Apa Aura Keberadaan Gue cukup Tipis?

61 39 9
                                    

Esoknya gue langsung menghampri Arsen yang tengah makan semangkuk bakso. Pokoknya, gue nggak boleh kalah sama cewek itu. Gue ini kan tokoh utama cewek di sini.

"Ar!" sapa gue sembari menyerobot tempat duduk cewek itu dan mengkode supaya dia pindah dari sini. Bukannya pergi, dia malah duduk di depan Arsen. Bikin gue kesel aja.

"Ar, lo udah lama nggak main ke rumah gue, kucing-kucingnya pada kangen tuh sama lo" ucap gue untuk mengawali pembicaraan.

"Oh, kapan-kapan gue mampir." Jawabnya singkat dan kembali memakan bakso.

"Lo ternyata memelihara kucing? Pasti imut deh," sambung Pheny dengan melempar senyum ke arah Arsen.

"Kapan-kapan gue kasih liat kucing itu ke lo." Balas Arsen.

"Oh iya Ar, gue nggak ngerti sama penjelasan guru matematika tadi. Nanti sepulang sekolah jelasin ke gue lagi ya," pinta Pheny dengan melempar tatapan sinis ke gue.

"Ya, boleh." Singkat Arsen.

Dasar sok cantik. Mau ngajakin gue berantem hah?!

Lagian sejak kapan Arsen jadi pinter gitu? Biasanya juga dia yang tanya ke gue.

Tunggu, atau mungkin dia sengaja belajar dengan keras supaya nanti bisa ajarin gue. Sweet banget sih Ar.

"Kalau gitu ajarin gue sekalian ya, biar gue tambah ngerti lagi," sela gue.

"Lo kan udah pinter, belajar sendiri aja ya." Cetus Arsen dengan memasang wajar datar.

Apa?! Kok gue berasa jadi obat nyamuk sih di sini? Niatnya kan gue yang bakal banyak bicara sama Arsen, k-o-kok jadi kaya gini sih? Gue dicuekin pula. Awas aja lo ya, bakal gue kasih perhitungan nanti.

"Ar ..." panggil gue

"Ar ..." panggil gue lagi

"Ar ..." teriak gue karena kesel sama dia.

Tiga kali manggil dia, dan dia nggak jawab satupun panggilan dari gue?

Oke fiks. Gue dicuekin. Kalau kaya gini mau lo Ar, gue jabanin. Awas aja kalau lo minta dibantuin soal pelajaran, gue nggak akan bantuin lo.

Itu kalalu gue bisa tahan nggak ngajarin lo. Haha.

Akhirnya gue pindah ke meja di mana Ista duduk, daripada gue dicuekin kaya gini mending pergi sekalian.

"Ngapain lo disini? Bukannya lagi makan sama Arsen?" celetuk Ista dengan cemberut

"Jangan marah dong, iya iya deh gue disini mau nemenin sahabat gue tercinta biar nggak sendirian. Hehe" jelas gue.

"Yakin? Bukan karena jadi obat nyamuk kalo di sana?"

"Hahahaha " gue tertawa lepas. "Nggak mungkin lah, gue ini kan tokoh utama di dalam percintaan Arsen, mana mungkin gue yang dijadiin obat nyamuk. Gila kali ..."

Sebenernya emang gitu Ta, gue jadi obat nyamuk. Huhu.

"Kapan lo nembak Arsen? Nanti diserobot sama dia baru nyaho lo"

"Gue kan udah pernah bilang, kalau gue bakal nunggu si tokoh utama itu ngungkapin perasaannya ke gue. Masa lo nggak ngerti-ngerti sih!"

"Terserah lo dah ..."

***

Pulang sekolah gue mengejar Arsen yang berjalan menuju halaman sekolah. Kali ini gue pastikan kalau Arsen bakal pulang bareng sama gue.

"Ar pulang ..."

Tunggu, itu kan Pheny. Ngapain dia bareng sama Arsen? Jadi gue kalah cepet sama dia gitu? Nggak bisa dipercaya.

Deksaharsen [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang