6

4.8K 819 69
                                    

Ketika Jinhyuk terbangun, hal pertama yang ia sadari adalah ia berada di atas kasurnya. Kasur yang sama dimana ia membiarkan Wooseok tertidur pulas, dengan dirinya sendiri tertidur dengan posisi duduk di lantai.

Jinhyuk melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Menurutnya itu masih terlalu pagi bagi Wooseok untuk pulang. Padahal Wooseok bisa saja singgah di rumahnya lebih lama. Ia tidak akan mempermasalahkan itu.

Jinhyuk agak terhuyung saat berusaha berdiri, masih sedikit linglung karena baru bangun. Namun tubuhnya langsung berdiri tegap ketika ia mencium manisnya bau pancake dari luar kamarnya. Sepertinya Midam sudah pulang dan berbaik hati membawakan sarapan.

Jinhyuk keluar kamar dan menuju dapur, dimana sumber bau manis itu berada.

"Midam, lo...... bukan Midam ya." Langkah Jinhyuk terhenti saat menyadari yang berada di dapur bukanlah roommate-nya.

Wooseok menghela napasnya sembari membalik pancake yang sedang ia buat. "Bangun juga lo akhirnya."

"Gue kira lo udah balik pulang."

"Lah— lo pengen gue pergi ga ngomong-ngomong? Bego."

"Gak juga." Jinhyuk duduk di depan meja makan. Ia tidak terlalu memikirkan hujatan dari Wooseok. Bisa dibilang ia sudah kebal. "Gue pikir lo ga bakal betah singgah lebih lama dari yang lo butuhin."

Jinhyuk juga tidak berpikir kalau Wooseok akan berbaik hati dan memasakkan sarapan untuk mereka berdua, tetapi ia lebih memilih untuk tidak mengatakan itu.

"Ya gue lapar." Wooseok meletakkan dua piring pancake di atas meja dan menuangkan sirup secukupnya di atas pancake tersebut. "Dan kerjaan gue nanti jam tiga baru mulai."

"Kok gue ga tau di rumah gue ada sirup?"

"Emang ga ada. Ini tadi pagi gue beli di mini market di depan." Wooseok duduk di depan Jinhyuk dan mulai memakan pancakenya.

Jinhyuk hanya termenung melihat Wooseok melakukan hal-hal tersebut. Kim Wooseok repot-repot keluar supaya ia bisa memasak sarapan untuk mereka berdua? Sebaik itu?

"Apaan? Jangan liat gue kayak gitu. Jijik."

Oh, apakah Jinhyuk terlalu lama memandanginya? Jinhyuk langsung mulai memakan pancakenya seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Ditambahkannya lebih banyak sirup ke atas pancakenya, membuat Wooseok mengernyitkan dahinya.

"Ya sori. Gue kaget aja."

"Kaget apaan? Gue ga suka hutang budi ke orang lain."

Jinhyuk menaikkan sebelah alisnya, "Nggak lah. Gue bilang gue ga masalah nganterin lo." Ia ingin menambahkan, "Lagipula lo lucu kalo jinak," tapi ia tahu itu hanya akan mengundang hujatan lagi. "Dan gue udah bilang, kalo mau impas bayarin gue minum aja."

Wooseok bermain-main dengan poninya. "Lo gak keliatan kayak orang yang bakal puas dengan minum-minum doang."

"Maksud lo?"

"Maksud gue," Wooseok mengarahkan tangannya ke seisi ruangan. "Gue gatau kalo lo orang banyak duit."

"Nggak kok," elaknya. Memang tidak, setidaknya tidak seperti yang Wooseok pikirkan. "Roommate gue yang nyusun apart ini."

Wooseok mengernyitkan dahinya. "Roommate?"

"Iya. Biasanya dia jarang keluar rumah. Tapi kemaren kayaknya dia pergi sama editornya. Dia penulis novel. Tadi gue kira malah dia yang di dapur, bukan lo."

Kernyitan di dahi Wooseok entah kenapa menjadi lebih dalam. "Roommate lo cewek?"

Jinhyuk juga ikut-ikutan mengernyitkan dahi. "Nggak. Emang kenapa?"

Blackmailed?; Weishin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang