"Bi," panggil Vanka pada Biru yang baru saja duduk di bangkunya.
"Hm ?"
"Lo kerja berapa nomor ?"
"Kerja apa ?"
"Tugas matematika"
"Ada tugas ?"
"Lah. Tadi malem kan gue udah ngingetin lo lewat chat"
"Lupa. Gue ketiduran"
Vanka menghela nafas. Ia kemudian menyerahkan buku tugasnya kepada Biru.
"Nih. Buruan salin sebelum Pak Aziz dateng"
"Gak usah"
"Udah buruan salin. Daripada lo dihukum"
"Nggak akan"
Bel jam pelajaran dimulai pun berbunyi. Anak-anak didalam kelas segera duduk rapi dia tempat mereka masing-masing.
Pintu kelas terbuka. Seorang lelaki berkacamata bulat yang baru genap berumur 30 tahun masuk ke dalam kelas. Aziz, guru matematika paling muda di sekolah ini sekaligus wali kelas mereka.
"Selamat pagi semua!" Sapa Aziz bersemangat.
"Pagi, Pak Aziz!" Balas mereka semua kompak.
"Oke, sekarang kalian kumpulkan tugas kalian di depan ya," perintah Aziz yang langsung dipatuhi.
Para murid segera berdiri dan meletakkan buku tugas mereka di meja guru. Aziz menghitung jumlah buku yang terkumpul ternyata masih kurang satu.
"Siapa yang belum mengumpulkan tugas ?" Tanya Aziz ke seisi kelas.
Tanpa ragu, Biru mengacungkan tangannya.
"Kenapa kamu tidak mengerjakan tugas, Biru ?"
"Lupa," jawabnya santai.
Aziz tersenyum tipis. Melihat Biru mengingatkannya pada Bobby, Kakak Biru yang dulu menjadi muridnya. Cara mereka berdua menjawab pertanyaan dengan santai sangat sama.
"Kalau gitu, kamu kerjakan tugas kamu dulu diluar. Nanti kalau sudah selesai, kamu boleh kembali lagi ke kelas"
"Kalau saya tidak mau mengerjakan, boleh ?"
Pertanyaan yang sama dengan apa yang pernah Bobby ucapkan dulu kepada Aziz.
Aziz tersenyum, "Itu hak kamu mau memilih untuk mengerjakan atau tidak. Kalau mengerjakan ya saya beri nilai. Kalau tidak ya tidak dapat nilai"
"Saya nggak butuh nilai," Biru beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar kelas begitu saja.
Aziz hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Biru yang sangat mirip dengan Bobby di awal sekolah dulu.
*
Karena tak mau mengerjakan tugasnya, Biru memilih berjalan-jalan mengelilingi sekolahnya hingga akhirnya ia berhenti di perpustakaan. Suasananya sepi karena ini masih terlalu pagi, hanya ada petugas perpustakaan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butterfly Effect
Romance[Budayakan membaca deskripsi & tags] -GxG Story- Sebuah cerita tentang Biru dan Kezia. Biru selalu keras kepala dan meremehkan segalanya tanpa menyadari bahwa setiap perbuatan kecilnya bagaikan kepakan sayap kupu-kupu yang bisa merubah nasib besarny...