10 - Past & Present

11.1K 954 42
                                    

Sudah semingguan ini Biru dan Kezia selalu berangkat bersama.

Karena Biru menjemputnya, Kezia jadi bangun lebih pagi. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu berdiri di depan cerminnya lebih lama memperhatikan penampilannya seperti pagi ini.

Dia beberapa kali mencoba gaya rambut yang berbeda namun ujung-ujungnya hanya menggerai rambutnya. Pandangannya lalu tertuju kepada sebuah jepit yang beberapa kali ia gunakan. Ia putuskan untuk menjepit saja rambutnya.

"Keziaaa, sarapan nggak ?" Terdengar suara Gio memanggil.

"Iyaa, bentar," Kezia kemudian keluar kamar dan menuju ke ruang makan.

Ia langsung memakan nasi goreng seafood buatan Gio. Saat ia sedang asik melahap nasi goreng, Gio berkata, "Cepet habisin. Itu Biru udah nungguin daritadi"

Uhuk !

Kezia langsung tersedak. Gio yang kaget melihatnya tersedak langsung menyodorinya minuman.

"Pelan-pelan Kejia"

Kezia segera menghabiskan sarapannya secepat mungkin.

"Kezia berangkat dulu yaa. Bye Bang Gio !" Kezia segera menyambar tas ranselnya, mencium pipi Gio sekilas kemudian menuju ke ruang tamu.

Senyuman mengembang di wajahnya melihat Biru yang tengah menunggunya.

"Ayo berangkat"

Biru beranjak dari duduknya, bukannya langsung menuju ke mobil, ia malah mendekatkan badannya pada Kezia. Tangannya terulur mengusap ujung bibir Kezia.

"Makan apa sampe belepotan gini ?"

"Hah ?"

Biru menghela nafas, "Masih aja hah hoh hah hoh"

Ternyata, ada nasi yang menempel di ujung bibir Kezia. Hampir saja Kezia berpikir yang tidak-tidak di pagi hari ini.

**

Kini mobil Biru telah terparkir rapi di parkiran sekolah. Kezia dan Biru masih berada didalam mobil.

Kezia mulai melakukan ritualnya. Ia menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. Ia pejamkan matanya lalu membukanya dan mempersiapkan wajah juteknya.

Biru tertawa kecil. Ia sudah mulai terbiasa dengan ritual Kezia ini. Meskipun mereka berdua sudah mulai terbuka dengan orang lain bahwa mereka sudah cukup akrab tapi bukan berarti mereka bisa 100% menunjukkan kedekatan mereka.

Biru mencondongkan badannya kepada Kezia, matanya menatap tepat di manik hitam milik Kezia. Ia tersenyum lalu mengusap kepala Kezia pelan.

"Ayo keluar"

*

Biru dan Kezia berjalan melewati lorong kelas. Tatapan-tatapan itu datang lagi, tatapan yang sama setiap harinya saat mereka berdua berjalan bersama.

Biru lalu berbelok menuju ke ruang kelasnya. Kezia menarik ransel Biru dari belakang, tidak keras tapi ia yakin Biru merasakannya. Biru menghentikan langkahnya tanpa berbalik arah. Dia pasti bingung dengan sikap Kezia ini.

Setelah diam sepersekian detik, Biru membalikkan badannya kepada Kezia. Ia tidak bicara apapun tapi memilih mengerutkan dahinya seolah bertanya kenapa.

"Gue ke kelas dulu ya," pamit Kezia lirih kemudian langsung pergi. Ia lalu merutuki dirinya sendiri selama perjalanan menuju kelasnya.

The Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang