Ternyata Dia

170 26 0
                                    

"Loh, Saga?" kata Anna yang kaget melihat Saga, teman sekelasnya yang ternyata duduk di sebelahnya.

"Baru sadar?" jawab Saga yang sudah dari tadi memperhatikan Anna yang kesal ntah karena apa.

"Hehe, maaf deh. Lo belum pulang ya?" tanya Anna basa-basi karena melihat Saga yang masih mengenakan seragamnya.

"Menurut lo?" jawab Saga yang terkesan bertanya balik.

"Judes amat sih," ucap Anna yang kesal dengan jawaban Saga. Kenapa hari ini semua orang membuat Anna kesal? Sedangkan Saga tetap diam memperhatikan Anna, Anna mengalihkan pandangannya, melihat hujan yang entah kapan akan berhenti.

"Darimana?" kata Saga membuat Anna melirik kebingungan.

"Gue?" tanya Anna dan Saga mengangguk.

"Rumah," lanjutnya. Setelah itu keduanya sama-sama diam, hanya ada suara hujan tanpa percakapan. Anna menikmati hujan yang turun hari ini, pikirannya bisa berkeliaran dengan bebas meskipun tatapan matanya terlihat kosong.

Sudah lima belas menit Ia di sini dan belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti, Anna mulai bosan. Ia membuka tasnya dan mengambil rambut nenek kesukaannya.

"Lo mau?" tanya Anna menawari Saga.

Saga menggelengkan kepalanya, "Bocah," jawab Saga membuat Anna menyesal menawarinya. Sepertinya bukan mood Anna yang buruk hari ini, tapi memang sikap Saga yang sudah dari sananya sangat menjengkelkan.

Sedangkan di tempat lain, Niskala tidak menyangka jika gadis berhoodie tadi melewati halte yang Ia singgahi. Bukannya meneduh di halte yang terdekat justru malah di halte seberang.

Niskala tau siapa gadis itu, iya gadis yang Ia temui di parkiran. Niskala baru sadar jika gadis itu hampir mirip dengan Hujan. Seketika rasa sakit yang sebelumnya Ia rasakan berubah menjadi rindu.

Setelah menunggu cukup lama, hujan akhirnya mereda walaupun masih ada rintik-rintik gerimis. Anna memutuskan untuk pulang, pakaiannya sudah basah. Daripada niatnya pergi dari rumah Ia lanjutkan malah berujung sakit membuat tambah repot saja nanti.

"Duluan ya Ga," pamitnya pada Saga. Saga yang dipamiti sontak kaget karena keadaan masih gerimis dan kelihatannya Anna akan menerobos.

"Mau kemana? Biar gue anterin sekalian," kata Saga yang ikut berdiri menghampiri Anna.

"Pulang. Ngga usah Ga rumah gue deket," jawab Anna menolak.

"Ayo naik," kata Saga seolah tidak peduli dengan penolakan Anna. Saga menarik tangan Anna untuk naik ke atas motornya. Mau tidak mau Anna tetap naik, lumayan tumpangan gratis.

Dasar Anna, tadi saja sok-sokan menolak.

Niskala yang melihat Anna dibonceng laki-laki, entah kenapa terbesit dipikirannya untuk mengikuti.

•••

Kring kring
Suara jam beker Anna berbunyi tepat pukul 05.30. Anna melirik jendela kamarnya, membuka sedikit korden dan membuat sinar matahari masuk.

Ia segera bangun dari tidurnya, mulai menyiapkan buku dan seragam yang akan Ia kenakan hari ini. Setelah diantar pulang oleh Saga kemarin Anna langsung ketiduran sehingga tidak sempat menyiapkan keperluannya tadi malam.

Hari ini adalah hari pertama Anna resmi menjadi siswi SMA Unggulan, seragam putih abu-abu yang Ia kenakan pas di tubuhnya. Rambutnya Ia biarkan tergerai dengan poni yang menutup dahinya.

Anna memoles wajahnya sedikit dengan bedak dan liptint agar tidak pucat. Setelah merasa siap Ia segera keluar kamar dan mengambil stok roti di kulkas. Anna tidak terbiasa sarapan pagi dengan nasi.

Can We Go Back?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang