3

5.1K 872 182
                                    

"Jadi, lo siapa?" Wooshin menyilangkan tangannya di depan dadanya.

Jinhyuk menghela napasnya, menjawab pertanyaan tersebut untuk yang kelima kalinya. "Temen lo. Kita ketemu waktu SMA. Kita gak satu sekolah ato tetanggaan, soalnya kalo gitu member grup lo seharusnya kenal gue. Jadi gue bakal bilang kita ketemunya di kereta yang tiap hari kita naikin buat ke sekolah tiap pagi. Gue paham, Wooshin."

"Bukan itu. Maksud gue nama lo."

"Oh?" Jinhyuk mengerjapkan matanya bingung. "Bukannya gue udah bilang?"

"Nggak. Gue ngesave nomor lo pake nama Sasaeng Yohan," Wooshin memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan kontak nomornya dengan nama "Sasaeng Yohan😡", membuat Jinhyuk hampir gagal menahan tawanya. "Dan jangan panggil gue Wooshin kalo kita mau pura-pura saling kenal."

Setelah hari dimana mereka bertemu di tepi danau, Jinhyuk memberikan nomornya pada Wooseok, tetapi tidak sebaliknya. Wooseok tidak mau privasinya terungkap lebih besar lagi.

Untuk sekejap, Jinhyuk mengira Wooseok akan melarikan diri dan tidak akan mengontaknya. Akan tetapi setelah dipikir-pikir, tidak ada alasan bagi Wooseok untuk tidak mengontak Jinhyuk, karena yang terancam disini adalah reputasinya.

Dan benar saja, tiga hari setelah itu Jinhyuk menerima pesan dari nomor tidak dikenal yang berisikan detail tentang rencana mereka. Di showcase selanjutnya, Wooseok akan menggiring Jinhyuk ke ruang istirahat grupnya, lalu bertemu Yohan, dan menonton showcasenya setelahnya.

Rencana tersebut terasa sempurna. Sebagai seorang fans, Jinhyuk tidak bisa membayangkan apa yang lebih baik lagi. Setidaknya begitu jika Yohan yang dibelakang panggung benar-benar seperti Yohan yang di atas panggung. Atau mungkin ia juga mempunyai sisi yang ia tutup-tutupi seperti Wooseok?

Ini juga alasan mengapa Jinhyuk meminta untuk dikenalkan sebagai teman Wooseok. Supaya Yohan tidak punya alasan untuk mempermanis sikapnya di depan seorang fans, kalaupun memang biasanya dia seperti itu.

"Berarti gue panggil lo Wooseokie aja ya?"

"Apa sih? Wooseok aja udah cukup," ucap Wooseok dengan wajah memerah.

"Masa sih?" Jinhyuk memiringkan kepalanya ke kiri, seolah menimang-nimang. "Kalo kita ceritanya udah kenal lama dan lumayan dekat, manggil begituan kan lebih realistis. Lo juga bisa manggil gue Jinhyukie."

"Kenapa?"

"Kenapa nggak? Lo malu?" Salah satu hal baru yang ia ketahui dari Wooseok yang asli adalah, ia terlalu mudah terusik. Itu membuat Jinhyuk senang menggodanya. "Panggil gue pake nickname aja. Kalo nggak mereka ga bakal percaya kalo kita dekat."

"Lo gaada nama panggilan lain?" tanya Wooseok dengan wajah masih sedikit merah. Ekspresinya benar-benar membuat Jinhyuk berusaha menahan tawa. Ia terlihat desperate dan berusaha keras untuk menahan malu.

"Yaudah. Panggil gue Wei aja. Temen deket gue pada manggil gitu soalnya," Jinhyuk tidak setega itu untuk membiarkan Wooseok berlarut-larut menahan malu.

"Hm. Oke, Wei."

Jinhyuk menyeringai usil. "Kalo gitu gue panggil lo Wooshiap ya?"

"Hah? Idih nggak mau," protes Wooseok. Bibirnya mengerucut kesal dan kakinya ia hentak-hentakkan. Setidaknya refreshing rasanya bagi Jinhyuk untuk mengetahui tidak semua dari sikap Wooshin yang dibuat-buat.

"Wooshiap atau Wooseokie?"

"Ya— GATAULAH TERSERAH LO TAIK."

"Oke, Wooseokie."

Benar-benar menghibur untuk digoda. Itulah sisi asli seorang Kim Wooseok.

________

Jinhyuk dan Wooseok berhenti di depan pintu ruang istirahat. Sebelum membuka pintunya, Wooseok menatap Jinhyuk seakan menyuruhnya untuk bersikap baik, yang hanya dibalas oleh Jinhyuk dengan mengedikkan bahunya. Jinhyuk tahu, seharusnya ia lebih nervous karena akan bertemu para idolanya, tetapi mengetahui bahwa ia akan didampingi Wooseok membuatnya merasa lebih tenang. Lagipula, ia hanya ingin berbicara dengan Yohan layaknya orang biasa. Sepertinya lebih tenang memang lebih baik.

Blackmailed?; Weishin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang