalan. "Yang diomongin kerasa kayaknya nih," ucap gue kemudian.

"Cabut bareng yuk?" tawar Wooyoung.

"Si goblok, elu ngebonceng gue. Dira mau taruh mana? Spion?"

"Gak kenapa sih kalau mau bonceng depan," jawabnya kemudian dihadiahin jitakan dari San.

"Udah, nunggu Kak Mingi aja ke sini, nanti ke tongkrongannya baru bareng."

"Ya maksud gue kan gitu," sahut Wooyoung.

"Suit, yang kalah balikin bola." Spontan gue ngeluarin gunting, sedangkan San sama Wooyoung ngeluarin kertas. "Lo berdua aja deh ya," ucap gue kemudian melempar bolanya pada Wooyoung.

"Ayo suit lagi," ajak Wooyoung.

"Bareng aja udah," tolak San.

"Gak mau, suit lagi."

"Buset dah, lo aja sana balikin."

"Suit lagi anjir!" Wooyoung masih ngotot.

"Gak mau, nanti gue pasti kalah, ayo balikin bareng."

Kadang gue heran kenapa gue betah banget temenan sama duo sejoli ini. Kerjaannya kalau gak adu bacot ya rayu-rayuan gak jelas. Beruntung San udah punya pacar, jadi mereka gak akan di cap homo.

Park Mingi
Di depan.

"Yuk cabut!" ajak gue.

"Bareng gak?" tawar Kak Mingi pada kedua manusia di belakang gue.

"Bawa motor Kak," jawab Wooyoung.

Kak Mingi mengacungkan jempol kemudian membuka kunci mobil. Gue menekuk wajah sembari masuk mobil, "Pasti mau nongkrong lagi 'kan?" tanya gue memastikan.

"Udah, ikut aja, ada pangeran lo juga kok."

Inilah kenapa gue gak bisa marah sama Kak Mingi, pasti dia bawa-bawa Kak Yunho biar gue bisa maafin dia.

"Lama gak?"

"Mau ke mana sih emang lo?"

"Ya kan capek mau tidur."

"Nanti liat Yunho ngantuknya juga ilang."

"Liat doang gak bisa memiliki, buat apa?"

Ekspresi Kak Mingi berubah, "Cie, adek gue sekarang tau perihal memiliki. Udah gede kayaknya."

"Apanya?"

"Umurnya, emang apa?"

"Kirain badannya."

"Ya badannya juga, kan gembrot."

"Dih, lo tuh ngajak berantem mulu. Capek ya Kak, gue pusing."

"Nanti ketemu Yunho pusingnya juga ilang."

"Terserah gue gak denger," sahut gue kemudian menutup telinga.

"Gue kasih tau rahasia ya, tapi nanti kalau udah nyampe tongkrongan," ucap Kak Mingi kemudian mempercepat laju mobilnya.

"Anjir, mati penasaran gue bisa-bisa kalau lo lupa."

"Yang mati penasaran siapa?"

"Gue."

"Yaudah."

"Bangs- Astaga, capek gue bodo amat!"

[]

PRINCE OF MY CHILDHOOD - JUNG YUNHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang