Lou merasa sesuatu timbul di dalam benaknya sejak ia mendengar Lionelle mengatakan hal itu. "Kau siapa sehingga ia mau mengorbankan dirinya untukmu?" Kalimat itu berulang kali muncul di dalam pikirannya.
Baru saja memikirkan hal itu, tiba-tiba Lanzo muncul tepat di depannya. "Kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu. Lou sedikit terharu. Kemarij mereka sempat berantam kecil namun Lanzo sudah tidak mengabaikannya lagi.
Lou tersenyum kecil. "Tentu." jawab gadis itu. Lanzo mendekat ke gadis itu kemudian mengecup kening gadis itu pelan. "Kau mau kemana?" tanya lelaki itu. Lou menggeleng. "Tidak ada, aku hanya jalan-jalan sebentar." jawab Lou jujur.
"Keenan, dua hari lagi, aku memiliki beberapa urusan. Aku akan menitipkanmu pada Nebula, dia membawamu pergi. Kau harus menungguku, ya." ucap lelaki itu lembut. Gadis itu menoleh pada Lanzo dengan tatapan heran.
"Kenapa? Aku kan bisa tetap disini menemanimu." balas gadis itu. "Dengarkanlah aku sekali ini saja, Keenan. Kumohon," ucap lelaki itu melembut yang membuat Lou akhirnya pasrah menjawab, "Baiklah." jawab gadis itu.
"Kau harus menungguku sampai aku kembali padamu, ya." sambung lelaki itu kemudian mengecup bibir Lou pelan.
Jauh di dalam hati Lou, ia sudah sangat khawatir. Ini bukan hanya tentang Lionelle dan Lanzo, tetapi ini tentang orang itu....
***
"Max. Dengarkan aku." ujar Lanzo lewat telepon. "Siap, Tuan." jawab tangan kanan lelaki itu yang bernama Max. "Kau harus sudah bersiap-siap. Urus semuanya, jangan biarkan Lionelle memiliki akses lebih untuk menyelidiki QUEZO, kau paham itu? Dan ketika Lionelle menangkap basah diriku, jangan berani-beraninya kau membawa orang-orang kita kesini. Kau dengar itu?" ucap Lanzo menekankan setiap kata yang ia lontarkan.
"Tapi, Tuan-"
"Aku tidak suka mendengar penolakan, Max. Aku menitipkannya padamu, dan ketika ini semua sudah selesai aku akan kembali. Namaku sudah ternoda sekali, dan aku akan sekaligus membuatnya ternoda." potong Lanzo.
"Baik, Tuan. Kami akan menunggu kedatangan Anda." jawab Max kemudian Lanzo menutup telepon itu.
***
Malam itu Lanzo sedang berada di taman belakang. Ia sedang berenang sambil menikmati pemandangan bulan purnama yang indah. Karena ia ingin beristirahat sejenak, ia bersandar di sudut kolam, sambil berusaha menutup kedua matanya. Namun belum sempat beberapa menit, ia merasakan dua tangan yang tengah mengelus dadanya. Kemudian Lanzo membuka matanya.
"Aku tidak mendengarmu masuk," ucap Lanzo ketika mengetahui bahwa itu adalah Lou. Lou tidak menjawabnya namun melumat bibir lelaki itu. Rasa panas menyelimuti diri Lanzo. Ciuman panas itu membuat tubuh Lanzo menegang, mengingat air kolam ini terasa dingin.
"Keenan, jangan bermain-main di dalam air." ucap lelaki itu dengan suaranya yang rendah. Kemudian Lanzo membalikkan posisi mereka sehingga ia menyudutkan Lou ke dinding kolam itu.
Kedua mata biru Lanzo menyoroti gadis itu dari atas sampai bawah. Sial, haruskah dia memakai bikini malam-malam begini? Ditambah ini bukan kolam renang umum. Lanzo masih saja menatapi tubuh gadis itu kemudian ia tersenyum kecil.
Hal yang ia lakukan selanjutnya adalah mengangkat tubuh gadis itu sehingga kedua kaki gadis itu melingkari pinggang Lanzo. "Lanzo! Kolam ini terbuka! Jika ada yang melihat kita-"
"Tutup saja matamu kalau kau malu orang lain akan melihatmu," potong lelaki itu sambil tersenyum miring.
"Maksudku, setidaknya ayo ke kamar jika kau benar-benar ingin melakukan ini." ucap Lou lagi.
"Aku sudah terlalu sering bercinta di kamar, dan air kolam ini semakin membuatku hidup dibawah sana." goda lelaki itu kemudian melumat bibir Lou.
Setelah puas merasakan bibir gadis itu, Lanzo meletakkan gadis itu di ke atas. Gadis itu sekarang duduk di ujung kolam renang tersebut dengan kedua kakinya yang bersentuhan dengan air. Sementara Lanzo, masih berada di dalam kolam renang dan mengelus kaki gadis itu.
Detik selanjutnya Lanzo menciumi kaki gadis itu kemudian berpindah ke pahanya yang membuat Lou mengerang dan menumpukan kedua tangannya di lantai.
Lanzo tersenyum melihat reaksi gadis itu. Kemudian dengan perlahan Lanzo menarik pakaian dalam yang dipakai oleh gadis itu dan mencampakkannya asal-asal.
Ia benar-benar sedang menatap milik gadis itu sekarang. Lelaki itu melebarkan kedua kaki Lou. "Buka," ucap lelaki itu dan Lou menurutinya.
Dan ia langsung menenggelamkan mulutnya dibawah sana yang membuat Lou mendesah. "Lanzo...." ucap gadis itu seakan-akan ia meminta lebih.
Setelah itu, Lanzo langsung menarik gadis itu ke dalam kolam dan lelaki itu membuka pakaian dalamnya. Ia langsung menggendong tubuh kecil Lou dan memasukkan dirinya ke dalam diri Lou tanpa berlama-lama lagi. "Ahh, kau sungguh besar." ucap gadis itu sambil mencengkram punggung Lanzo dengan kuat.
Ditengah-tengah aksi mereka itu, Lanzo menyudutkan tubuh Lou masih dengan posisi Lou yang berada dalam gendongannya.
"Cukup besar untuk membuatmu mendesah dengan namaku," goda lelaki itu berbisik lalu tersenyum miring.
***
Pagi itu Lionelle sempat berpapasan dengan Lanzo. Lanzo hanya berjalan lurus, seakan-akan tidak ada Lionelle disitu. Namun Lionelle sempat berhenti melangkah sejenak.
"Gadismu itu rupanya sangat percaya diri," ucap Lionelle tertawa. Lanzo menghentikan langkahnya seketika. Lanzo hanya diam tidak mengatakan apapun. Sementara Lionelle membuka mulutnya kemudian berkata, "Ia bilang kau akan mengorbankan hidupnya untukmu," sambung Lionelle.
Kemudian Lionelle menepuk pundak Lanzo perlahan, "Kau tidak mungkin melakukan itu kan, adikku? Kau tahu kau tak pernah mau melakukan hal begitu. Bahkan bila orang itu adalah Ibumu," ucap Lionelle sambil menepuk pundak Lanzo.
Amarah Lanzo meluap seketika. Ia menghantam pipi Lionelle dengan sebuah pukulan. Kemudian ia menarik kerah kemeja Lionelle dan menyudutkan lelaki itu di dinding. "Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, jangan kira aku masih mengacau denganmu. Kau ingin menjatuhkanku? Kalau begitu lakukan. Aku akan segera keluar dari tempat ini, dan pada saat itu juga aku akan memutuskan hubungan kakak adik yang membuatku jijik ini." ucap Lanzo sambil mengeraskan rahangnya marah.
Lionelle tertawa. "Lanzo, jangan terlalu bangga. Aku tahu pada akhirnya kau akan membiarkan gadis itu. Coba ingat-ingat, apa dia memang adikmu yang kau cari itu? Atau kau hanya sedang terjebak oleh gadis itu." balas Lionelle.
Pikiran Lanzo sempat terganggu oleh perkataan Lionelle itu. Tetapi ia menghilangkan pikiran anehnya. "Tutup mulutmu kalau kau masih ingin hidup," ucap Lanzo pada Lionelle. Lionelle tertawa.
"Aku akan memberitahu rahasia ini padamu, Lanzo-ku tersayang. Gadis itu berbohong padamu. Ia menipumu." bisik Lionelle pada Lanzo. Tubuh Lanzo seakan-akan menerima perkataan Lionelle tersebut.
Tetapi sebagian dirinya masih tidak mau percaya pada Lionelle.
"Kau tidak percaya padaku? Coba kau ingat kembali, disaat kau menyentuh gadis itu, apa ia masih polos? Seharusnya ia masih, bukan?" ucap Lionelle berusaha memainkan pikiran Lanzo.
Lanzo melepaskan tangannya dari Lionelle kemudian berpikir sejenak. Dia ingat saat itu, Lou memang sudah tidak polos lagi ketika Lanzo pertama kali menyentuhnya.
Tetapi pikiran Lanzo kembali lagi melawan, "Apa hubungannya itu dengan dia adikku atau tidak?" tanya Lanzo yang tampak emosi melihat Lionelle.
"Maka dari itu, nikmatilah pertunjukkannya, Cainn." jawab Lionelle dengan memanggil Lanzo sebagai 'Cainn' untuk pertama kalinya.
"Kau akan terkejut nantinya," sambung Lionelle kemudian pergi.
TO BE CONTINUED
VOTE N COMMENT NEEDED
THANKS
-L Y C A N O
![](https://img.wattpad.com/cover/149550747-288-k772779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vladexeoun : Sacred ✅ [COMPLETED]
RomansaSetelah meninggalkan tempat itu selama belasan tahun, akhirnya ia menginjakkan kakinya untuk kedua kalinya ke tempat itu. Tak disangka ternyata ia menemukan sosok yang selama ini ia cari, yaitu adik tirinya yang ternyata adalah seorang pelayan di is...