Part 2-IPA

3.6K 351 11
                                    

Dipertemukan denganmu aku seperti menemukan setetes air di tengah padang pasir. Bahagia serta haru bercampur menjadi satu.

~Imam Penyempurna Agamaku~

••••••

"Mama juga, Sayang. Mama kangen Bidadari kecil Mama."

Mendengar hal itu Aneska semakin mengencangkan tangisnya. Setelah perasaannya membaik akibat belaian lembut Mamanya, mereka segera memisahkan diri dan masuk ke dalam rumah.

Mata Aneska menyapu ruangan yang ukurannya tidak terlalu lebar itu. Tidak banyak barang. Hanya ada kursi dan meja tamu, serta beberapa hiasan yang tertempel di dinding. Salah satunya ialah sulaman berbentuk Ka'bah. Sulaman itu terlihat begitu nyata dengan warna benang sulam yang sesuai bangunan aslinya.

Mamanya baru saja kembali dari dapur dengan membawa secangkir teh hangat.

"Bagus," gumamnya sambil menyentuh sebuah figura bertuliskan huruf arab yang terletak di samping sulaman Ka'bah. Di tengah figura itu ada huruf Z ukuran kecil saling berhadapan, membuat matanya semakin memicing.

Dengan senyuman yang tak kunjung luntur Mamanya menuntun Aneska untuk duduk. "Minum dulu."

Tanpa banyak bicara Aneska mengangkat cangkir itu ke dekat bibirnya. Aroma teh melati langsung menguar memenuhi indera penciumannya.

Selagi menyesap teh, ekor matanya tak lepas dari wanita yang ada di hadapannya. "Mama ternyata masih inget Anes suka aroma teh melati, menenangkan."

Binar bahagia yang tadinya terpancar dari wajah Mamanya berganti dengan mata sendu. "Mama selalu minum itu kalau lagi kangen kamu."

Aneska tercekat. Ia tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Yang ia lakukan hanya tersenyum getir.

Usai menyesap teh hingga tandas, ia memfokuskan pandangannya pada Mamanya yang kini diam.

"Ma," panggilnya takut-takut.

"Iya, Sayang?"

"Anes tidur sekamar sama Mama ya? Malam ini aja."

Mata mamanya berkaca-kaca. Berkedip satu kali saja, maka bisa dijamin air matanya meluruh. Ia tahu putrinya merindukan pelukan hangatnya. Merindukan kedekatan mereka. Maka tidak ada alasan untuk menolak keinginan Aneska. Ia mengangguk, membuat Aneska melengkungkan senyumnya.

🌹🌹🌹

"MAS ARZAN!" teriak Aneska yang matanya baru terbuka. Ia tiba-tiba terbangun dari tidur dengan wajah yang dipenuhi peluh dingin. Nafasnya memburu disertai isakan yang lolos begitu saja dari mulutnya. Ia memeluk lututnya erat-erat.

Mamanya langsung terbangun ketika mendengar isakan Aneska. Ia sedikit tersentak melihat Aneska yang tengah ketakutan.

"Kamu kenapa Sayang?" tanya Sonia khawatir. Ia mengusap-usap pundak putrinya yang bergetar.

"Ma ... Mas Arzan," ucapnya dengan tangis yang semakin menjadi.

Sonia merasa iba melihat keadaan putrinya. Begitu besar pengaruh kejadian itu terhadap Aneska. Bahkan setelah 2 tahun berlalu, luka itu seakan masih segar diingatan Aneska.

Imam Penyempurna Agamaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang