Jalanan ibu kota selalu ramai seperti ini di hari Senin. Wajar saja karena Senin adalah awal tiap minggu dimulai. Mereka berangkat untuk mengejar nafkah hingga mencari ilmu. Tak heran banyak orang memilih berangkat lebih pagi agar tidak datang terlambat. Biru adalah salah satu dari mereka.
Sebenarnya rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, hanya saja karena ia membawa mobil maka ia harus mengambil jalan memutar. Terkadang Biru ingin naik motor saja tapi masa anak Mahesa naik motor sih, ya begitulah yang ada di pikiran Biru.
Saat dijalan, ia tak sengaja melihat sosok yang ia kenal berada di pinggir trotoar, di sebuah tambal ban. Biru yang biasanya tidak peduli dengan orang lain, kini menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Ia mendekati sosok yang ia kenal itu dan memanggilnya, "Kez ?"
Gadis yang dipanggil itu langsung menoleh dan ternyata benar, Kezia.
"Motor lo kenapa ?" Tanya Biru melihat motor Kezia yang sedang di otak atik
"Bocor, bentar lagi juga selesai kok," jawab Kezia sambil tersenyum kikuk.
Si Bapak tambal ban berdiri kemudian menghampiri Kezia, "Maaf mbak, ini bocornya banyak jadi butuh waktu agak lama. Ditinggal dulu aja mbak daripada telat sekolahnya"
Kezia menghela nafas.
"Bareng gue aja," ajak Biru.
Kezia menelan ludah. Seminggu yang lalu saja saat pulang bersama Biru, suasananya begitu canggung karena mereka berdua saling diam. Ingin rasanya ia menolak tapi nanti dia malah terlambat.
Belum sempat Kezia menjawab tawaran dari Biru, kini Biru menghampiri si Bapak tambal ban tersebut. Ia memberikan selembar uang 100 ribu kepadanya.
"Kita tinggal dulu ya Pak. Nanti kalau udah sekalian titip cuciin disana. Kembaliannya ambil aja," kata Biru sambil menunjuk tempat cuci motor di sebelah tempat tambal ban tersebut.
Si Bapak tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Biru.
"Ayo," kata Biru pada Kezia menuju ke mobilnya.
*
Sesuai dugaan Kezia, suasana kembali canggung. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Perjalanan menuju sekolah yang sudah dekat terasa begitu lama. Ingin rasanya Kezia segera keluar dari mobil Biru.
"M-makasih Bi," ujar Kezia ketika mobil Biru telah terparkir rapi di sekolah.
"Hm" Biru kemudian keluar dari mobil begitu juga Kezia.
Mereka berjalan berdua melewati lorong kelas. Para murid yang ada di situ segera memperhatikan mereka berdua. Ini adalah suatu hal yang langka bagi mereka sekaligus untuk pertamakalinya Kezia dan Biru berjalan bersama seperti ini. Mereka semua tahu bahwa Kezia dan Biru memiliki hubungan yang tidak baik sejak hari pertama MOS.
Baik Kezia maupun Biru merasa risih dilihat seperti itu walaupun ini bukan pertama kalinya mereka mendapatkan tatapan dari banyak orang.
Saat sampai di depan kelasnya, Biru langsung masuk tanpa mengucapkan satu patah katapun kepada Kezia. Sedangkan Kezia langsung menuju ke kelasnya di lantai dua.
"Cie cie yang berangkat bareng," goda Luna tepat saat Kezia duduk di bangkunya.
"Ini semua gara-gara motor gue bocor," keluh Kezia dengan wajah kesal.
"Ya bagus dong. Lo harus berterimakasih ke motor lo. Lo jadi bisa lebih deket sama Biru, hehe"
Kezia memutar bola matanya malas, "Apaansih Biru mulu, ngeselin lo Lun"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butterfly Effect
Romance[Budayakan membaca deskripsi & tags] -GxG Story- Sebuah cerita tentang Biru dan Kezia. Biru selalu keras kepala dan meremehkan segalanya tanpa menyadari bahwa setiap perbuatan kecilnya bagaikan kepakan sayap kupu-kupu yang bisa merubah nasib besarny...