Hoofdstuk 15 : Herenigen

98 8 0
                                    

"Aku akan berusaha memenuhi semua permintaanmu, Lanzo. Tetapi tidak dengan yang satu ini. Aku membenci wanita itu dari awal. Aku tidak ingin terlalu dekat kepadanya atau itu hanya akan mengacaukan kehidupanku." jawab Leo.

Lanzo menoleh. "Kalau begitu bagaimana dengan dia? Tidak peduli kau bercerai atau tidak dengannya, didepan mata publik kalian tetaplah pasangan yang sudah menikah. Kau harus mengingat itu, Leo. Jadi tetaplah bertindak seperti suaminya didepan publik. Kalau kau keberatan melakukan hal itu, ceraikan dia secara hukum agar seluruh dunia ini tahu kau tidak memiliki hubungan apapun dengan Anna." ucap Lanzo.

"Dia bahkan menolakku, Lanzo. Aku tidak akan menjatuhkan harga diriku untuk ketiga kalinya. Tidak setelah ia menamparku dua kali." jawab Leo.

"Dan kenapa dia menamparmu?" tanya Lanzo.

"Itu.. sudahlah lupakan saja." ucap Leo mengalah karena sadar bahwa ia juga salah.

"Kenapa? Kau malu karena kau salah?" goda Lanzo.

"Lanzo, kenapa daritadi kau asik mengoceh kepadaku? Kepalaku sakit mendengar ocehanmu yang sudah mengalah-ngalahi ocehan Lionelle!" balas Leo kesal.

Lanzo tersenyum miring. "Ternyata Leo pemarah yang kukenal sudah kembali." ucap adiknya itu.

Leo kemudian berlalu dan tidak jauh dari posisinya, ia melihat Anna yang tengah berbicara dengan seorang pria. Mungkin rekan kerja Ayahnya. Leo melangkah menuju mereka berdua dan kemudian Leo melihat Anna menjabat tangan pria itu dan berkata, "Oh tentu, Ayah akan sangat senang untuk bertemu denganmu." ucap Anna.

Leo kemudian berdiri tepat disebelah wanita itu  yang membuat Anna dan pria itu menoleh secara bersamaan.

"Ini adalah..."

"Perkenalkan. Suaminya." sambung Leo.

Pria itu mengangguk. "Oh, aku tidak tahu kau memiliki seorang suami yang tampak luar biasa, Miss." komentar pria itu. Anna hanya membalasnya dengan tersenyum.

"Kalau begitu aku permisi." ucap pria itu dengan sopan kemudian berlalu.

Tinggallah mereka berdua yang saling berdiri bersebelahan dengan keadaan canggung. Anna tidak tahu harus melakukan apa. Dan begitu juga dengan Leo.

Akhirnya lelaki itu membuka mulutnya. "Rekan kerja?" ucap lelaki itu dengan sedikit santai. Anna tersenyum kaku. "Ya. Rekan kerja Ayahku." jawab Anna memperbaiki.

"Jika aku tidak datang, aku rasa ia sudah akan mengajakmu melakukan hal yang aneh-aneh." komentar Leo. "Ya aku rasa juga begitu." sambung Anna. Leo menoleh. Begitu juga dengan Anna. Mereka menatap satu sama lain dengan canggung.

"Kenapa kau memakai baju yang sangat terbuka seperti itu? Akan bahaya jika seandainya tidak ada aku ataupun Lanzo dan Lionelle." ucap Leo.

"Tak apa. Aku sudah terbiasa. Lagipula ini kediaman Ayahku. Tidak akan ada orang yang berani berbuat macam-macam kepadaku." jawab Anna.

"Tetap saja. Aku juga seorang lelaki. Tidak ada alasan bagiku dibedakan dengan lelaki lain." balas Leo.

"Yang kutahu kau tidak akan berbuat yang macam-macam kepadaku." jawab Anna.

"Kenapa kau sangat yakin?" tanya Leo sambil menoleh.

Anna menoleh kemudian tersenyum. "Karena aku bukan istrimu, dan kita memiliki syarat kita." jawab Anna.

Dua detik kemudian Leo terdiam. Detik ketiga lelaki itu tersenyum untuk pertama kalinya kepada Anna. Anna yang melihat senyuman itu merasa dunianya berhenti seketika. Kemudian Leo membuka mulutnya, "Kau benar juga. Tidak ada alasan bagiku untuk melakukan itu." ucap Leo.

Anna menatapnya kemudian berkata, "Kau tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihatmu tersenyum." balas Anna.

"Aku merasa lega. Pada akhirnya kita sudah lepas dari pernikahan itu." jawab Leo.

"Ya, aku juga merasa lega." balas Anna yang tampak sedikit kusut.

"Apa kau tidak kedinginan? Ini, pakailah jas ku untuk sementara." ucap Leo sembari memakaikan setelan hitam itu kepada Anna. Setelan Leo selalu membuat wanita itu merasa hangat.

"Terima kasih." balas Anna.

"Aku rasa lebih baik kita begini. Ini tidak terasa canggung dan ini terasa jauh lebih nyaman." ujar Leo.

"Tentu. Aku merasa sangat nyaman." balas Anna.

"Apa kau tidak berencana untuk berkencan dengan Lanzo atau Lionelle?" tanya Leo seketika. Anna menggeleng.

"Tidak. Lionelle sangat cocok untuk Nebula. Dan Lanzo, dia hanya seorang kakak bagiku. Tidak lebih." jawab Anna.

"Begitukah? Lalu apa kau tidak memiliki rencana untuk berkencan dengan seseorang?" tanya Leo lagi. "Mungkin untuk saat ini tidak. Aku sedang tidak moody untuk berkencan." jawab Anna blak-blakan.

"Bagaimana denganmu? Kau sudah mulai berkencan?" tanya Anna. "Tidak. Aku terlalu sibuk untuk kencan dan hal-hal seperti itu." jawab Leo.

"Aku tidak sengaja tapi aku sudah mendengar tentang Laila." sambung Anna. Leo menoleh. "Laila? Oh ya, dulu aku sempat berkencan dengannya. Laila benar-benar tipeku, tetapi sejak ia pergi ke luar negeri, aku sudah mulai melupakannya." jawab Leo jujur.

"Begitu rupanya... Apa kau tidak pernah berpikir jika Laila kembali?" tanya Anna.

Leo mengerutkan keningnya heran. "Laila kembali? Apa yang salah dengan itu?" tanya Leo balik.

"Mungkin saja kau akan berkencan dengannya jika ia kembali lagi, bukan?" ucap Anna. Leo mengangkat kedua bahunya.

"Aku tidak tahu pasti. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Perasaan seseorang bisa berubah. Dan bagaimanapun, berita aku menikah denganmu pasti sudah menyebar ke seluruh dunia. Tidak mungkin Laila melewatkan berita sebagai seorang bangsawan. Jadi kurasa bagaimanapun, aku dan Laila tidak akan berhasil." jawab Leo.

"Bukankah kau memiliki kesempatan? Kita tidak terikat pernikahan lagi. Aku sudah membebaskanmu." ucap Anna.

Leo menoleh sambil menaikkan salah satu alisnya. "Lalu? Apa itu berarti aku harus berkencan dengan mantan kekasihku?" balas Leo.

"Tidak juga." jawab Anna. "Tetapi aku hanya ingin kau tahu bahwa kau memiliki kesempatan untuk melakukannya." sambung Anna.

"Oh, lupakan saja. Aku tidak akan berkencan lagi." jawab Leo.

"Mengapa?" tanya Anna.

"Mengapa? Karena aku sedang tidak ingin mengencani siapapun." jawab Leo dengan jelas.

"Bukankah itu akan terasa tidak adil bagimu?" tanya Anna.

"Tidak adil apanya?" tanya Leo balik.

"Lalu bagaimana jika aku berkencan? Dan kau tidak berkencan? Itu terasa lebih seperti aku sedang selingkuh dengan orang lain." ucap Anna dengan ekspresi aneh.

Leo tertawa. "Jangan sungkan. Lagipula kita sudah bercerai, aku tidak akan menganggapmu selingkuh. Dan juga, saat ini kau tidak mengencani siapapun. Jadi kita impas, bukan?" balas Leo.

"Aku tidak mengerti. Lalu untuk apa kita bercerai? Ini sama saja seperti sebelumnya." tambah Anna. Leo menoleh kepadanya.

"Kenapa bertanya kepadaku? Aku juga tidak mengerti. Tetapi aku merasa ini tidak ada gunanya." jawab Leo.

"Apa aku boleh kembali lagi tidur di kamar kita?" tanya Anna seketika. Pertanyaan itu membuat Leo membeku sejenak. Kemudian lelaki itu menoleh sambil tersenyum. "Kapan aku melarangmu tidur di kamar kita?" tanya lelaki itu sambil tertawa rendah.

"Apa aku boleh menarik kembali ucapan menyangkut kasus perceraian itu?" tanya Anna lagi. Leo tersenyum kemudian berkata, "Kapan aku setuju untuk menceraikanmu? Bahkan hanya kita dua orang bodoh yang merasa bahwa kita bercerai ketika seluruh dunia ini menganggap kita sebagai satu pasangan." jawab Leo sambil tertawa.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang