lembar 17. Sonya

47 12 0
                                    

Sejak hari itu, aku tidak peduli lagi dengan satu nama yang sangat aku benci sekarang ini, tidak lagi kuharapkan kabarnya, tidak lagi ku harapkan hadirnya, tidak lagi aku rindukan senyumannya, tidak kucari dia sekalipun dia tidak ada, karena kabar,hadir,dan senyumnya kini mungkin bukan untukku lagi, kata-kata manis dan janjinya hanya sekedar diucapkan tanpa harus ditepati.

Dan aku sangat membenci itu.

Senja yang sudah buatku sampai berada di titik ini,namun hanya sama dengan masaku di kala yang dulu. Aku pikir kita bisa saling mencintai dengan definisi memiliki yaitu aku dicintaimu dan aku juga mencintaimu, lalu aku dijadikan satu-satunya untukmu,tapi itu hanya sekedar itu, selebihnya hanya ekspektasi ku.

Seperti biasa, sehabis selesai kelas mata kuliahku hari ini aku pergi ke warung mie ayam bu Katmi sebagai menu makan siangku, sekarang sudah mulai terbiasa lagi dengan keadaan yang dulu, duduk disini sendiri.

Aku ingat sekali dimana pertama kali aku bertemu senja diJogja ini, kata teman-teman dia sempat mencari-cari di gedung fakultas ku, tapi salah satu temanku yang memberi tahu kalau pasti aku ada disini setelah selesai kelas dan dia bergegas menghampiriku, lalu bu Katmi bilang pada saat itu ada laki-laki tampan datang ke warungnya dan tiba-tiba menanyakan keberadaanku.

"Ibu maaf saya ingin tanya, apa ada pelanggan mie ayam ibu yang sedang makan disini dengan ciri-ciri sangat cantik sekali." Begitu kata bu Katmi saat sedang menirukan Senja bicara.

Memang terlihat konyol sekaligus menyenangkan, tetapi itu dulu.

Bu Katmi hanya diam tidak menjawab pertanyaan Senja, lalu katanya pandangan Senja langsung mengarah ke tempat duduk yang berada di pojok sana dimana aku duduk, dan memesan dua mie ayam untuk kita berdua, dan ternyata mie ayam itu buatan Senja sendiri yang meracik dan menyiapkan nya, dia tidak ingin bu Katmi yang buat karena katanya kalau begitu namanya spesial dari bu Katmi untuk Thasa, bukan spesial dari Senja untuk Thasa.

"Eh, Thasa, sendiri aja nduk... " Sapaan hangat ibu Katmi.

"Iya, buk." Jawabku dengan wajah yang sudah dipastikan terlihat tidak baik-baik saja.

"Ehmmm.. lagi berantem ya sama nak Dirga."

"Ah ibuk... Jangan bahas-bahas dia dong, Thasa laper nih, pesan satu porsi dan teh hangat ya bu seperti biasa."

"Siap, cantik!" Kata bu Katmi dengan wajah cerianya.

Sembari menunggu bu Katmi membuatkan mie ayamnya untukku, seperti biasa aku menuliskan puisi-puisi yang memang kegemaranku, ditambah saat-saat ini seakan menambuh rasaku untuk membawa semuanya ke dalam aksara.

Singkatnya Senja, hanya tentang bagaimana caramu menghargai perasaan seseorang, pergilah jika kamu mau, carilah diluar sana yang lebih dibandingkan aku, tapi jika kamu tidak menemukan nya, berbaliklah, karena aku masih menunggumu dengan hatiku.

Aku mencintaimu sungguh benar karena semua yang ada dirimu, Senja, secepat itu bukan berarti aku sebegitu mudahnya meninggalkan masaku yang lalu, tapi semua tentang caramu yang selalu bisa membuat aku tau,aku tidak sendiri, dan itu karenamu.

Tentang bagaimana dirimu menutur kalau semua hal jalannya adalah tentang kesabaran, kesabaran butuh hati dan rasa yang tulus, sama seperti yang kulihat dari dirimu waktu itu.

Tulusmu yang mengerti caranya mengembalikan senyuman yang hampir tertinggal hanya karena sepadi hal yang membuat harapanku hilang, tetapi bukan hanya sekedar mengembalikan senyumku, tapi kamu juga mengembalikan harapanku.

Tapi semua kembali semu pada satu waktu saat aku tau kalau ternyata yang kau istimewa kan bukan hanya diriku, kamu berhasil buat aku cinta sekaligus jatuh, Senja. Dan aku membenci itu.

Aku Cinta Dan Dia ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang