Hoofdstuk 58 : Niccolo

40 6 1
                                    

Gadis yang selalu mengenakan pakaian serba merah itu akhirnya mematikan cerutu yang dihisapnya sedari tadi. "Cynthia," ucap gadis itu memanggil Lou. Cynthia, terdiam membeku melihat gadis merah yang memiliki hati terdingin di dunia ini.

"Atau perlu kupanggil kau Lou?" sambung gadis merah itu sambil tertawa sinis. Cynthia tidak dapat mengatakan sepatah kata pun mendengarkan tawa sinis yang dikeluarkan gadis itu. Kemudian gadis itu bangkit dari tempat duduknya, dan lelaki bersetalan hitam yang dikenal sebagai Rafael itu langsung siap siaga disamping gadis itu.

Gadis merah itu mendekat kepada Cynthia dan berbisik tepat di telinganya. "Sudah berapa lama kau bekerja untukku? Bukankah kau tahu apa yang paling kubenci?" bisik gadis itu dengan lantang.

"Aku sangat benci pencuri, dan kau sedang berusaha mencuri milikku." bisik gadis itu menyambung ucapannya. Detik selanjutnya gadis itu tersenyum dengan matanya yang tampak sayu. "Jangan terus-terusan memancingku. Kesempatanmu sekali lagi, dan bila kau masih ingin menjadi pencuri kecil, aku akan melenyapkanmu." ucap gadis itu kemudian hilang begitu saja.

***

"Max, dengarkan aku. Lionelle bergabung dengan kita. Sekali lagi, Lionelle bergabung dengan kita tapi tetap awasi dia." ucap Lanzo. "Baik, Tuan." jawab Max yang setia padanya. "Kau sama sekali tidak perlu melakukan apapun, dan aku ingin kau mencari seseorang. Aku akan mengabarimu soal orangnya nanti." sambung Lanzo.

"Siapa, Tuan?" tanya Max.

"Seorang gadis, adikku. Kami belum mendapatkan petunjuk apapun, aku akan mengabarimu nanti." ucap Lanzo kemudian mematikan teleponnya. Jadi seorang anak gadis yang ternyata adalah adiknya ingin bermain petak umpet dengannya, batin Lanzo. Baik, aku akan dengan senang melayanimu, adik.

***

"Masalahku dengan Lionelle sudah beres." ucap Lanzo kepada Leo. Leo menoleh padanya. "Bagaimana jadinya? Ceritakan padaku." pinta Leo.

"Lionelle berkata ia memang tidak tahu siapa adikku, tetapi ia pernah sekali berkomunikasi dengannya. Ia juga menambahkan kalau adikku sedang mengejarku." jelas Lanzo. Leo mengerutkan alisnya. "Mengejarmu? Maksudmu ia datang demi dirimu?" perjelas Leo.

Lanzo mengangkat kedua bahunya. "Mungkin iya, mungkin tidak." jawab Lanzo.

"Ini semakin menarik saja," komentar Leo. Lanzo tersenyum miring. "Benar juga," jawab Lanzo.

"Lalu bagaimana kau akan menemukannya?" tanya Leo. "Tentu saja aku perlu bantuan Lionelle, yang sudah pernah berkomunikasi dengannya." jawab Lanzo.

"Dan apa syarat Lionelle? Kau tahu dengan baik Lionelle tidak akan membantu secara cuma-cuma." balas Leo tahu betul dengan sifat Lionelle.

"Lionelle minta aku menyerahkan adikku padanya," jawab Lanzo santai. "Dan kau setuju dengan itu?" tanya Leo kaget. Lanzo tersenyum miring. "Kau tidak tahu kalau aku licik, ya?" balas Lanzo. "Tentu saja hanya bualanku yang manis saja." lanjut Lanzo. "Siapa tahu kau sudah gila," komentar Leo.

"Aku bukan orang yang akan menyerahkan sesuatu dengan mudah," sambung Lanzo. "Aku tahu itu, kau memiliki sifat keras seperti Ayah." balas Leo.

"Jadi masalah ini sebentar lagi selesai, kan?" sambung Leo bertanya. Lanzo tersenyum miring kemudian mengangkat kedua bahunya. "Kita belum tahu pasti, siapa tahu adik asliku itu terlalu senang bermain-main seperti ini." jawab Lanzo santai.

Leo tertawa pelan. "Aku merasakan sensasi buruk dari ini," komentar Leo bercanda sambil tertawa. Lanzo pun ikut tertawa. "Apa kau merasa begitu?" tanya Lanzo. "Entahlah, mungkin saja adik aslimu itu seseorang yang luar biasa." jawab Leo.

"Aku juga sedikit tidak percaya aku memiliki adik yang memiliki otak sepintar ini." balas Lanzo tertawa.

"Aku merasa adikmu ini memiliki hawa berbahaya. Seakan-akan kau dituntut untuk sebaiknya menjauh darinya alih-alih mencarinya." ucap Leo.

"Kau tahu aku. Aku suka tantangan. Kalaupun dia berbahaya aku akan mencoba menaklukkannya." jawab Lanzo percaya diri.

Leo tersenyum kecil.

"Apa Lou mengetahui soal ini?" tanya Leo seketika. Lanzo menggeleng. "Apa sebenarnya yang terjadi antara kau dengan gadis itu? Tiba-tiba saja kalian saling menyembunyikan suatu hal terhadap satu sama lain." ucap Leo.

"Well, jika kau sedang membicarakan tentang privasi, maka ini adalah privasiku." balas Lanzo.

"Kau ini aneh. Bila kau benar-benar menyukai seseorang, maka tidak perlu suatu hal yang dinamakan privasi diantara kau dan orang itu." ucap Leo.

"Aku memang menyukainya, tetapi ini sesuatu yang berada di luar dugaanku. Keenan, aku memang menyukainya. Tetapi masalah adikku, ini sesuatu yang ingin kujauhkan dari itu semua." balas Lanzo.

***

"Kau sudah tidur?" tanya Leo sambil memeluk wanita itu dari belakang. "Belum," jawab wanita itu dengan lembut. Leo tersenyum kemudian memposisikan tangannya untuk mengelus perut Anna.

Tiba-tiba lelaki itu mengatakan sesuatu sambil memgelus perut wanita itu. "Aku sangat menunggu jika suatu saat nanti kau mengandung anak kita." ucap Leo pelan yang membuat wanita itu hampir saja menumpahkan air matanya gembira.

Akhirnya ia membuka mulutnya. "Aku sedang mengandung anak kita," ucap wanita itu pelan dengan air mata yang mengalir dari matanya. Leo terkejut mendengar itu dan ia langsung membalikkan tubuh Anna dengan pelan.

Ia melihat wanita itu menangis. Leo tidak percaya akan apa yang baru saja diucapkan oleh wanita itu.

"Kau sudah hamil??" tanya Leo tidak percaya. Wanita itu mengangguk berkali-kali dengan air matanya.

Leo langsung memeluk wanita itu. "Kenapa kau tidak mengatakannya langsung padaku? Aku sudah menunggu terlalu lama." ucap lelaki itu tersenyum bangga. "A-Aku takut jika kau akan tidak suka dan membuangnya." balas wanita itu pelan.

Leo langsung melepaskan pelukannya dari wanita itu dan menatap Anna dengan sungguh-sungguh. "Kenapa aku harus melakukan hal bodoh itu? Aku menginginkannya, anak kita." jawab Leo yang tampak bersungguh-sungguh.

"Jika anak kita sudah lahir, aku akan menjadi seorang Ayah." sambung lelaki itu tersenyum. Saat itu jugalah dia sadar ini adalah detik-detik paling membahagiakan di dalam hidupnya.

Anna tersenyum melihat reaksi lelaki itu yang tampak bangga. "Kalau dia laki-laki, aku ingin menamakannya Nic." ucap Anna.

"Nicholas?" sambung Leo menebak. Wanita itu menggeleng. "Niccolo," jawab wanita itu. Leo mengangguk setuju. "Niccolo, terdengar bagus. Mari kita menamakannya dengan itu. Bagaimana dengan nama tengahnya?" tanya Leo.

Anna tersenyum. "Kau bisa membuat nama tengahnya," jawab wanita itu.

"Bagaimana kalau kita mengganti nama keduanya menjadi Van saja? Daripada menggunakan nama tengah yang akan terdengar membosankan, mari kita buat Niccolo Van Vladexeoun, yang artinya Nic dari Vladexeoun." ujar Leo mengutarakan pendapatnya.

"Niccolo Van Vladexeoun, terdengar keren." ucap Anna pelan sambil tersenyum kecil.

Leo senang melihat wanita itu setuju akan pendapatnya. Detik selanjutnya Leo mengelus perut Anna dan seakan-akan berbicara dengan anak mereka. "Nic, Ayah akan menunggumu. Jangan terlalu lama disitu dan membuat Ibumu menderita, ya!" ucap Leo sambil tersenyum mengelus perut Anna.

TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O





Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang