LIMA

96 19 1
                                    

"Ra, makan yuk?" ajak Kak Mingi di depan pintu.

"Ra, nanti kalau sakit, yang nemenin Kak Yeosang belanja siapa?" tanya Kak Yeosang ngebujuk.

"Dek, buka dulu pintunya. Ayo diomongin baik-baik kamu kenapa," ucap Kak Seonghwa kemudian.

Ketiganya gagal membuat gue buka pintu sore itu. Gue masih betah memeluk guling dan dikerubutin oleh selimut. Anjir, jadi begini ya rasanya patah hati sebelum pacaran. Mau ngamuk, gak ada yang bisa buat pelampiasan. Nyalahin juga mau nyalahin siapa? Gak ada yang salah.

Kruyuk ... Kruyuk ...

Ah, ternyata udah jam 10 malem. Ternyata pas galau bisa laper juga. Mau keluar gengsi. Nanti pasti ditanyain ini itu. Ribet kalau harus jelasin hal yang memalukan gini.

Kruyuk ...

Wah, perut bener-bener gak bisa diajak kompromi. Yaudah deh, udah malem juga. Pasti Kak Seonghwa sama Kak Yeosang udah masuk kamar, Kak Mingi juga pasti lagi main game. Gak bakal denger kalau gue keluar.

Saat mendapati lampu utama udah mati, gue bersyukur akhirnya bisa keluar buat ambil susu sama roti. Gue berjalan jinjit, takut-takut langkah gue mengeluarkan suara. Tapi ...

Tak!

Lampu tiba-tiba nyala. Menampilkan Kak Seonghwa yang berdiri di sebelah sakelar lampu dengan wajah capeknya. Yaampun kasian, pasti kecapean habis kerja seharian.

"Eh ... Dira cuma mau—"

"Kamu laper? Mau Kakak bikinin nasi goreng? Atau mau beli aja di luar? Ayo, Kakak anterin," ucap Kak Seonghwa sambil mendekat ke arah gue.

"Dira...," kalimat gue menggantung. Pasti Kak Seonghwa khawatir gue gak keluar kamar seharian ini. "Yaudah yuk, keluar."

Di antara lampu jalanan yang lewat raut wajah Kak Seonghwa, gue cuma bisa lihat kakak kesayangan gue sedang kelelahan sambil berusaha fokus nyetir. Yaampun, Dir, lo kekanakan banget sih.

"Mau makan apa? Pinggir jalan atau fast food aja?"

Gue berpikir sejenak, "Uh ... Kalau Kakak lagi capek banget sama sesuatu, Kakak mau makan apa?"

Kak Seonghwa kelihatan mikir, "Pedes. Makanan pedes bisa ngelepasin stress."

"Boleh! Ayo makan pedes!" ajak gue dengan senyuman terlebar.

"Tapi, tadi kamu belum makan, nanti maag. Mending kita tunda dulu makan pedesnya, makan nasi dulu yuk?"

Bener, gue belum makan seharian selain nasi goreng yang ditraktirin Kak Yunho. Ah, nama itu. Males banget gue nyebut nama dia.

"Yaudah, tapi Dira gak mau nasi goreng."

"Apa dong?"

"Keepsi aja yuk?"

"Yaudah. Pokoknya Dira makan, Kakak gak masalah."

Jam sudah menunjukkan pukul 11. Kita berdua duduk di tengah-tengah ruangan sambil menikmati hidangan masing-masing. Tentu, gue pesen paket nasi diikuti kentang goreng juga burger, sedangkan Kak Seonghwa cuma makan burger, katanya kenyang.

"Kakak kenapa lihatin Dira kayak gitu sih?" tanya gue saat mendapati Kak Seonghwa menatap gue lebih intens dari biasanya.

Dia geleng kepala, "Kakak baru tau ternyata kamu udah gede, makannya juga makin banyak."

Gue tersenyum centil, "Tapi cantik 'kan?"

Dia ngangguk, "Banget. Maka dari itu, jangan sedih-sedih lagi ya, cantiknya ilang nanti."

Senyum gue luntur, "Kak ... kalau Dira cerita soal kenapa Dira sedih, gak kenapa kan?"

Kak Seonghwa mengangguk mantap, "Cerita aja. Kakak siap dengerin semua apa yang Dira ceritain."

Gue menelan kunyahan gue terlebih dahulu, "Anu ... Dira, suka sama cowok. Tapi tadi Dira tau cowok itu udah punya pacar. Rasanya sakit banget."

Kak Seonghwa malah cekikikan, "Yaampun, kamu ternyata udah gede ya tau soal suka sama cowok."

Bibir gue cemberut, "Kakak ih, jangan diejekin."

"Enggak ngejekin kok. Wajar kalau seusia kamu udah tertarik sama lawan jenis. Soal sakit hati kamu itu, cuma kamu sendiri yang bisa sembuhin."

"Kok gitu?"

"Kalau mau tetep suka, ya kejar, asal jangan merusak hubungan orang yang kamu suka. Kalau mau lupain, ya lupain. Kamu berhak buat pilih dua jalan itu."

"Tapi, Kak, susah...," keluh gue.

"Susah memang, tapi kalau kamu memilih buat sibukin diri sama hobi dan kewajiban kamu, Kakak yakin pasti kamu bisa pelan-pelan sembuhin hati kamu."

Gue diem sambil menatap nasi yang tinggal setengah. "Dira gak tau harus gimana. Tapi rasanya gak mungkin kalau Dira harus ngelupain. Pasti bakalan susah."

Apa lagi dia hampir tiap hari dateng ke rumah.

"Yunho ya?"

Deg! Gue kegep. Mata gue benar-benar bulat menatap Kak Seonghwa. Sejak kapan? Emang sekelihatan itu ya? Atau jangan-jangan ... Kak Yunho sebenarnya juga tau kalau gue suka dia?

"It's okay, kamu bisa jujur sama Kakak. Kakak gak akan bilang ke siapa-siapa kok soal siapa yang kamu suka," jelas Kak Seonghwa.

Gue tersenyum kecut, "Sekelihatan itu ya Kak?" tanya gue.

Kak Seonghwa menggeleng, "Dira 'kan adik Kakak. Kakak pasti tau Dira kayak gimana. Jadi, karena Dira udah cerita sama Kakak, ayo semangat lagi! Jadi Dira yang riang kayak biasanya. Jangan cuma karena ini Dira murung dan gak mau makan."

Senyuman itu, yang diruakkan dari wajah lelahnya membuat gue selalu bersyukur punya dia sebagai sosok kakak yang pengertian.

*

"Selamat pagi hari senin!!!" seru San yang baru masuk kelas. Biasanya gue udah ngebacot kalau San pagi-pagi udah teriak. Tapi gue merasa enggan dan memilih tidur.

"Tumben gak komen netijennya?" bisik Wooyoung ke San.

San malah berdecak, "Gak inget apa post Kak Yunho kemarin?"

Wooyoung membulatkan bibirnya, "Gue kira kemarin tuh gak beneran."

"Tapi, baru kali ini Kak Yunho pacaran sampai diunggah ke instagram—"

"Baru kali ini?" sahut gue yang denger obrolan mereka berdua. "Jadi ... lo tau soal ini?"

"Eh? Ng ... bukan gitu. Kan di post sebelum-sebelumnya gak ada," jawab San sambil garuk kepalanya.

Setelah gue berjalan keluar, Wooyoung mukul tangan San sambil bilang, "Lo sih! Galaknya keluar kan. Lagian tau dari mana lo soal Kak Yunho baru kali ini hubungannya diumbar? Emang udah kenal dari lama?"

"Enggak sih, kemarin Kak Joong ngomong waktu lagi bahas Kak Yunho di DM," jawab San enteng. "Susulin sana! Anak orang lagi stress gara-gara cinta jangan dibiarin sendirian. Gue gak mau tiba-tiba ada pengumuman bunuh diri."

Lagi-lagi Wooyoung mukul lengan San, "Kalau ngomong ditakar dulu. Dira gak mungkin bunuh diri cuma perkara ginian. Udah, cabut dulu gue."

Langkah Wooyoung terhenti gitu aja saat mendapati ponselnya bergetar. Ada nama Kak Yunho di sana.

"Anjing!" umpatnya setelah membaca pesannya.

[]

PRINCE OF MY CHILDHOOD - JUNG YUNHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang