Idola

139 85 47
                                    

Karena membayangkan adegan romantis dalam novel gue nggak sengaja nabrak meja didepan gue. Ditambah lagi perut gue terkena pojokan meja, lengkap banget penderitaan gue.

"Lo nggak apa-apa?" terlihat seseorang didepan gue yang mengulur kan tangannya ke gue. Mata kami pun bertemu satu sama lain.

Gila ini mah rejeki nomplok bukan penderitaan. Diulurin tangan sama cowok ganteng dan populer di sekolah, seorang kapten tim basket lagi. Impian para wanita di mana-mana. Banyak yang bilang kalau orang kaya dia itu most wanted. Dasar Rama, kenapa sih lo ada disini? Gue jadi merasa kalau gue ada di dalam novel.

Dengan perlahan gue mulai berdiri dan masih terus menatapnya.

Astaga. Lagi ngapain sih gue ini. Ingat masih ada Arsen, jangan terpesona sama cowok lain.

Dia pun bertanya kembali mengenai keadaan gue dan sebagai balasannya gue hanya menganggukkan kepala yang menandakan gue baik-baik saja.

"Lo kok nggak masuk kelas sih? Bolos ya?" Tanyanya sembari mengacungkan jarinya ke arah gue.

"Kalau gue bilang disini lagi ngerjain tugas, lo percaya?"

"Nggak."

"Ya udah si"

"Ya udah"

"Kok lo ngulang kata-kata gue si, nggak kreatif"

"Oke. Dasar cewek pengennya jadi satu-satunya yang bener."

Gue mendengus dan tiba-tiba kenapa perut gue nggak bisa diajak kompromi kaya gini, pakai magg gue kambuh segala lagi. Gue jadi terus megangin perut biar nggak keluar bunyi dari cacing-cacing terkasih.

Wahai cacing gue mohon lo jangan bunyi ya, gue malu nih kalo lo bunyi.

Harusnya tadi gue makan walaupun sedikit. Lagian Arsen si pake nggak dateng ke kantin segala.

"Kenapa? Laper?"

Gue cuma diam, nggak mungkin juga kan gue bilang kalo lagi laper. Soalnya tadi juga udah ada jadwal istirahat. Masa iya gue laper lagi. Image gue nanti hancur lagi, dikiranya perut karet. Aduh perut gue melilit lagi.

"Rama... lo bisa minggir nggak, gue perlu keluar."

"Mau kemana? Bareng aja yuk"

"Minggir nggak?!"

"Iya-iya, jangan ngegas gitu dong mbak"

"Biar. Suka-suka gue dong"

Akhirnya lo minggir juga. Nggak tau apa kalo perut gue lagi sakit. Pake ngulur waktu segala lagi.

"Gue duluan ya"
Gue langsung berlari keluar secepat mungkin. Padahal lagi lemes kek gini.

"T-t-tung-nggu..."

***

Gue harus ke uks dulu nih sebelum perut ini makin menjadi-jadi. Gue langsung masuk dan terlihat seseorang sedang berada di atas kasur.

"Arsen... lo ngapain disini?

"Tidur"

"Dari kapan lo disini? Lo bolos?"

"1 jam 30 menit"

"Gue nungguin lo di kantin dan lo malah enak-enakan tidur disini. Udah gitu nggak balas chat dari gue lagi. Wah kebangetan lo"

"Oh"

Sabar Deksa sabar. Lo harus sabar ngadepin satu anak ini, lo kan udah kenal sepuluh tahun sama dia. Lo nggak boleh emosi. Entah kenapa tiba-tiba perut gue udah nggak sakit lagi kaya tadi.

"Ke kelas gih, jangan bolos mulu."

"Iya, udah sana pergi"

"Sans aja kali Bambank"

Gue beranjak pergi meninggalkan Arsen yang tengah rebahan dikasur dan kembali menuju kelas. Di depan uks gue ketemu lagi sama Rama, gue heran deh kenapa dimana-mana berasa selalu ada dia. Kaya tuyul aja. Itu orang nggak punya kerjaan apa, bosen jadinya kalo liat dia mulu.

"Kenapa lo ngikutin gue?"

"Nggak kok"

"Terus?" ketus gue ke Rama

"Ini gue cuma mau ngasih novel yang lo pinjem, soalnya tadi lo ninggalin ini di perpus. Lain kali jangan sampai lupa dan juga jangan ngelamun mulu kerjaannya."

"Oh"

"Ke kelas bareng yuk" Ucapnya sembari menaruh tangannya di pundak gue dan menarik gue lari dari uks.

Gue nggak pernah mengira kalau cowok kaya Rama ini bisa tiba-tiba kaya gini. Pantes banyak yang naksir. Eh ngomong apa sih gue, inget udah punya Arsen jangan ngelirik cowok lain.

***

Suasana kelas hening, senyap. Nggak biasanya nih kelas gue anteng begini. Perasaan gue jadi nggak enak deh, jangan-jangan udah ada guru lagi di dalem. Astaga gue harus bikin alasan apa nih biar nggak ketahuan bolos?

Ayo dong otak, lo lagi dibutuhin ini buat mikir. Loading dong, tapi ya jangan loading nulu napa.

Udah ah alasan bisa dipikir belakangan, yang penting sekarang gimana gue bisa masuk ke dalam tanpa ketahuan.

Akhirnya gue menyelinap masuk ke dalam kelas disusul dengan Rama yang berada di belakang gue, menutupi mukanya dengan punggung gue.

"Apaan sih lo malah sembunyi di belakang gue. Dimana-mana cowok itu didepan bukan dibelakang"

"Gue takut kena omel guru. Lo aja ya yang didepan" mohonnya.

Kamipun terlibat adu dorong sampai akhirnya gue lah yang terdorong masuk ke dalam kelas dan jatuh tepat di hadapan teman sekelas gue. Kelar lah nasib gue.

Dan seketika suasana kelas mulai ricuh dengan tertawaan semua orang di kelas karena menertawakan kami.

Woy bukannya ditolong malah diketawain lagi. Nggak tau apa kalo gue lagi kesakitan.

Hancur sudah hancur. Image gue tercinta. Huhu.
Argh...

Beraninya ya kalian meledek gue. Awas aja nanti bakal gue penyet-penyet kalian sampai gepeng abis itu gue goreng pakai minyak panas. Melepuh-melepuh deh lo semua.

"Deksa, ikut ke ruangan saya!" Suara pak Bambang menghentikan tawa semua orang.

Gue berasa bakal ditikam nih kalau kaya gini caranya. Dengan senyum yang terpaksa gue pun mengikuti Pak Bambang dari belakang.

Sesampainya di kantor, gue langsung dimarahi abis-abisan sama Pak Bambang. Nggak cuma itu, gue juga diceramahi panjang lebar sampai bawa-bawa orang tua segala lagi. Parah.

"Maaf pak, saya mengaku salah" Tunduk gue sebagai rasa bersalah.

"Salah kenapa? Harus jelas dong!" Gebrak pak Bambang pda mejanya.

"Maaf karena saya udah bolos mapel bapak. Saya janji nggak bakal mengulanginya lagi" Gue pejamkan mata dan ngomong secepat mungkin biar urusan disini cepat selesai. Sebenernya gue juga takut sih sama orang satu ini.

"Untuk kesalahan kali ini saya maafkan kamu. Tapi awas saja kalau kamu mengulanginya, saya nggak akan segan-segan panggil orang tua kamu untuk datang"

"Terima kasih pak, kalau begitu saya per..." Belum habis ngomong Pak Bambang memotong ucapan gue sambil berdiri dari posisi duduknya.

"Nggak semudah itu kamu pergi dari sini. Saya akan beri kamu tindakan pendisiplinan."

Mampus gue. Kena urusan kaya ginian lagi. Walaupun namanya tindakan pendisiplinan, tapi tetep aja kaya ngasih hukuman.

"Kamu tulis kritikan diri minimal sebanyak 1.500 kata. Jangan sampai kurang atau pun tidak mengerjakannya. Kalau tidak mengerjakan saya akan naikkan menjadi dua kali lipatnya. Kamu paham?!"

"Siap pak"
_____________________________

Dukung terus cerita ini ya, dengan meng-klik vote dan silahkan untuk comment buat yang mau kasih krisar atau cuma sekedar comment.

Masih menerima krisar juga :)

Deksaharsen [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang