Astaga. Ini beneran gue bakal ada disini selama setahun dan bareng sama mereka? Gue melihat sekitar dan mulai berjalan menuju tempat duduk. Semua orang aneh ada disini, dari yang mulai belagak jadi miss Indonesia, otaku, tukang salon dan tukang jualan serba ada. Berasa ada Mail dua seringgit disini.
Aneh, tapi asik juga. Mungkin dengan adanya mereka di kelas ini bakal ada banyak hiburan. Semoga aja sih gitu.
"Sa, lo itu cantik deh" ucap seorang teman ke gue. "Beneran loh gue nggak bohong. Tambah cantik lagi kalau lo datang ke salon keluarga gue, gue kasih diskon deh."
"Ah dasar, itu mah bisa-bisanya lo aja muji orang lain sekalian promosi" celetuk Ista. "Udah sana, nggak ada yang tertarik disini"
Gue cuma senyum-senyum sendiri merasa sakit dibagian pipi, dengan adanya kejadian tadi mungkin memang pilihan yang benar gue ada di kelas ini. Ini bisa menjadi hiburan tersendiri buat gue.
Gue nggak sabar buat nanti sore bakal ke toko buku bareng Arsen. Ayo dong cepetan pulang sekolah, biar gue bisa jalan bareng doi. Ceilah doi.
"Diam. Ada guru yang datang ke kelas"
Semua orang buru-buru duduk dan pura-pura membaca buku. Ya ampun dikasih buku juga belum, main baca sembarang buku aja. Padahal juga buku kosong, apa yang harus dibaca coba? Akting kalian sungguh mengerikan.
"Selamat pagi, sebelum kita mulai pelajaran hari ini saya mau ada dua orang yang dengan suka rela maju ke depan untuk mengambil buku di perpustakaan."
Namun dari banyaknya murid di kelas ini, nggak ada yang maju sama sekali buat jadi sukarelawan ke perpus. Emang seberapa jauhnya sih perpustakaan, orang di sebelah kelas sebelah dan disebelahnya lagi.
Entah apa jadinya bangsa ini nanti kalau penerusnya kaya gini semua. Amit-amit jangan sampai deh.
Akhirnya gue pun maju dan jadi sukarelawan, daripada nggak ada yang maju sama sekali. Tapi gue nggak sendiri, gue menarik Ista ikut serta dalam sukarelawan ini.
Sesampainya di perpus, gue nggak menyangka bahwa buku yang bakal kita bawa itu segede dan seberat ini. Mantap. Rasanya hampir mirip buku ensiklopedia, padahal ini kan cuma buku kimia.
Ealah dalah kalau kaya gini mah bisa-bisa badan gue rentek kaya runtukan rempeyek.
Udah terlambat kalau mau balik dan mengubur niat ke perpus. Semangat. Lo pasti bisa, cuma buku gitu doang masa lembek sih. Bukan lo banget.
"Gila apa sa, pantes aja nggak ada yang mau maju dari tadi. Eh malah lo maju, ngajak-ngajak gue lagi"
"Udah ngeluhnya? Mending bawa aja biar cepat selesai." Sambil berusaha ngangkat buku keluar perpus.
"Bukunya berat gini kok lo kuat sih ngangkatnya?"
"Gue kan pernah bilang kalau isi pikiran itu bisa menentukan segalanya. Entah itu mudah ataupun sulit"
Sebenarnya gue juga ngerasa buku ini berat , tapi nggak mungkin juga kan kalau gue jujur. Nanti image gue sebagai Miss Possthink luntur.
Setibanya di kelas gue langsung membagi buku itu ke setiap meja. Pelajaran pun dimulai dengan tertib tanpa gangguan.
Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju ke toilet, kantin, ataupun ke uks untuk tidur siang. Dan gue sendiri lebih memilih ke kantin dong ngisi perut biar nggak keroncongan.
Sebelum gue ke kantin, gue mau ke kelasnya Arsen dulu ah. Sekalian ngajak dia makan bareng.
"Ar-se-en..."
Eh kok dia nggak ada di kelas sih? Apa mungkin udah ke kantin duluan kali ya. Ya udah ah gue nyusul kesana siapa tau udah nungguin gue lama.
***
Udah hampir habis jam istirahatnya tapi Arsen Sama sekali belum kelihatan batang hidungnya. Sebenernya dia kemana sih. Nggak tau apa kalau gue ini udah laper?
ELAH MAKAN TINGGAL MAKAN KENAPA SIH REPOT AMAT PAKE NUNGGU SEGALA.
Akhirnya jam istirahat pun usai dan gue belum makan apapun di kantin. Oke fiks. Gue bakal dilanda kelaparan sekarang.
***
Gue berjalan menuju habitat sesungguhnya. Dengan keadaan perut yang keroncongan dan tenaga yang tersisa 45% gue harus tetap berjalan seperti orang biasa bukan orang yang kurang tenaga.
Bukannya sok kuat, gue cuma jaga image aja.
Karena arah kelas dari kantin itu melewati perpus, makannya gue mampir dulu ke perpus pinjem novel romance biar nggak kerasa laper.
Emang nggak bakal kenyang juga sih kalau pinjam novel, tapi lumayan lah buat isi pikiran dengan adegan romantis di novel.
DASAR GUE.
Setelah gue cari-cari novel yang sekiranya banyak adegan romantis, gue ketemu sama Ista. Tumben amat dia ke perpus, biasanya juga males kalau gue ajak kesini.
"Ta. Lagi ngapain hayoo?" Gue coba menggoda dia dengan mencolek lengannya. Tapi nggak mempan.
"Lo kok sendirian sa, biasanya aja nggak mau dipisahin sama Arsen. Bagaikan nasi dan lauk."
Nasi dan lauk. Mungkin itu memang ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kami berdua.
"Elahh... Tau aja gue nggak bakal lengkap kalo tanpa Arsen. Hehehe."
"Gue serius nanya kali"
"Gue juga nggak tau nih, udah nunggu dia di kantin eh dianya nggak dateng-dateng. Ditambah lagi gue belum makan apapun hari ini di kantin."
"Lo nggak makan? Cuma gara-gara nungguin dia doang? Gila apa?!"
"Ssshhhhh... Jangan teriak ini perpus. Kecilkan suaranya dong. Gue itu khawatir sama dia, nggak ada kabar sama sekali"
"Emang lo udah chat dia atau telepon gitu?"
"Udah dan HPnya kayanya mati."
"Udah biarin aja. Lagian dia juga udah gede, nggak perlu Lo tungguin buat makan atau apa lah. Dia bisa urus dirinya sendiri" dengan muka kesal menceramahi gue bagaikan mak tiri di film-film.
"Dasar buta karena cinta. Udah ah gue mau ke kelas, mau bareng nggak? Nanti gue tungguin""Nggak perlu, gue mau baca berapa paragraf dulu. Lo duluan aja"
"Jangan kelamaan, nanti ketahuan sama guru abis lo"
"Siap" dengan meletakkan tanganku seperti orang hormat.
Niatnya sih cuma baca beberapa paragraf doang, eh malah nggak sadar kalau udah baca sepuluh bab. Gue jadinya melewatkan satu jam pelajaran cuma gara-gara baca novel.
Apa sekalian dua jam pelajaran ya biar novelnya tamat dan gue nggak penasaran?
Mungkin boleh dicoba.
MASUK KELAS WOY JANGAN BOLOS.
Nggak jadi bolos ah, baru masuk masa udah bolos. Itu nggak baik. Oke Semangat. Gue harus ke kelas sekarang dan gue harus siapin alasan yang bagus biar nggak dicurigai sama guru.
Deksa emang cerdas. Gue suka sama otak gue, thanks otak. Untung gue punya Lo yang selalu bantuin gue mikir.
NAMANYA JUGA OTAK YA BUAT MIKIR.
Bagaimanapun gue tetap kepikiran sama Arsen. Sebenarnya dia itu kemana dan udah makan siang apa belum, gue sama sekali nggak tau kabarnya.
Dasar Arsen, bikin orang khawatir sama kesel aja.
Ya udah lah biarin aja. Kata Ista juga lagian dia udah gede, pasti kalau lapar nanti juga makan. Buat apa juga gue ngurusin dia.
_____________________________
Gimana? Masih mau lanjut
Masih dong, hehe
Dukung terus yaa dan jangan lupa ikutin terus ceritanya :))