"Kau tampak sangat senang kemarin. Ceritakan kepadaku. Apa yang terjadi diantara kau dan Leo? Aku rasa teguranku berguna untuknya." timpal Lanzo sambil tersenyum miring.
Anna tersenyum. "Tidak ada yang terjadi. Hanya masalah perceraian ini dan itu, kurang lebih." jawab Anna.
"Kau sudah tidak tidur di kamar Nebula lagi ya. Sudah ganti kamar?" goda Lanzo.
"Ya, ya. Itu pantas, bukan? Maksudku tidak ada yang spesial dari itu." jawab Anna sedikit malu.
Lanzo tertawa. "Leo jarang sebaik itu pada wanita, percayalah padaku. Biasanya lelaki itu akan tidur sendiri dan mengusir wanita manapun yang ingin tidur dengannya. Maksudku tidur dalam arti sebenarnya. Bukan seks." ucap Lanzo.
"Ya, aku tahu. Kemarin dia mengatakannya padaku." sambung Anna.
"Dan, tidakkah kau merasa dia sedikit aneh? Maksudku bukan aneh, tetapi ia tidak tampak cuek ataupun dingin sedikitpun. Ada apa dengannya?" tanya Anna.
Lanzo mengangkat kedua bahunya kemudian berkata, "Sejak kapan dia begitu?" tanya Lanzo sambil tersenyum.
"Um, aku rasa sejak kemarin di pergelaran dia berbicara padaku." jawab Anna.
"Kalau begitu kau tahu jawabannya." ucap Lanzo sambil tersenyum miring.
"Cih, jangan bergurau padaku, Lanzo." ucap Anna sambil tersenyum.
"Oh, itu suamimu." ucap Lanzo sambil tertawa. Anna menoleh dan ia melihat Leo yang tengah menatapnya dengan tatapan barunya, melainkan tidak dingin sama sekali.
Kemudian Leo menghampiri mereka berdua dan berkata, "Kau bangun lebih cepat." ucap Leo. Anna mengangguk. "Oh, ya. Kebiasaan." jawab wanita itu.
Lanzo tersenyum miring. "Leo kau tampak lebih gentle jika tiba-tiba kau berubah menjadi lebih lembut begini." goda Lanzo.
Leo menoleh kepada adiknya itu kemudian menatapnya dengan biasa dan menyipitkan matanya sedikit.
"Terima kasih atas saranmu, Lanzo." jawab Leo.
"Anna, aku akan pergi menemui salah satu menteri. Apa kau akan ikut atau tinggal saja disini?" tanya Leo.
"Um, aku rasa aku akan tetap disini saja-"
"Oh, tentu saja dia ikut." potong Lanzo sambil tersenyum.
Leo menoleh kepada Lanzo dan Anna secara bergantian. "Aku-"
"Sudahlah, ayo ikut aku. Cepat, dia sudah pasti menunggu kita." ajak Leo sambil menarik tangan wanita itu. Anna akhirnya pasrah saja. Lagipula itu hanya bertemu dengan salah satu menteri, bukan? Tidak ada yang salah dengan itu, batinnya.
Akhirnya mereka sampai ke sebuah restaurant dan seorang pelayan langsung membawa Leo dan Anna kedalam ruangan yang lebih tertutup.
"Vaughan, maaf sudah membuatmu menunggu lama." ucap Leo menyapa pria yang tampaknya sudah berumur 60-an itu.
"Tidak perlu sungkan, Pangeran Leo. Bagaimana kabar Yang Mulia Raja?" tanya lelaki yang Anna rasa bernama Vaughan itu.
"Yang Mulia berada didalam kondisi yang sehat. Terima kasih atas kepedulianmu." jawab Leo sambil tersenyum.
Kemudian detik selanjutnya mata pria tua yang bernama Vaughan itu menoleh pada Anna. Leo menyadari hal itu dan berkata, "Oh, ini adalah istriku, Annastasia. Anna, Vaughan." ucap Leo memperkenalkan.
"Tentu saja. Senang bertemu denganmu, Putri Anna." ucap Vaughan yang membuat Anna merasa sedikit aneh dan canggung.
"Oh! Kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan seperti itu. Kumohon, cukup Anna saja." ucap Anna sambil tersenyum.
Vaughan tersenyum hangat. "Jika itu yang kau mau." jawab lelaki itu.
Setelah perkenalan singkat itu, Leo dan Vaughan berbicara tentang hal-hal yang bahkan Anna tidak mengerti. Sampai akhirnya pria tua itu mengeluarkan sebuah gelang yang tampak sangat indah dari sebuah kotak hitam.
"Ini milik mendiang Ratu. Ia menitipkannya padaku dihari terakhirnya. Kuharap engkau dapat menyimpannya dengan sangat baik, Yang Mulia." ucap Vaughan. Leo masih menatapi gelang itu.
"Terima kasih. Aku tidak menyangka masih ada satu keping yang tersisa dari Ibuku. Aku akan merawatnya dengan baik." jawab Leo.
***
Ketika mereka berada dalam perjalanan pulang, Leo seketika mengeluarkan kotak hitam itu dan membukanya. Kemudian ia mengambil gelang itu dan tanpa mengatakan apa-apa terlebih dahulu, ia memasangkannya di pergelangan tangan Anna.
"Cocok untukmu. Simpan saja." ucapnya.
"Tidak, tidak. Bagaimana aku bisa memakai gelang almarhum Ibumu? Itu tidak masuk akal." tolak Anna.
Leo tertawa. "Buktinya kau sedang memakainya sekarang."
Anna mencoba melepaskan gelang itu. Leo langsung menahan tangannya. "Oh, ayolah. Ini terasa aneh dan aku bahkan tidak mengenal Ibumu." ucap Anna.
"Tidak ada yang aneh. Aku hanya memberikannya padamu. Apa memberi adalah tindakan yang salah?" balas Leo.
"Tidak salah. Tetapi bukan seperti ini caranya." jawab Anna.
"Memangnya seperti apa? Lagipula untuk apa aku menyimpan gelang itu? Lebih baik memberinya kepadamu agar kau pakai, bukan? Aku seorang lelaki. Tidak mungkin aku yang memakainya." timpal Leo.
"Tetapi kau bisa menyimpannya." ucap Anna.
Leo tertawa kemudian berkata, "Untuk apa disimpan ketika ada orang yang bisa memakainya? Sudahlah, pakai saja. Anggap saja sebagai hadiah." ucap Leo.
"Tapi-"
"Kalau kau tidak mau memakainya, maka jangan kembalikan padaku. Beri saja kepada orang lain atau buanglah." potong Leo.
Akhirnya Anna mengalah. "Lupakan saja. Aku tidak akan membuang atau memberinya kepada siapapun." ucap Anna.
Leo tersenyum. "Bagus. Aku memberikan ini karena aku menghormatimu." timpal Leo.
"Kalau begitu ayo kita makan, karena aku sudah sangat lapar sekarang." sambung lelaki itu.
"Oh kurasa tidak perlu. Banyak makanan di dalam istanamu, bukan?" tanya Anna. Leo menoleh.
"Ya. Memang banyak. Kapan aku bilang tidak banyak? Tetapi apa salahnya sekali-sekali makan di luar?" tanya Leo balik.
"Tidak salah, tetapi langit sudah tampak gelap." jawab Anna.
"Lalu jika langit sudah gelap?" tanya Leo.
"Artinya sudah mau malam. Ayo kita pulang." jawab Anna.
"Ya kita akan pulang setelah aku mengajakmu makan malam. Ayolah, Anna." ucap Leo sambil tertawa. "Ini hanya makan, bukan melakukan hal-hal yang lain. Lagipula apa yang sedang kau takutkan? Kau sedang bersama suamimu." sambung Leo.
"Benar, kau suamiku. Tetapi tetap saja." timpal wanita itu.
"Sudahlah, ayo. Aku tidak akan berbuat yang aneh-aneh. Aku sudah berjanji untuk menghormatimu, ingat? Pikiranmu terlalu negatif tentangku." ucap Leo.
Anna menghembuskan nafasnya. "Baiklah. Tetapi setelah itu kita langsung pulang tidak perduli apapun, ok?" ucap wanita itu.
Leo tersenyum kemudian mengatakan, "Setuju." jawabnya.
TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O
KAMU SEDANG MEMBACA
Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]
RomansaSetelah meninggalkan tempat itu selama belasan tahun, akhirnya ia menginjakkan kakinya untuk kedua kalinya ke tempat itu. Tak disangka ternyata ia menemukan sosok yang selama ini ia cari, yaitu adik tirinya yang ternyata adalah seorang pelayan di is...