"Buka!" perintah Aji lewat panggilan telepon sebelum memutusnya.
Aku mengernyit. Tak mengerti dengan maksudnya. Kulihat jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Ah, sial! Kurasa aku tertidur saat nonton TV tadi sore. Bukannya Aji sudah bilang akan mengerjakan tugas kimia denganku sehabis maghrib?
Namaku Kaleela Rizuka. Nama yang cukup unik bukan? Padahal aku tak ada keturunan selain Indonesia. Entah mengapa ibuku memberikanku nama seperti itu. Tak masalah bagiku. Selama harapan dan doa terbaik berada dalam nama itu. Dengan senang hati aku menerimanya.
Baiklah. Aku menguap dan membenarkan baju dan rambutku. Asal kalian tahu; Aji adalah teman sekelasku sejak di kelas X dan kini kami sudah berada di tingkat akhir. Dia tak begitu tampan, tapi entah mengapa dia terlihat menarik dengan setiap tingkah lakunya, dan sialnya aku menyukainya. Rasa yang seharusnya tak boleh ada antara kami but who cares? Tak ada yang bisa mengendalikan hati, bukan?
Kulihat dia turun dari Ducati-nya yang berwarna merah senada dengan helm-nya. Warna favorit Aji. Kenapa aku bisa tahu? Bahkan hal sekecil apapun yang dia suka atau tidak, aku mengetahuinya. Jangan tanya mengapa karena itu akan terlihat cukup memalukan jika kalian mengetahuinya.
Berjalan ke arahku sambil menenteng sebuah kotak yang kuyakini itu adalah makanan kesukaanku, Pizza. Ya, aku tinggal dengan bibiku karena rumahku cukup jauh dari tempatku sekolah. Namun, malam ini bibiku menemani Leo, anaknya yang sekarang berada di rumah sakit. So, yeah. Aku sendiri untuk malam ini.
"Bangun tidur?" tanyanya saat sudah berada di depanku.
Ah, bagaimana aku tak jatuh cinta padanya saat dia selalu benar tentangku? Aku tersenyum garing--dia mengacak rambutku. Setelah itu kami masuk dan duduk di ruang tamu. Aku bersyukur dalam hati, beruntung sebelum tidur tadi diriku sudah mandi. Jika tidak? Itu akan sedikit menggelikan. Meski dia tak pernah membahas sekalipun tentang penampilanku. Aku malu jika terlihat buruk di depannya. Sejak kapan? Sejak aku jatuh cinta padanya setahun lalu. Ya, cukup lama bukan?
Kami mengerjakan pekerjaan rumah itu dengan serius. Satu jam kemudian kami menyelesaikannya dengan mudah. Sebenarnya bukan kami melainkan dia. Dia terkenal dengan kejeniusannya di sekolah. Untuk itu tak jarang aku menanyakan beberapa hal yang tak kupahami tentang pelajaran sekolah. Jangan bilang ini modus. Nyatanya, nilaiku di kelas cukup mampu untuk membuat ibuku naik pitam. Serius.
Aku merenggangkan tanganku dan bersandar pada sofa. Aji membuka kotak pizza itu dan memberikanku satu. Kami menikmatinya dalam diam. Sampai kemudian Aji memberikanku sebuah kalung perak dengan simbol huruf K yang menggantung. Aku cukup terkejut. Sungguh! Bagaimana mungkin dia memberikanku barang macam itu saat kami adalah teman biasa? Pikiranku melanglang buana. Hatiku sudah berkecamuk ingin memeluknya tapi kutahan.
"Apa ini?" tanyaku.
Dia hanya tersenyum. Mengambil benda yang masih berada di tanganku kemudian melingkarkannya di leherku. Astaga! Apa aku sedang bermimpi? Aku membisu, meresapi percikan rasa di hatiku. Namun, perkataan Aji menyadarkanku dari mimpi indahku.
"Aku akan memberikannya besok untuk Kanaya. Untuk itu aku mencobanya dulu padamu. Kulihat kalian tak jauh berbeda dalam banyak hal. Bagaimana menurutmu?" tanya Aji.
Suaraku benar-benar hilang. Percikan itu mati seketika. Seolah dipaksa turun dari khayalan tingkat dewaku. Aku lemas. Tak tahu harus berkata apa. Mencoba tersenyum meski terlihat aneh. Aku tak peduli lagi. Kulepas benda sialan itu dan kuberikan padanya.
"Sepertinya aku lupa harus mengantar pesanan bibi yang tertinggal ke rumah sakit. Pulanglah! Berikan saja itu pada Kanaya. Aku yakin dia menyukainya."
Dia masih ingin menjawabku namun aku mengemasi buku-bukuku dan berlalu ke kamar untuk menetralkan hatiku yang sakit. Sayup-sayup kudengar Aji menggerutu dan beberapa menit kemudian suara motornya terdengar dan menghilang bersama kepergiannya. Meninggalkan diriku dengan luka yang disebabkan olehku sendiri.
Seoalah ada yang mengejekku. Mengatakan betapa pengecutnya diriku yang dengan bodohnya menyimpan rasa itu dalam pertemanan kami. Adakah kebodohan yang lebih bodoh dari itu? Menunggu seorang yang kau cintai yang nyatanya dia hanya menganggapmu tak lebih dari teman. That is so funny. Jatuh hati pada teman sendiri nyatanya tak seindah kisah yang kutonton dalam drama korea favoritku. Ini nyata dan cukup menyakitkan ketika kau tak mampu mengatakan apa yang kau rasa padanya sementara dia dengan gamblangnya mengatakan jika dia mencintai orang lain kepada kita dengan sadarnya.
Baiklah. Kusudahi kisah menyedihkan yang sialnya ini adalah kisah percintaan pertamaku. Tak perlu terlalu lama menjadi gadis bodoh dengan masih mengharapkan sesuatu yang tak mampu kugapai. Lagipula aku tak cukup jelek. Kubuktikan, esok adalah hari baru untukku. Tak ada lagi Aji. Meski butuh waktu untuk menghapus namanya dari hatiku namun tekadku sudah bulat. Good bye first love. Good bye Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN "B"
RomanceRuang luas yang kusebut dengan Imaginer World. Masuki lebih dalam. Kau akan tahu bagaimana sebuah aksara itu akan membuaimu hingga lupa untuk kembali ke dunia nyata. Dialah yang bertahta, dialah yang berkuasa. Ini tentangku, kisahku dan sesuatu yang...