Main ke Rumah

87 12 0
                                    

Setelah Saga menaiki motor Anna segera menyusul keluar. Keadaan di parkiran sudah lumayan sepi, tinggal beberapa kendaraan saja yang terparkir di sana, entah mereka ekstra atau ada kegiatan lain.

"Main nyelonong aja," ucap Anna setelah berhasil menyusul Saga sampai gerbang, menunggu satpam yang akan menyeberangkan mereka.

"Buruan," entah apa maksud Saga mengatakan itu, mungkin tadi Saga hanya sekadar basa-basi, pikir Anna. Anna mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Badannya sudah lelah, Ia takut jika mengebut malah terjadi hal yang tidak diinginkan, jadi Anna cari aman saja meskipun akan lebih lama.

Posisinya Saga mengendarai motor di depan Anna, melewati jalan raya yang cukup ramai. Anna belum berpikir macam-macam karena memang rumah mereka searah jadi jalan yang dilewati Saga dan dirinya sama. Barulah saat masuk gerbang komplek Anna mulai curiga, seharusnya motor Saga jalan lurus kenapa malah belok ke area rumahnya? Anna masih berpikiran positif, mungkin saja Saga ingin berkeliling sebentar. Namun, ternyata perkiraan Anna salah. Saga berhenti tepat di depan rumahnya membuatnya terkejut.

"Lo ngapain?" tanya Anna yang masih di atas motornya.

"Pulang," jawab Saga dengan muka datar.

Anna melongo sebentar, ini rumahnya kenapa Saga ikut pulang kesini. Sebenarnya apa yang dipikirkan Saga. "Lo ngga mau gue ajak beli makan, ya kita makan di rumah lo," kata Saga dengan entengnya.

"Kenapa ngga beli sendiri?" tanya Anna. "Gue ngajak lo," jawab Saga membuat Anna lama-lama pusing.

"Lo ngga nyuruh gue masuk?" tanya Saga pada Anna yang masih terbengong di atas motornya.

"Mastiin lo makan beneran," lanjut Saga membuat Anna menghembuskan napasnya. Daripada mereka diam di depan rumah seperti ini lebih baik Anna mengajak Saga masuk, meskipun sebenarnya Anna tidak tau apakah ada makanan atau tidak. Mengingat mamahnya yang tadi pagi bilang kalau siang ini akan pergi.

Baru sampai pintu depan, mamah Anna keluar dari rumah. Ternyata mamahnya baru mau pergi. Melihat interaksi antara Anna dan mamahnya yang dingin itu membuat Saga sedikit canggung, meskipun begitu Saga tetap menyapa mamah Anna.

"Siang Tante," sapa Saga ramah.

"Siang. Temennya Anna yang biasanya antar jemput ya? Tumben mampir," jawab mamah Anna dengan ramah juga. Memang sebenarnya mamah Anna sangat baik, hanya saja dirinya pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal sehingga membekas di hati Anna.

"Temennya di ajak masuk An, mamah mau pergi," ujar mamah Anna ke anaknya. Yang diajak bicara hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab sepatah katapun.

"Tante mau pergi ya? Saya izin pulang aja tante kalau gitu, ngga enak cuma berdua sama Anna," jawab Saga sungkan.

"Loh ngga apa-apa, bisa nemenin Anna,"

"Apa sih Mah," jawab Anna membuka suara karena ucapan mamahnya. Saga tersenyum karena ternyata mamah Anna begitu ramah dengannya.

"Tante udah masak, tolong Anna diajak makan ya, dia jarang banget makan masakan tante," ucap mamah Anna sebelum akhirnya meninggalkan dua remaja itu.

"Hati-hati di jalan Tante,"

Anna kesal kenapa mamahnya harus mengatakan itu ke Saga. Padahal makan atau tidak juga bukan urusan Saga. Lagi pula yang membuat Anna jarang makan juga karena ulah kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Saga juga kenapa hari ini sangat aneh, sudah benar tadi dia mau pulang kenapa tidak jadi! Menyebalkan.

•••

Suasana kedai kopi yang ramai siang ini kebanyakan dipenuhi oleh remaja, salah satunya Niskala dan Arhan. Bau kopi yang semerbak memenuhi ruangan, alunan musik yang diputar pemilik kedai menemani aktivitas pelanggan.

"Pesenan gue lama banget," keluh Arhan yang sudah menunggu pesanannya lima belas menit.

"Sabar kek, bacot mulu lo," ujar Niskala yang kesal karena daritadi temannya tidak bisa diam. Padahal jarinya sibuk memainkan game, tapi otak dan mulutnya tidak bisa berhenti memikirkan makanan.

"Asupan gue buat main ngga ada, bisa kalah nih," jawab Arhan yang masih fokus dengan gamenya.

Baru saja Arhan mengeluh, pesanannya datang. Memang dasarnya Arhan tidak sabaran, padahal bukan hanya dia pelanggan di sini.

"Nih!" ucap Niskala sambil memasukkan kentang ke mulut Arhan.

"Anjir!" maki Arhan yang sesaat kemudian dilanjutkan dengan ucapan terimakasih.

"Makasih, minumnya dong," lanjut Arhan.

"Dih, ngelunjak!" jawab Niskala.

Memang ada-ada saja kelakuan Arhan sehingga kerap membuat Niskala darah tinggi.

Niskala mengambil vape dan mengisinya dengan liquid. Niskala bukan perokok aktif, Ia hanya merokok saat di luar seperti ini.

"Gimana perkembangannya?" tanya Arhan pada Niskala, pertanyaan itu membuat Niskala memicingkan matanya.

"Apanya?" tanya Niskala yang tidak paham dengan pertanyaan Arhan.

"Pdkt lo, gimana perkembangannya?" jawab Arhan masih fokus dengan gamenya.

Niskala menghisap vapenya, pertanyaan Arhan belum bisa Ia jawab. Ia memang menyukai Anna, tapi Ia ragu apakah perasaannya benar-benar tulus atau hanya karena Anna mirip dengan Hujan. Ia tidak ingin mendekati Anna hanya karena mirip dengan seseorang dimasa lalunya.

Awalnya Niskala begitu percaya diri bisa mendapatkan Anna, namun setelah beberapa bulan kenal muncul perasaan ragu dan bimbang. Ia tidak tega jika akhirnya hanya akan menyakiti gadis itu.

"Muka lo ngenes banget sumpah," ucap Arhan lalu tertawa setelah melihat Niskala melamun. Niskala tersadar dari lamunannya, Ia melihat Arhan yang tertawa mengejek dirinya. Arhan pikir temannya itu sudah ditolak pujaan hatinya.

"Udah deh mundur aja, saingan lo tuh tiap hari nempel mulu ke Anna," kata Arhan sambil menepuk pundak Niskala.

"Ngga jelas," jawab Niskala singkat karena malas berdebat dengan Arhan. Memang kalau dipikir-pikir Anna sangat dekat dengan Saga, mungkin karena mereka sekelas dan kebetulan rumah mereka satu komplek, pikir Niskala.

Niskala juga masih enggan bercerita dengan Arhan mengenai permasalahannya. Sepertinya memang Niskala ditakdirkan hanya berteman dengan Anna.

•••

"Makan An," ucap Saga mengajak Anna makan.

"Lo aja duluan," jawab Anna.

"Ayo," kata Saga menarik Anna, menghiraukan perkataan Anna sebelumnya. Anna mendengus kesal, percuma dirinya menolak. Akhirnya dengan terpaksa Anna mengikuti Saga mengambil makanan yang sudah disiapkan mamahnya.

Tidak bisa dipungkiri, Anna sangat menyukai masakan mamahnya. Membayangkan betapa menyenangkan jika bisa duduk bersama orang tuanya di meja makan setiap hari. Namun, itu hanyalah angan-angan Anna. Miris, tapi itulah kenyataannya. Rasa sakit yang dirasakan Anna terkadang membuat dirinya sedikit malas untuk memakan masakan mamahnya, seperti saat ini. Anna ogah-ogahan mengambil makanan.

"Eh," Anna kaget karena Saga tiba-tiba merebut piringnya, mengambilkan nasi dan lauk untuknya. Lebih mengangetkan lagi saat Saga menyuapkannya ke Anna.

"Makan," ucap Saga singkat. Entah kenapa kali ini Anna langsung menurut. Tanpa Anna sadari, Ia menerima suapan demi suapan dari Saga.

"Kalo ngga gini lo ngga makan," kata Saga.

"Tapi lo jadi ngga makan," jawab Anna tidak enak karena sudah merepotkan Saga. Bisa-bisanya tadi Anna menikmati suapan dari Saga.

"Gantian," ucap Saga membuat Anna bingung.

"Suapin,"

•••

29 Mei 2022
Halo, terimakasih yaa sudah mampir di sini
Jangan lupa vote-nya <3

Can We Go Back?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang