-; Eleven

193 10 0
                                    

Perjalanan ke tempat camping memerlukan waktu 2 hingga 3 jam. Sepanjang jalan, Lania hanya mengisi perjalanannya dengan banyak melamun.

Bagaimana tidak? Hatinya sedikit teriris saat Ayah Jendra, om Orlando rupanya tak mengenalinya. Tapi, itu lebih baik. Ketimbang Orlando mengingatnya namun tak pernah mengabarinya barang sedikit pun.

"Anak-anak, sebentar lagi kita akan sampai. Tolong barang kalian jangan sampai ada yang tercecer dalam bis."

Lamunan Lania buyar saat mendengar suara salah satu guru yg ada di bis milik mereka. Segera saja Lania merapikan barang bawaannya.

"Lo lagi banyak pikiran, Lan?" tanya Audrey saat mereka turun dari bis. Audrey menghirup dalam-dalam udara segar yang bebas dari polusi ini.

Lania menggeleng, "Enggak, kok. Cuma sedikit pusing aja," dustanya, tentu saja.

"Semalem lo kurang tidur?" lania kembali menggeleng, "Gue cuma mabuk darat aja."

Audrey mengambil tas tangan milik Lania, "Sini gue bawain. Nanti kalau tendanya udah siap, lo rebahan aja," ujarnya lalu berjalan keluar dari bis.

***

Lania-audrey juga Daniel-jendra memang berada di bis yang berbeda. Begitu sampai, semua siswa langsung dikumpulkan di sebuah lapangan desa yang tidak begitu luas. Semua siswa juga sudah menenteng barang bawaannya karena bis hanya bisa sampai disini.

Lania dan Audrey sengaja berdiri di barisan belakang. Lania terlihat menduduki tas punggung miliknya. Wajahnya cukup pucat.

"Gue cariin didepan ternyata lo berdua disini," ujar jendra saat berhasil menemukan Audrey dan lania diantara kerumunan siswa, "lha lania kok lo pucet? Lo udah sarapan?" jendra khawatir.

"mabuk darat doang katanya."

Daniel merogoh saku tasnya dan mengeluarkan minyak angin, "ini lo hirup-hirup dulu biar agak enakan," dengan pelan, ia meraih minyak angin itu, "thanks, dan."

Para kerumunan siswa sudah mulai beranjak untuk menuju ke lokasi camping. Begitu lania berdiri, Daniel langsung mengambil tas punggung miliknya dan menyandangnya, "lo jalan aja. Tas punggung lo biar gue bawain. Tas tangan lo mana? Sini gue bawain juga."

"tas tangan lania ini sama gue, dan. Lo yakin mau nyandang dua tas? Rutenya mendaki, lho, dan," Audrey khawatir.

Daniel menggeleng, "gak apa-apa, gue bisa kok. Lo bantuin lania jalan aja,"

"sini," jendra tiba-tiba merampas tas tangan milik audrey juga lania, "lo bakal ribet kalau bawa dua tas tangan. Mending lo fokus aja bantuin lania jalan. Tas lo biar gue bawain."

Lania tak ambil pusing siapa yang membawakan tas miliknya. Ia hanya ingin cepat sampai di tenda dan beristirahat. Ia kemudian di tuntun oleh Audrey menelusuri rute menuju lokasi camping yang katanya menghabiskan 20 menit dengan berjalan kaki, sedangkan Daniel dan jendra tepat berada di belakang untuk mengawasi keduanya.

***

Setelah mendirikan tenda, mereka semua diberi waktu selama satu jam untuk beristirahat kemudian melanjutkan kegiatan. Lania yang sedari tadi berbaring sudah merasa lebih baik, hanya saja masih sedikit pusing. Ia tak menyangka dampak yang ditimbulkan oleh Orlando bisa sebesar ini.

Ya, ayah. Orlando adalah ayah kandung lania, yang kini telah menjadi ayah sambung dari jendra. Rumit bukan? Lania pun tak habis pikir. Dari banyaknya manusia, mengapa harus jendra? Mengapa harus jendra yang menjadi anak sambung dari Orlando? Kenapa bukan yang lain?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang memenuhi otaknya. Tidak, ia tidak marah ke jendra. Pria itu tak tahu apa-apa tentang hubungan lania dan Orlando dimasa lalu. Lania hanya marah ke dirinya sendiri. Lania marah ke takdir yang menemuinya.

Beautiful Goodbye [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang