Hoofdstuk 26 : Iets Duister Tussen Hen

95 7 0
                                    

Anna tidak berkutik sedikitpun mendengar kalimat yang dilontarkan oleh lelaki yang berada tepat di depannya itu.

Ia tidak senang mendengar hal itu, tetapi juga tidak kecewa. Ia benar-benar tidak merasakan apapun sekarang juga. Ia membayangkan peristiwa-peristiwa yang menyeramkan jika ia menjadi seorang Ratu. Pembunuhan, kehilangan orang yang dicintainya, rasa dendam, anggota kerajaan, ia memikirkan itu semua. Semua hal itu bercampur aduk di dalam kepalanya sekarang.

Anna menatap lelaki itu sekali lagi, memberikan tatapan ketidaksiapan pada lelaki itu. Tetapi Leo malah menatapnya dan tampak tidak memperdulikannya.

Ruangan itu terasa hening seketika begitu saja. Detik kemudian, Leo berbalik dari wanita itu dan berjalan keluar dari ruangan ini.

Tanpa berpikir panjang, Anna langsung mengikutinya begitu saja dan memutuskan untuk mengejar lelaki itu.

Sampai akhirnya Leo berhenti dan memasuki ruangan tempat penyimpanan anggur, dan Anna masih saja mengikutinya memasuki ruangan ini.

Lelaki itu tampak frustasi, dan ia tampak sangat kesal. Anna tahu di saat-saat begini seharusnya ia tidak berdebat dengan lelaki ini. Tetapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin menjadi seorang Ratu. Ia ingin hidupnya bahagia, bukan tertekan.

"Aku tidak bisa menerima semua ini." ucap Anna akhirnya bersusah payah membuka mulutnya. Leo menatapnya seketika, dengan tatapan dingin dan kesalnya. Nebula benar, batin Anna. Lelaki ini sudah kembali menjadi Leo yang dulu.

"Aku sedang tidak ingin mendengar penolakan." jawab lelaki itu dingin dan tajam sambil menatap Anna.

"Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingin. Kau juga sudah tidak dipaksa oleh Ayahmu, sekarang mari kita benar-benar memutuskan hubungan ini saja." ucap Anna.

Dengan seketika lelaki itu langsung menghampiri Anna dengan tatapan mematikannya.

"Aku menikah dengan siapa bukan dikarenakan kehendak Ayahku. Kau mengerti?" ucap lelaki itu.

"Kalau begitu aku akan menggugat pernyataan cerai." balas Anna.

Leo mengeraskan rahangnya kemudian menyentuh dagu wanita itu dengan kasar dan berkata, "Kau memang sesuatu, Anastasia. Terkadang kau harus tahu dimana posisimu, dan juga posisi Ayahmu. Aku bisa membalikkan kursi Ayahmu dalam hitungan detik." ancam Leo.

"Karena itulah Ayahmu meninggalkanmu dengan semua ini. Ia ingin kau merasakan segala penderitaan itu! Buka kedua matamu, apa yang kau duduki benar-benar takhta? Atau hanyalah sebuah kursi dimana dibalik kursi yang berlumuran emas itu semua yang terdapat hanya kemunafikan?!" balas Anna.

Rahang Leo sekali lagi mengeras mendengar jawaban wanita itu yang membuat emosinya naik seketika. "Tutup mulutmu itu." ucap Leo dengan tajam sambil merapatkan giginya.

"Karena itulah Ayahmu tidak pernah menyukaimu. Ia selalu menyukai Lanzo. Kau adalah orang yang sangat serakah dan kasar, Leo. Kau tidak akan pernah menjadi Lanzo di hati Ayahmu." sambung Anna.

Tidak sampai satu detik setelah ucapan itu dilontarkan oleh Anna, Leo langsung menghantam dinding putih yang berada tepat menjadi sandaran Anna menggunakan tangannya.

Wanita itu tidak berkutik sedikitpun. Kemudian Leo menatap wanita itu dengan tatapan dinginnya kemudian ia tertawa seperti layaknya orang depresi dan mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu. "Kau hanya seorang anak yang hidup ditengah keributan kedua orang tuamu. Kau, hanyalah seorang gadis yang lahir dari sebuah rumah tangga yang kacau." ucap lelaki itu dengan dingin tepat di telinga Anna.

Tubuhnya terasa membeku seketika mendengar perkataan itu. Sontak, ia mendaratkan sebuah tamparan di pipi kanan lelaki itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Jantungnya berpacu dengan kecepatan diatas rata-rata seketika. Ia teringat dengan masa kelamnya.

Tanpa memperdulikan lelaki itu lagi, Anna langsung beranjak keluar dari ruangan ini dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ia merasa ia masih kembali menjadi seorang gadis yang selalu mendengar perseteruan kedua orang tuanya dan bersembunyi.

Kedua tangannya bergetar hebat, ia bahkan tidak tahu kemana ia mengarah sekarang. Ia sudah dapat merasakan air matanya yang turun mengaliri kedua pipi mungilnya.

Kepalanya terasa sangat berat seketika, rasanya segala penglihatannya tampak kabur serta samar-samar. Pendengarannya dipenuhi oleh segala teriakan-teriakan yang ia ingat di masa lampau.

Sampai akhirnya ia terjatuh di pelukan seseorang yang ia tidak yakin siapa itu, dan ia berkata, "Tolong selamatkan aku." ucap wanita itu sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.

***

Anna membuka kedua matanya dengan perlahan. Ia dapat merasakan teriknya cahaya matahari yang menembus jendela yang berada di dalam kamar ini.

Ia tidak tahu ia berada di ruangan apa, ataupun ruangan siapa, tapi yang ia tahu dengan jelas adalah ia masih berada di istana. Lantai ruangan ini, nuansanya, sangat persis dengan kebanyakan ruangan di istana.

Dengan bersusah payah, Anna akhirnya bangkit dan duduk di tepi tempat tidur ini. Sampai akhirnya sebuah suara menyapanya dan ia menoleh.

"Kau sudah bangun?" tanya suara itu yang tak lain adalah suara Lionelle.

Anna mengangguk pelan. Ternyata itu adalah Lionelle, batinnya. "Leo sedang melaksanakan penobatan resminya sebagai Raja, dan aku rasa karena kau sudah bangun ini adalah waktu yang sangat cocok." ucap Lionelle.

Anna langsung menoleh kepada lelaki itu sambil bangkit dari tempat tidur dan berdiri menghampiri Lionelle. "Tidak akan ada penobatan untukku. Aku sudah tidak ingin melanjutkan segala seluk-beluk ini." jawab Anna.

Lionelle menatapnya dengan heran. "Apa maksudmu? Kau sudah menikah dengannya, secara tidak langsung jika Leo menjadi Raja, maka kau akan menjadi Ratu." jelas Lionelle.

Anna menghembuskan nafasnya tidak suka. "Aku ingin keluar dari sini." ucap wanita itu akhirnya.

Lionelle masih saja menatapnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kemudian Anna mengulang kata-katanya lagi. "Aku ingin keluar dari tempat ini. Lionelle, bantu aku. Aku tidak ingin terkait dengan semua ini." ucap wanita itu.

"Kenapa kau tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Lionelle heran.

Anna menelan ludahnya. "Leo sudah mengatakan sesuatu yang tidak pantas padaku. Dan, aku tidak ingin terhubung dengan keluarga ini. Tidak sedikitpun." jawab Anna.

Lionelle masih menatap wanita itu dengan serius. "Jika aku membantumu keluar dari sini, aku akan dicap sebagai seorang pemberontak." ucap lelaki itu dengan tatapan yang sangat serius tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Aku tahu, aku benar-benar tahu aturannya. Tetapi aku minta tolong kepadamu. Keluarkan aku dari sini." pinta Anna.

Lionelle menelan ludahnya dan mengeraskan rahangnya. "Kau tahu dengan benar bukan, apa artinya jika seorang pangeran membawa lari seorang Ratu?" ucap lelaki itu sambil menatapnya dalam.

"Aku tahu. Mereka akan menganggap hal itu pengkhianatan kepada seorang Raja, dan terlebihnya, mereka akan menganggap ada suatu hubungan khusus terjalin diantara mereka berdua." jawab Anna dengan tekadnya.

"Ya. Jika aku membawamu keluar dari sini, itu berarti aku menculik pengantin Raja. Apa kau benar-benar ingin aku melakukan itu untukmu?" tanya Lionelle.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O

Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang