ENAM

92 19 0
                                    

"Anjing!" umpatnya setelah membaca pesannya.

"Aug!" sahut San yang entah kapan udah ada dibelakangnya.

"Liat nih," tutur Wooyoung sambil ngasih lihat pesan Kak Yunho. Habis baca malah San senyum ke Wooyoung. "Ngapain lo senyum-senyum?!" tanya Wooyoung agak ngegas.

San malah cengengesan, "Gue lagi puasa misuh, wakilin deh, gue mau nyalin tugas fisika dulu," jawab San kemudian ngasih kunci motor dan kembali ke kelas.

Sekarang Wooyoung malah makin kesel. Soalnya San gak ngasih respon yang sama. Jadi gak ada temennya buat ngamuk-ngamuk.

Ujungnya Wooyoung milih buat kembali ngejar gue. Atap emang yang terbaik buat melarikan diri, tentu aja juga tempat terbaik buat dijadiin markas kita bertiga. Wooyoung berjalan pelan setelah sukses naik tangga menuju atap. Matahari lagi terang-terangnya nyapu seluruh atap bangunan pagi ini. Mendapati gue yang sedang duduk di bangku yang gak kepake, Wooyoung mendekati gue.

"Lagi panen vitamin D?" tanya Wooyoung kemudian. Gue tetap diam. Merasa seakan Wooyoung gak ada di sana. "Tenang aja, bukan Kak Yunho kok yang ngajak jadian," ucapnya kemudian.

Gue membuka mata mendengar fakta baru hari ini. "Maksud lo?" tanya gue.

Ting! Tiba-tiba ide muncul di kepala Wooyoung, "Contekin gue dulu ujian matematika, nanti gue kasih tau semuanya, setuju?"

"Sama beliin gue somay, baru setuju."

"Dih, informasi gue lebih penting."

"Ilmu gue lebih berarti dari cuma sekadar informasi."

"Yaudah, gak gue kasih tau."

"Yaudah, gak gue contekin. Toh nilai lu udah merah semua."

Akhirnya Wooyoung pasrah. Dari pada gak naik kelas, hilang duit 10 ribu doang juga gak masalah. Seperti rencana, ujian matematika Wooyung aman banget. Bisa diprediksi dia kali ini dapet nilai 8 atau 9, sama kayak gue.

"Udah nih, buruan informasinya," ucap gue setelah duduk manis dengan sepiring somay di meja.

"Jadi, kemarin—"

"Tukang somay kalau jualan berisik, ada apa nih bisik-bisik?" sahut San dengan pantunnya. Penampilannya udah berantakan banget, bajunya compang camping, sama kayak rambutnya, apa lagi keringet dimana-mana. Astaga, padahal baru istirahat pertama.

"Kemana aja lo? Baru bel udah ngacir keluar aja," tanya gue pada San.

San malah cengengesan, "Abis diajak main basket satu ronde sama kakel. Oh iya, gimana kalau—"

"Diem lo, dateng-dateng berisik. Gue gimana mau mulai ceritanya?" potong Wooyoung yang kesel karena atensinya dialihin sama San.

"Eh iya, informasinya. Lo diem dulu, San," ucap gue.

"Oh, yang tadi," ucap San udah ngeh duluan.

"Jadi, tadi pagi gue dapet pesan dari Kak Yunho. Bilang kalau itu cuma main ToD aja di kelas dia."

Gue tertawa getir, ToD apaan, fotonya mesra banget gitu anjir.

"Lo jangan sedih gitu, Ra. Kak Yunho tuh gak pernah pacaran, bahkan gak mau. Dia lebih milih sekolah dulu, apa lagi sekarang udah kelas 3."

"Bener sih, Mingi aja gak pernah mikir soal pacar," ucap gue dengan suara pelan.

"Nah, berhubung udah pada tau informasinya apaan, sekarang giliran gue yang ngomong. Tadi gue iseng ngajakin kakel buat tanding basket antar sekolah, gimana kalo sekolah kita tanding sama sekolah Kak Mingi sama Kak Yunho? Mereka ikut basket juga kan?"

"Boleh tuh, lo aja yang ngomong sama mereka. Tapi yakin lo mau ngajak tanding? Mereka berdua aja tower gitu, lo kan...."

"Gak usah ngejek gue pendek, gue bisa ya nembak dari tengah lapangan!" protes San sambil nunjukin otot lengannya.

"Eh eh, lo berdua nanti ke rumah ya, sorean. Hari ini Kak Mingi ulang tahun. Beliin sekalian kue ulang tahunnya. Gue udah bilang Kak Joong buat ajak yang lain, jadi nanti Kak Yunho yang buat Kak Mingi sibuk biar gak balik rumah dulu."

"Asik makan-makan!!" seru keduanya.

*

Mingi lagi jalan ke parkiran, tapi tiba-tiba Yunho mukul pundak Mingi. "Anterin gue yuk?"

"Kemana? Gue mau jemput Dira," jawab Mingi sambil benerin tasnya.

"Dira udah dianterin Wooyoung, tadi dia udah bilang sama gue."

"Kok gue enggak?"

Yunho ngangkat bahu, "Buruan ah, gue mau beli sepatu baru tapi gak ada temennya."

"Sama Jojo bisa kali."

"Ayooooo anterin gueeee," paksa Yunho yang narik-narik Mingi.

Mingi yang risih banget tangannya ditarikin akhirnya pasrah juga, "Yaudah ayo, tapi beliin gue robot ya, yang edisi terbatas baru keluar," tawar Mingi.

"Cabuuutttt! Eh, pake mobil lo ya, gue tadi pagi gojek soalnya mobil gue dipake bokap," ucap Yunho kemudian senyum gak bersalah.

*

"TERUS?! GUE SEKARANG BALIK SAMA SIAPA?!" tanya gue saat sadar Mingi gak bakal jemput, duit gak cukup buat bayar gojek, dan gak mungkin juga gue boceng tiga bareng San sama Wooyoung.

"Dibilang boceng aja bertiga," jawab Wooyoung.

"Kalo motor lo matic kuy aja gue," potong gue.

"Lo ada duit gak? Kalau ada naik gojek aja sana," perintah Wooyoung ke San.

"Gak punyaaaa," jawab San enteng banget kayak bawa debu. "Lo kan punya duit, lo aja yang naik gojek."

"Gak mau lah! Gue kan bawa motor," tolak Wooyoung.

"Woy! Ayo buruan!" Di gerbang utama, Kak Joong melambai dari dalam mobil. Wah, kayaknya Tuhan sayang sama gue sampai bawa Kak Joong buat jemput.

*

"Bagus mana?" tanya Yunho.

"Sama aja."

"Ini gimana?" tanya Yunho lagi sambil nunjuk model lain.

"Jelek."

"Kalo yang ini pantes gak sama gue?"

"Bagus," jawab Mingi datar.

"Kalau lo gak ngasih solusi, gak ada robot pokoknya," ancam Kak Yunho.

"Nih, nih, nih, pilih aja, cocok semua sama lo," ucap Mingi kemudian sambil nunjuk 3 sepatu berbeda.

Yunho tersenyum puas. Salah satu sepatu yang ditunjuk Mingi akhirnya jadi pilihan Yunho. Setelah hampir setengah jam memilih sepatu, akhirnya mereka keluar dengan dua pasang sepatu.

"Kok dua?" tanya Mingi.

"Buat Jojo," jawab Yunho kemudian menggaruk tengkuknya. "Kuy gue anter dimana biasanya lo beli koleksi."

"Yunho!" panggil seseorang yang sukses membuat kedua manusia itu berdecak.

"Kelarin deh, gue mau masuk mobil dulu," ucap Mingi.

[]

PRINCE OF MY CHILDHOOD - JUNG YUNHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang